BAB 42

17.2K 1.7K 2.4K
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Sean memasuki kamarnya setelah urusan di depan selesai, Felix yang mengurus sisanya dan untuk keluarga Luna semua dikuburkan dengan layak, kecuali papinya Luna yang harus mendekam di dalam penjara seumur hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sean memasuki kamarnya setelah urusan di depan selesai, Felix yang mengurus sisanya dan untuk keluarga Luna semua dikuburkan dengan layak, kecuali papinya Luna yang harus mendekam di dalam penjara seumur hidupnya. Felix tidak mengampuni siapapun yang berani mengusik keluarganya, meskipun mereka adalah teman dekat atau saudaranya sekalipun.

Maminya Luna tidak bisa diselamatkan, karena serangan jantung setelah mendengar kedua anaknya tidak bernyawa lagi. Felix sendiri yang membawa kabar tersebut, karena pria itu ingin mengambil kembali uangnya yang pernah dipinjamkan dan untuk hutang papinya Luna bukan urusan Felix.

Sean menganggap tugasnya sudah selesai, kini dirinya akan fokus dengan istri dan juga perkembangan anaknya sampai lahir nanti. Pemuda itu menatap istrinya yang tengah duduk di sofa sambil membaca buku miliknya, Sean langsung menghampirinya dan memeluk Sea.

"Sayang," pemuda itu terlihat begitu bahagia.

"Lepas!" Sea mencoba melepaskan pelukan suaminya.

"Kenapa lo nggak mau dipeluk sama gue?" tanya Sean yang belum melepaskan pelukannya.

"Jangan kira aku bakalan luluh dengan ucapan cinta dari kamu, meskipun kita menikah—aku nggak pernah cinta sama kamu," ucap Sea yang membuat pelukan suaminya terlepas.

"Apa maksud lo, Sea? Bukannya lo cinta sama gue?" tanya pemuda itu kelepaskan membentak.

"Iya tapi itu dulu, sebelum perbuatanmu membuat perasaanku berubah menjadi benci. Aku bodoh, karena pernah menyukai orang yang ternyata hanya bisa menyakitiku. Dan rasa sakit hati ini udah menutup rasa cinta itu, baik untukmu atau keluarga Delwin. Aku nggak peduli kalau kamu mencintaiku, rasa cintaku udah mati buat kamu," Sea menatap tepat di mata legam milik suaminya.

"Sea, gue tau kalau cara gue salah. Tapi gue cinta sama lo, gue nggak mau kehilangan lo. Kita lupain kejadian kemarin, sekarang kita fokus sama kehidupan kita. Gue yakin lo pasti masih cinta sama gue, nggak mungkin cinta lo langsung hilang karena perbuatan gue," ujar Sean dengan yakin.

Sea tertawa dan tangannya mengusap pipi suaminya. "Cara kamu sangat salah, Sean. Kalau dari awal kamu jujur sama perasaanmu sendiri, aku nggak akan terluka. Apapun alasanmu, itu nggak bisa ngerubah perasaanku. Caramu membuatku hancur, mana mungkin aku bisa mencintai orang yang menghancurkanku berkali-kali?"

"Sea, gue mau ngelakuin apa aja biar lo bisa maafin gue," ucap pemuda itu.

"Apa yang bisa kamu lakukan? Memperbaiki hati yang udah hancur berkeping-keping? Atau mengembalikan kaki bang Ravin yang kamu hilangkan?" Sea mengusap air matanya, dadanya begitu sesak waktu mengingat keadaan Ravin.

"Nggak ada yang bisa kamu lakukan untuk memperbaiki semuanya, meskipun kamu memperlakukanku dengan lembut dan penuh cinta sekalipun. Semuanya udah terlambat," Sea berdiri dari duduknya, ia merasa semakin sesak saat melihat wajah orang yang membuat hidupnya hancur.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now