BAB 16

24.3K 2.4K 314
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Jam satu siang, mobil Sean sudah berada di depan sekolah adiknya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Jam satu siang, mobil Sean sudah berada di depan sekolah adiknya. Pemuda itu menunggu dengan tidak sabaran, mata tajamnya terus menatap orang-orang yang keluar dari gerbang.

"Ck, lama!" decaknya saat Sea masuk ke dalam mobil.

"Habis dari ruang guru, maaf udah buat bang Sean nunggu," ucap gadis itu.

Sean tidak menjawabnya, pemuda itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sea sendiri memilih melihat jalanan yang mereka lewati, semakin lama ia merasa kalau perasaannya mulai hampa. Mungkin karena dirinya begitu terkekang dengan semua tingkah Sean yang melarangnya ini dan itu.

"Seru bisa berduaan di perpustakaan?" suara pemuda itu mengejutkannya.

"Maksud bang Sean?" Sea menoleh dengan perasaan yang mulai gelisah.

"Gue nggak suka ngulang kalimat yang sama," jawab Sean tanpa menoleh.

Gadis itu bungkam, pikirannya menuju ke satu hal yang kemungkinan terjadi. Sea menggigit bibir bawahnya, rasanya ia ingin berteriak dan menyuruh Sean untuk berhenti mengatur hidupnya. Namun semua kalimat itu hanya tertahan di tenggorokannya.

"Bang Sean, seberapa jauh kehidupanku selalu diawasin sama abang?" tanyanya dengan suara yang terdengar lirih, karena Sea sudah lelah.

"Semuanya, meskipun lo mati—gue bakalan ngawasin mayat lo!" jawab pemuda itu dengan seringai tipisnya.

"Bang Sean, meskipun sampai saat ini aku nggak pernah dianggap sebagai adik. Aku harap bang Sean bisa berubah, setidaknya berubah untuk diri sendiri. Aku sayang bang Sean sebagai saudara, walaupun cuma aku yang menganggapnya begitu. Aku harap bang Sean bahagia, meskipun nanti udah nggak ada aku lagi," ujar Sea yang membuat pemuda itu mencengkeram erat setir mobilnya.

"Lo nggak perlu cari muka di depan gue! Jangan harap lo bisa lolos dari hukuman!" kata Sean yang menambah kecepatan mobilnya.

Sea tersenyum tipis, gadis itu mengatakan semua itu tulus dari hatinya. Disini dirinya tidak memiliki siapapun, kecuali keluarga Delwin yang menjadikannya sebagai bagian dari mereka. Ia juga menyayangi Sean, karena dari awal keberadaannya disini untuk melindungi pemuda itu.

Sea juga tidak berharap hidup lama di dunia ini, karena ia ingin menemui Hendery dan kedua orang tuanya. Gadis itu hanya ingin membantu Sean mendapatkan hidup yang bahagia, walaupun harus ditukar dengan nyawanya. Sea tidak takut mati, karena di dunia ini tidak ada yang namanya abadi.

Kalau Sea memang tidak diperbolehkan untuk jatuh cinta kepada seseorang, maka ia tidak akan jatuh cinta kepada siapapun. Karena Sea juga tidak mau jatuh cinta kepada siapapun, cintanya sudah habis untuk keluarganya. Bahagia? Sea tidak tahu apa arti dari kebahagiaan, selama ada di tempat ini—karena ia sadar kalau kasih sayang Felix dan Vanila itu hanya kebohongan.

The Villain's Obsessed (End)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora