TAK - 04 - 1

137 16 4
                                    


"5 menit."

Ketika Mika menjauhkan kepalanya, ia melihat Steve yang menatap lapar bibirnya. Maka Mika menyemangati Steve. "Jika ini berhasil, aku bisa menciummu dengan sungguh-sungguh nanti." Anggap saja sebagai imbalan.

Steve langsung bersemangat. "Tentu, cherrylips." Lalu mengecup sudut bibir Mika singkat. "Kau pasti takkan kecewa."

Mika beralih menatap Leonora. "Siapa bilang aku belum menikah." Ia perlu mengulur sedikit waktu sementara Steve sibuk mengeluarkan ponsel.

Entah siapa yang pria itu hubungi, Mika tak peduli. Yang terpenting 5 menit lagi surat nikah itu harus siap.

"Astaga!!" Sharon tiba-tiba menjerit. Tangannya menunjuk-nunjuk Steve berulang kali. Perhatian semua orang langsung tertuju pada Sharon dan Steve bergantian. Tapi Steve terlihat tak peduli dan kembali pada ponselnya. "Sekarang, aku ingat. Dia Steve Byers." Sharon mengucapkan nama Steve penuh drama.

"Hai, itu memang namaku." Jawab Steve santai.

"Pantas saja wajahnya terlihat familiar. Hanya saja warna dan potongan rambutnya berubah. Juga penampilannya yang serba hitam, aku hampir tidak kenal."

"Siapa Steve Byers?" Tanya Leonora.

"Astaga, Nenek." Sharon menjelaskan dengan berdiri. "Nenek pasti mengenal kakeknya, Charles Byers. Pemilik Royal Byers yang memproduksi kapal pesiar terbesar Caribbean Nights." Lalu menatap Steve. "Pria yang sering muncul di majalah gosip karena mengencani model dan artis terkenal."

Steve langsung tertawa terbahak-bahak sampai memegang perutnya. "Sorry, baby. Aku tidak bisa menahan tawa kali ini." Mika mendelik. "Selanjutnya, kalian pasti tahu Steve Byers terkenal playboy," Steve melanjutkan. Mika memukul jidatnya mendengar ucapan Steve. "Yang bergonta-ganti pasangan nyaris tiap hari."

Mika tak tahan lagi. Steve harus berhenti bicara. Ia memukul lengan Steve tapi pria itu berhasil menahan tangan Mika. Meski begitu, Mika tak menyerah. Ia beralih mendekatkan tubuhnya pada lengan Steve seperti memeluk, tapi aslinya dia menggigit kuat lengan atas Steve.

"Tutup mulutmu, brengsek." Kesal Mika dengan suara pelan yang hanya didengar Steve namun tetap penuh penekanan. "Awas saja kalau kau merusak harga diriku!" Karena Mika bersedia menggigit Steve sampai berdarah-darah.

Sayangnya, gigitan Mika tidak mempan. Steve tidak terlihat kesakitan sama sekali. Pria itu malah mengusap puncak kepala Mika dengan lembut. "Tapi untungnya saya bertemu Mikhaela. Saya ingin berubah untuknya."

Mendengarnya Mika langsung bernapas lega dan menjauhkan diri dari Steve sedikit.

Steve menambahkan, "Seperti yang kalian lihat penampilan Steve Byers berubah."

Kini Mika sadar niat Steve. Pria itu mengedipkan satu mata padanya. Dasar Stevie playboy!

Leonora berdehem dan menatap tajam pada cucunya kesayangannya. Melihat reaksi neneknya, Sharon kembali duduk. Hilang sudah nada memuji dan menggebu beberapa detik lalu. Sharon memang hanya gadis manja yang menuruti semua ucapan nenek sihir. Mika tak terkejut lagi dengan reaksi Sharon.

Lalu Leonora berkata, "Bagus Mikhaela, tak hanya tak tahu tata krama tapi kau juga menikahi seorang playboy tanpa mengundang keluarga."

Sepertinya neneknya tuli hingga melewatkan kata berubah.

Bibir Mika berkedut. "Aku bukannya tidak ingin mengundang kalian. Tapi kami memang belum merayakan pernikahan. Baru janji pernikahan singkat yang hanya disaksikan pendeta dan beberapa orang di rumah sakit. Yang terpenting kami sudah menikah dan tinggal bersama."

Membayar beberapa perawat untuk menjadi saksi bukan hal sulit. Toh, Leo adalah investor rumah sakit itu. Pasti berhasil.

Steve menggenggam tangan Mika dan menatap lembut. "Benar. Kami jatuh cinta pada pandangan pertama dan saya tidak bisa menahan diri untuk segera melamar Mikhaela."

Cinta pada pandangan pertama bullshit!

Player seperti Steve mana tahu namanya cinta. Hanya pandai berkata manis, tapi semuanya omong kosong.

Sekalipun Steve menatapnya dengan serius, seakan Steve sungguh jatuh cinta pada Mika dan sama sekali tidak terlihat bercanda, Mika tahu kenyataan. Semua itu hanya akting.

Andai Mika tidak tahu, ia mungkin bisa jatuh hati. Bermain-bermain seperti ini ternyata juga berbahaya.

"Sebelumnya, saya juga tidak tahu kalau Mika adalah salah satu nona rumah ini. Saya hanya mengenal Mika sebagai Mikhaela Angela, tanpa nama Davis di belakangnya. Oleh karena itu saya tidak memberikan kabar pada kalian semua." Steve memeluk pinggang Mika erat. Tangannya mengepal. "Namun mendengar kalimat buruk yang kalian lontarkan pada istri saya hari ini, akhirnya saya mengerti mengapa Mika tak menggunakan nama Davis. Pasti istri saya sangat tertekan."

Akting Steve ternyata bagus sekali. Puji Mika.

Norman langsung berdiri. "Maafkan saya, Mr. Byers." Leonora mendelik marah melihat tingkah suaminya. "Saya tidak tahu kalau Anda cucu Charles Byers. Saya pernah bertemu dengan kakek Anda. Kita bekerja sama cukup baik."

"Sayang." Bisik Leonora memaksa Norman kembali duduk.

"Jangan berulah. Charles adalah investor terbesar di perusahaan." Bisik Norman pada Leonora.

Steve terkenal sebagai players, bukan businessman. Yang berkuasa dan ditakuti adalah kakeknya, bukan diri Steve. Kekuatan pinjaman semacam itu jelas tidak membuat Mika kagum sama sekali.

Kini Mika menyaksikan sendiri bagaimana Steve memanfaatkan kekuasaan kakeknya.

Well, Mika sebenarnya tidak ingin memakai kekuasan kakek Steve. Tapi karena Steve yang memulai duluan, ya sudah. Karena sudah terlanjur, Mika memilih mengikuti permainan Steve.

Lagipula Mika cukup mengapresiasi kekuatan pinjaman tersebut. Terutama saat melihat raut kakek dan pamannya panik. Reaksi mereka menghasilkan kesenangan tersendiri.

Kemudian Norman melirik putranya. Mereka bertukar kode.

Sebastian langsung berdiri lalu menghampiri Mika. Mika terkesiap saat pamannya tiba-tiba berlutut di hadapannya. "Maafkan paman, seharusnya paman tidak berbicara kasar padamu tadi. Paman yang bodoh tidak..."

"Diam, Sebastian. Berhenti berlutut." Teriak Leonora. "Bangun dan kembali ke tempat dudukmu."

"Ma." Sebastian memanggil ibunya memperingatkan.

Leonora memang yang paling keras kepala dan berani. "Memangnya seberapa berkuasa Charles Byers itu." Gumam Leonora. Wanita itu mencengkeram tangan suaminya erat. "Aku tidak takut." Leonora menatap tajam suaminya. Norman akhirnya menghela napas dan menurut.

Lihat! Norman sangat patuh pada Leonora.

Leonora juga menatap tajam putranya. Sama seperti Norman, Sebastian akhirnya kembali ke tempat duduknya.

Sedangkan Milena yang sejak tadi diam menyambut tangan Sebastian. Mereka saling menggenggam tangan.

"Aku tidak peduli mengenai Charles Byers. Kita sedang bicara wasiat dari ayahmu. Bukan mengenai orang lain. Ini hanya tentang keluarga Davis."

Ayahmu, bukan putraku. Mika belum pernah mendengar Leonora memanggil Noah Davis sebagai putranya.

Mika semakin meragukan kalau ayahnya adalah putra Leonora.

"Kau belum menunjukkan surat nikah. Setidaknya harus ada bukti." Leonora kembali berbicara angkuh. "Bukankah aku benar, Nolan?"

Nolan yang sudah duduk dan sedari tadi mengamati mengangguk. "Anda benar, Nyonya."

Tongues & KnotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang