BAB 9

32.2K 2.7K 385
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kenapa alerginya makin parah?"

Sea menatap lehernya yang terlihat begitu mengerikan, ruamnya semakin banyak dan warnanya bukan merah lagi—tetapi berwarna ungu kebiruan. Pantas saja lehernya begitu sakit, ternyata alerginya memang separah ini.

"Ini nggak bisa dibiarin, bisa aja besok warnanya jadi hitam. Gue harus minum obat alergi," Sea bergegas keluar dari kamar mandi.

Kebetulan ini hari Sabtu dan sekolahnya libur, jadi Sea akan mengobati alerginya sampai benar-benar sembuh. Anak perempuan itu mencari keberadaan Robert atau seseorang yang bisa dimintai bantuan, tetapi tidak ada satupun orang yang ia temui.

"Pada kemana? Kenapa nggak ada orang sama sekali?" Sea memilih kembali ke kamarnya.

"Dari mana?" tanya Sean yang hendak turun.

"Cari om Robert. Tapi kenapa nggak ada orang sama sekali, mereka semua kemana?"

"Mereka libur sampai nanti siang, kalau mau makan bikin sendiri!" kata pemuda itu dengan tatapan yang tidak lepas dari leher Sea.

"Bukan mau makan, tapi aku mau minta obat alergi. Lihat ini! Alerginya makin parah, ruamnya banyak dan warnanya bukan merah lagi," Sea mendongak dan menunjukkan lehernya.

Sean menarik sudut bibirnya, itu hanya sebuah hukuman kecil yang ia berikan untuk adiknya tercinta. Ternyata Sea semakin cantik dengan leher yang penuh dengan kissmark darinya, pemuda itu mengulurkan tangannya untuk menyentuh hasil karyanya semalam.

"Gue punya obat alergi, kalau lo mau—bisa ke kamar gue," ucapnya.

"Mau!" Sea tidak nyaman dengan keadaan lehernya, jadi ia akan meminum obat tersebut.

Sean mengangguk, pemuda itu berjalan kembali ke kamarnya dengan sosok Sea yang mengikutinya. Ini adalah kedua kalinya Sea memasuki kamar kakak angkatnya, ternyata aroma Sean tidak terlalu buruk—mungkin kemarin dirinya belum terbiasa dengan wangi yang begitu pekat.

"Nih, obatnya dari dokter Riztan. Gue baru minum sekali, langsung sembuh alerginya," kata Sean sambil menyerahkan obatnya.

"Tapi alergi lo beda, jadi lo harus minum rutin dan leher lo harus ditutupi, gue nggak mau kena marah Mama," pemuda itu menyerahkan semua obat miliknya.

"Dosisnya berapa? Kenapa labelnya nggak ada?" tanya Sea yang tidak menemukan label nama dari obat tersebut.

"Ck, dosisnya rendah dan aman buat lo. Simpen obatnya, siapa tau alergi lo kambuh lagi," Sean mendorong adiknya untuk segera keluar dari kamarnya.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now