NB.17

5.6K 774 10
                                    


Lisa pov.

"Lisa hei tunggu" aku menghentikan langkahku ketika Irene memanggil namaku.

"Nee?" aku menatapnya.

"Kamu mau pulang kan, bolehkah aku ikut denganmu?" Irene menatapku penuh harap.

Aku menggaruk tengkuk belakang ku, bukannya tidak boleh tapi aku akan pulang bersama Jennie.

"Emm Irene, maaf ya bukannya tidak boleh hanya saja aku sedang buru-buru ingin menjemput mommy di pusat perbelanjaan" bohongku.

Maafkan aku Tuhan, aku tidak ingin berbohong namun aku terpaksa karena Jennie bisa saja cemburu dan marah padaku.

Irene mengerutkan bibirnya.

"Bukan masalah, aku juga ingin bertemu dengan aunty"

Aish aku harus cepat menghindari Irene, karena kalau tidak Jennie akan kelamaan menunggu di dalam mobil ku.

Ya Jennie sudah duluan masuk karena tadi aku harus kembali ke ruangannya untuk mengambil handphonenya yang tertinggal.

"Tapi Irene kami akan mengadakan acara keluarga setelah ini" kataku cepat.

Senyum Irene luntur, dia sepertinya kecewa.

Maafkan aku Irene.

"Begitu yah, baiklah lain kali aku akan mengunjungi rumah mu dan bertemu dengan aunty. Kalau begitu aku duluan ya, nikmati waktu bersama keluarga mu" Irene mengusap lenganku dan pergi setelahnya.

"Huh.." aku menghela nafas lega, kemudian cepat-cepat aku melangkahkan kakiku ke arah mobil.

Aku membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya.

"Maaf membuat mu menunggu lama, Nini.." aku terdiam begitu melihat raut wajah Jennie.

Jennie menekuk wajahnya sambil melipat kedua tangannya.

"Kenapa kamu lama sekali, aku sudah seperti orang bodoh menunggu mu disini sendirian" ketus Jennie.

"Maaf" aku menyesal sungguh, aku sangat tau Jennie pasti bosan dan kesal menungguku terlalu lama.

"Ck" Jennie membuang muka menghadap jendela.

Aku mengerutkan bibirku, bingung apa yang mesti aku lakukan.

"Tadi aku bertemu Irene, dia ingin ikut denganku namun aku menolaknya dengan berbohong akan menjemput Mommy di pusat perbelanjaan. Irene ngotot ingin ikut namun aku berbohong lagi kami akan mengadakan acara keluarga. Akhirnya Irene menyerah membiarkan aku pergi. Maaf hemm" aku memberanikan diri memegang tangan Jennie.

Syukurlah Jennie tidak menolak, aku rasa dia mulai luluh.

Chup

Aku mengecup punggung tangannya.

Dan aku biasa melihat sudut bibir Jennie tertarik keatas.

"Nini" lembut ku memanggilnya.

Jennie masih bersikap jual malah tidak mau menatapku.

Aku memajukan tubuhku dan langsung memeluk tubuh mungilnya.

Jennie terkejut namun dia tetap mempertahankan postur ngambeknya.

"Kamu tidak mau memaafkan ku?" Satu tanganku membelai pipinya.

Jennie berdecak.

"Ayo bicaralah aku tidak suka kamu menjadi gadis pendiam. Aku lebih suka nona bos ku yang galak hahaha"

"Yaaak!" Pekik Jennie mencubit perutku.

Aku tertawa gemas melihat wajah Jennie, dia malu aw.

"Hahahaha kamu akhirnya mengeluarkan suara Nini, sudah jangan ngambek lagi aku kan sudah minta maaf dan menjelaskannya padamu. Kamu memaafkan ku okey" aku menautkan jari kelingking kami.

"Ck itu namanya pemaksaan" Jennie cemberut.

"Ssh yang terpenting kamu sudah memaafkan ku. Kemana kita pergi sekarang, langsung pulang atau mau kencan dulu?" Tanyaku masih dengan memeluk tubuhnya.

"Kencan? Kamu saja belum menjadikan ku sebagai kekasihmu" Jennie memutar matanya.

Aku tersenyum saja, apa dia sudah tidak sabar ingin segera menjadi kekasihku? Hahaha sepertinya iya.

"Kamu mau jadi kekasihku?"

Jennie menatapku dengan tatapan kesal.

"Apakah kamu baru saja menembak ku?"

"Ya kalau kamu mau"

"Kamu payah, tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Ck aku mau pulang saja" Jennie mendorong tubuhku.

Aku menggaruk kepalaku, apa aku salah lagi? Padahal hal romantis terlalu klise dan aku bukan orang yang seperti itu.

Aku apa adanya dan yang pasti aku akan membahagiakan pasanganku.

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela nafas.

"Baiklah" lirihku dan menjalankan mobil ke arah rumahnya.

Selama perjalanan aku dan Jennie sama-sama diam, sampai akhirnya kami tiba di halaman rumahnya yang sangat luas.

"Hikss.." aku langsung menoleh ke samping.

Jennie menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

God, aku seperti penjahat saja sekarang.

Aku membuka sabuk pengaman ku lalu memeluk Jennie.

"Aku serius padamu Jennie, romantis bukan tipeku" bisik ku lembut.

Jennie menangis sesenggukan meremas bajuku.

"Ingin aku membuktikannya, hmm?" Aku menangkup pipinya.

Jennie mengangguk sambil mengucek matanya.

"Cute" aku gemas mengusap pipinya dengan jempol ku.

"Ayo kita temui Eomma dan Appa mu" aku memberikan senyum hangat ku.

•••

Tbc

28/03/23

Anjai Lisa langsung ke intinya 🤭

Vote komen lanjut.

nona bos [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang