BAB 26

24.2K 2.3K 839
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Pernah terlintas dipikiran Sea untuk melakukan percobaan bunuh diri, tetapi ia belum bisa tenang kalau Sean tidak menderita lebih dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pernah terlintas dipikiran Sea untuk melakukan percobaan bunuh diri, tetapi ia belum bisa tenang kalau Sean tidak menderita lebih dulu. Sea ingin melihat kehancuran pemuda itu, karena rasanya tidak adil kalau dirinya mati tanpa menyaksikan bagimana kehancuran Sean.

Meskipun Sea mati, belum tentu Sean akan menyesali perbuatannya. Sehingga gadis itu mengurungkan niatnya, ia harus membalas rasa sakitnya lebih dulu—baru Sea bisa pergi dengan tenang.

"Lo lupa minum vitamin? Cepet diminum!" Sean menyuruhnya untuk minum vitamin.

Untuk sekarang, kehamilan Sea masih dirahasiakan. Sebab gadis itu juga ingin lulus, tanpa ada seorangpun yang mengetahui tentang keadaannya yang tengah berbadan dua. Sean juga tidak mengatakan masalah ini kepada siapapun, jadi hanya mereka berdua yang mengetahuinya.

"Lo mau makan apa?" tanya pemuda itu sambil mengusap perut Sea yang masih rata.

"Mau martabak yang waktu itu," jawab Sea.

"Ck, yang lain aja! Martabak itu bukanya malem, sekarang masih siang. Tunda dulu, cari makanan yang lain!" kata Sean yang tidak mau repot-repot mencari tempat tinggal dari martabak langganannya.

"Tapi aku mau makan martabak yang waktu itu," balas gadis itu yang membuat Sean berdecak kesal.

"Lo kalau ngidam jangan yang nyusahin, martabak yang lain aja," pemuda itu sangat malas mencari rumah penjual martabak langganannya.

"Nggak mau! Aku maunya martabak langganan bang Sean," semenjak hamil, Sea terlihat semakin keras kepala di mata Sean.

"Lo kenapa jadi keras kepala gini? Martabak yang lain sama aja, lo nggak usah manja!" bentak pemuda itu.

"Ya udah kalau nggak mau beliin aku martabak, ngapain nawarin kalau nggak mau dibeliin." Sea langsung membalikkan tubuhnya, memunggungi Sean yang menatapnya begitu tajam.

"Gue nggak peduli lo mau ngidam atau apapun itu, sekarang gue nggak mau nurutin kemauan lo lagi. Gue mau main dulu," Sean keluar dari kamar adiknya, pemuda itu akan pergi ke tempat tongkrongannya.

Sea menghela nafas lega, sebenarnya gadis itu tidak menginginkan apa-apa. Ia hanya muak melihat wajah Sean, karena pemuda itu terus berada di dekatnya. Sea sengaja membuatnya marah, karena ia ingin mengusir Sean secara halus.

"Sabar, tunggu tiga bulan lagi gue udah lulus."

Gadis itu hanya menunggu beberapa saat lagi untuk menyelesaikan sekolahnya, lalu dalam waktu itu perut Sea mungkin mulai kelihatan. Benar, ia tidak mungkin bisa menyembunyikan perutnya yang akan membesar seiring berjalannya waktu.

*****

Akhir-akhir ini Sean sibuk dengan teman-temannya, pemuda itu jarang berada di rumah dan hanya menemui Sea beberapa kali dalam seminggu. Sea sendiri tidak memedulikannya, karena ia sangat malas melihat wajah Sean. Rasanya gadis itu mau muntah, waktu mendengar suara Sean.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now