BAB 28

22.5K 2.1K 739
                                    

Double up!

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Sean marah kepada Sea, karena gadis itu menghilang selama tiga jam

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Sean marah kepada Sea, karena gadis itu menghilang selama tiga jam. Lalu saat pemuda itu pulang, ia menemukan Sea sudah berada di dalam kamarnya dengan keadaan tertidur pulas. Padahal tadi Sean sudah pulang dan mencarinya di kamar Sea, ternyata gadis itu tidur di kamarnya.

"Lo malah enak-enakan tidur di kamar gue!" kesalnya sambil menjitak kening Sea yang masih tertidur.

Seharusnya pemuda itu mencari Sea ke kamarnya juga, jadi ia tidak perlu berkeliling mencarinya di beberapa rumah sakit dekat Sea menghilang. Apalagi ponsel gadis itu tertinggal di mobil Sean, jadi pemuda itu tidak bisa melacak keberadaannya.

"Sshh," Sea terbangun sambil mengusap keningnya yang sedikit nyeri.

"Bang Sean kenapa?" tanya gadis itu yang kini mengubah posisinya menjadi terlentang, rasanya ia sangat lelah setelah menangis dipelukan Ravin.

Tadi Sea pulang memakai taksi yang dipesan Ravin, mereka tidak lama mengobrolnya—sebab Ravin takut Sean akan curiga. Hubungan Sea dan Ravin semakin dekat, karena pemuda itu benar-benar memperlakukan Sea seperti adiknya sendiri dan gadis itu sangat nyaman dengan sosok Ravin.

"Lo masih tanya gue kenapa? Harusnya gue yang tanya begitu, sialan!" umpat Sean yang membuatnya terkejut.

"Bang Sean nggak boleh ngomong kasar, aku lagi hamil dan itu nggak baik buat anakku," ucap Sea.

"Anak gue!" seru pemuda itu dengan nada membentak.

"Mau kemana? Gue belum selesai, Sea!" Sean menahan adiknya yang baru turun dari tempat tidurnya.

"Aku pusing, mau ke kamar," jawab gadis itu yang mencoba melepaskan cengkeraman Sean di tangannya.

"Gue belum selesai ngomong, Sea. Kenapa lo pulang sendirian dan nggak nunggu gue? Kalau ada apa-apa sama anak gue, lo mau tanggung jawab?"

Sea memang sengaja tidur di kamar Sean, agar pemuda itu tidak curiga—karena Sean pasti tidak berpikir kalau dirinya akan tidur di kamar pemuda itu. Buktinya Sean tidak membahas tentang Sea yang tidur di kamarnya, pemuda itu marah karena Sea tiba-tiba pulang sendirian tanpa menunggunya.

"Tadi perutku nyeri lagi, ya udah aku pulang pakai taksi. Terus aku mau tidur di kamar, tapi perutku tiba-tiba nyeri. Aku coba ke kamar bang Sean, ternyata perutku langsung sembuh dan aku ketiduran disini," ujar Sea berbohong.

"Lo mau bohongin gue?" pemuda itu menatapnya penuh curiga.

"Gapapa kalau bang Sean nggak percaya, udah biasa kok," ucap gadis itu dengan senyuman lebarnya.

Sean mendekatkan wajahnya, pemuda itu berbisik dengan nada penuh peringatan. "Tubuh lo bau parfum cowok, lo habis ketemu sama siapa? Kalau lo ketahuan bohong, lo bakalan nyesel!"

The Villain's Obsessed (End)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora