BAB 37

18.8K 1.9K 4.2K
                                    

Double up!

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Sea menatap penampilannya di depan cermin, gaun yang terasa ringan dan terlihat elegan melekat di tubuhnya

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Sea menatap penampilannya di depan cermin, gaun yang terasa ringan dan terlihat elegan melekat di tubuhnya. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Sean, pernikahan yang tidak diinginkan oleh Sea.

"Sayang, maaf kalau kami belum bisa jadi orang tua yang baik untukmu. Izinkan Mama untuk menebus semuanya dengan menjadi mertua yang terbaik untukmu, Mama berjanji akan menyayangimu," ucap Vanila yang menemani Sea.

Sea tersenyum tipis, hatinya sudah mati rasa untuk keluarga Delwin. Ia sudah tidak percaya lagi dengan mereka, sekalipun perkataan dan perlakuan mereka memang tulus—bukan seperti sebelumnya.

"Kamu sangat cantik dan hatimu sangat baik, Sean pasti sangat bahagia memiliki istri sepertimu," Vanila mengusap lembut pipi Sea.

Ceklek!

Seseorang membuka pintu, Vanila mengalihkan pandangannya dan ia tersenyum saat melihat kehadiran Ravin. Berbeda dengan Vanila, Sea menatap saudaranya dengan mata mengembun—ia tidak sanggup melihat Ravin harus duduk di kursi roda.

"Ma, kita keluar dulu. Biarkan mereka mengobrol berdua," ucap Felix yang mendorong kursi roda Ravin.

Vanila mengangguk, sebelum keluar wanita itu menyempat diri untuk mencium pipi Sea. Setelah Sea kembali ke kediaman Delwin, Vanila tidak berhenti memeluk dan mencium pipi atau kening Sea. Wanita itu juga memperlakukan Sea dengan lembut dan tidak segan-segan memarahi Sean yang suka kelepasan membentak Sea.

"Seandra," suara Ravin mengalun begitu lembut.

"Bang Hen," sahut Sea dengan suara bergetarnya.

"Menghindar pun nggak ada gunanya, maaf gue nggak bisa jadi saudara yang bisa ngelindungin lo—gue nggak berguna," kekeh Ravin yang matanya mulai mengembun.

"Gue nyusahin lo, bukannya ngelindungin lo—malah lo yang ngelindungin gue. Maaf Sea, maaf gua gagal jadi Abang," pemuda itu menahan getaran suaranya.

Sea menggeleng, ia tidak menyalahkan Ravin—sebab ini bukan salah Ravin. Selama mereka masih berada di dunia ini, maka tidak ada jalan keluar untuk kabur dari sosok Sean. Mungkin hanya satu jalan, tetapi Sea yakin kalau Ravin akan menolaknya dengan keras.

"Makanya Sean dijuluki tokoh jahat, karena dia terlahir untuk menjadi sosok penjahat yang akan dibenci oleh semua orang—termasuk gue yang sebelumnya mencintainya. Ini bukan salah bang Ravin, kita memang nggak bisa kabur kemanapun—sejauh apapun kita pergi, bahkan ke ujung dunia sekalipun... pasti Sean nemuin keberadaan kita," Sea mengusap air mata pemuda itu.

"Tapi masih ada jalan lain yang bisa kita lakukan, yaitu kematian. Mungkin itu jalan yang tepat, kita mati dan Sean nggak bakalan ganggu kita lagi," gadis itu tersenyum melihat reaksi dari Ravin.

The Villain's Obsessed (End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin