NB.24

4.3K 614 16
                                    


Lisa pov.

"Nggh.." Jennie membuka kelopak matanya dan mengerjap-ngerjap menyesuaikan penglihatan.

"Syukurlah" aku tersenyum lega mencium tangan Jennie.

Jennie hendak bangun namun dia meringis memegangi kepalanya.

"S-sayang sssh kepalaku"

"Perlahan-lahan saja baby" aku membantu Jennie duduk.

"Kepalaku terasa berat sayang, perutku juga terasa nyeri" adu Jennie bersandar lemah di dadaku.

Aku menghela nafas berat.

"Itu karena kamu mogok makan baby" aku mengelus kepalanya.

"Huh mana mungkin aku selera di saat kekasihku ingin pergi dariku"

"Baby ck, aku tidak meninggalkan mu, hanya resign menjadi pemimpin di perusahaan ku. Apa salah? Salah jika aku ingin memberikan yang terbaik untuk kekasihku di masa depan? Kalau iya maka baiklah aku menuruti perkataan mu saja untuk tetap di OA, menjadi sekretaris mu selamanya" aku menatap lurus ke depan.

Kami sama-sama diam setelahnya.

"Maaf sayang, aku egois"

"Aniya jangan minta maaf, tanpa jadi pemimpin aku akan berusaha keras lagi untuk mencari penghasilan lebih agar suatu saat nanti bisa menikahi mu dan menafkahi mu" aku tersenyum tipis.

"Maaf hikss.. aku salah telah bersikap egois" tangis Jennie memeluk tubuhku.

"Aku tidak menyuruhmu menangis baby, sudahlah aku tidak ingin membahasnya lagi. Berhenti menangis, lihat wajah cantikmu jadi ternodai" aku menghapus air matanya.

"Tidak aku memang egois mementingkan diriku sendiri, sayang kamu boleh meneruskan perusahaan Daddy, hikss tapi janji jangan pernah mementingkan apapun daripada aku, aku harus selalu menjadi yang utama untukmu"

Gotcha!

"Kamu serius baby?" Aku memperjelas.

"Nee.. janji tetap aku yang utama" Jennie memberikan jari kelingkingnya.

"Janji baby" aku menautkan jari kelingking kami.

Jennie tersenyum membuatku ikut tersenyum.

Chup

Aku mencium keningnya.

"I love you Nini" ku elus pipinya.

"I love you more Lili" balas Jennie menggenggam tanganku.

"Emm  baby, temui lah orang tua mu mereka sangat khawatir dengan mu. Orang tuamu juga sudah meminta maaf padaku, mereka menyesal telah meremehkan aku sebelumnya, jadi tolong maafkan mereka dan berbaikan lah. Kekasihku kan baik tidak pendendam" bujukku mencium puncak kepalanya.

"Eomma dan Appa tidak merendahkan mu lagi sayang?"

Aku menggeleng.

"Mereka sadar kebahagiaan putri mereka berada padaku" sombong ku.

"Hissh pede sekali, untung benar" Jenni menarik hidungku.

"Hahaha kenyataan baby" aku mengecup pipi kanan Jennie.

"Sayang sebelum menemui Eomma dan Appa aku ingin mandi dahulu, aku kacau kamu lihat" Jennie menunjuk wajah pucat nya dan kamarnya yang berantakan.

"Mau aku mandikan?" Godaku.

"Sure Daddy" balik Jennie menggodaku.

"Damn Jennie! Kalau bukan di rumah mu mungkin aku sudah menghabisi mu" aku meremas bokongnya.

"Aaah.." sial gadis perawan satu ini!

Ekhm jangan salah paham, kami belum sampai tahap itu, kami masih tahap meraba dan meremas-remas, hihihi.

Aku akan membuka perawan Jennie saat kami sudah resmi menikah.

"Wajahmu memerah sayang" Jennie mencium leherku.

"Shut!" Aku segera menggendong Jennie membawanya kedalam kamar mandi.

"Aku ikut mandi, kita akan berendam" aku mengunci pintu kamar mandi.

Setelah itu aku melumat kasar bibir Jennie, tidak membiarkannya mengambil pasokan oksigen.

Aku meremas payudara Jennie.

"Sayanghh emhh.."

•••

Tbc

23/04/24

Ujung-ujungnya ekhm 🌚

Vote komen lanjut.

nona bos [Jenlisa]√Where stories live. Discover now