TAK - 06

138 12 2
                                    


***

Tubuhnya terasa hangat. Penuh kenyamanan. Untuk pertama kalinya, Mika tidur sangat nyenyak.

Secara perlahan, Mika menyadari apa penyebab kehangatan yang menyelimuti tubuhnya. Ia merasakan tangan kekar melingkari pinggulnya lalu kaki yang lebih panjang mengunci kakinya sehingga tubuh mereka sangat dekat.

Begitu matanya terbuka, Mika bertatapan dengan dada penuh tato. Terdapat berbagai pola menarik yang membuatnya terbius. Garis-garis yang membentuk pola yang membuatnya sulit mengalihkan perhatian. Tanpa sadar, tangannya sudah menyusuri tiap pola satu demi satu. Jarinya memutar mengikuti pola tersebut.

Kini Mika mengerti kenapa Steve selalu memakai pakaian yang menutup tatonya. Semua tato ini terasa personal. Seakan tiap bentuk memiliki arti tersendiri yang hanya bermakna untuk Steve. Bukan untuk diperlihatkan.

Jarinya berlanjut menyusuri lengan atas Steve, menekan otot-otot yang menyembul seksi. Pada saat ini, menyebut Steve sebagai playboy yang hanya tahu bermain wanita terasa salah. Karena Steve lebih mirip petarung dengan otot-otot sekeras itu.

Penelusurannya mendadak berhenti begitu Mika melihat bekas gigitan disana. Astaga! Apa itu bekas gigitannya?!

Kemarin Steve tidak terlihat kesakitan sama sekali. Tapi melihat bekas gigi disana, bahkan sampai terdapat jejak darah, pasti gigitannya sangat dalam.

"Kalau kau ingin mengulangi yang semalam. Kau tinggal bilang, cherrylips." Suara Steve terdengar serak khas bangun pagi.

Tubuh bawahnya mengepal mendengar suara tersebut. Mika mendorong Steve sehingga kini tubuhnya berada di atas dan menduduki perut Steve.

Dalam posisi tersebut, kini Mika sadar kalau ia sudah memakai kaos berwarna putih.

Pasti kaos Steve.

"Kau terlalu seksi saat tidur. Aku harus menutupi tubuhmu, karena kalau tidak, aku bisa hilang kendali dan menyetubuhimu saat kau tidur."

Mika tersenyum sinis. "Mulutmu sangat manis, Stevie. Sudah berapa wanita yang luluh hanya karena kalimat tersebut." Mika menarik lengan Steve yang terdapat bekas gigitan ke atas dada pria itu. Steve tidak protes.

"Aku tidak pernah merayu wanita." Sangkalnya.

"Seorang playboy sepertimu tak pernah merayu wanita? Kau pikir aku akan percaya?"

Steve melipat tangannya yang lain menjadi bantal di bawah kepala. Terlihat nyaman dengan posisi seperti ini tanpa menjawab. Hanya tersenyum simpul memperhatikan Mika.

Mika kembali melihat bekas gigitan di lengan Steve. Lalu menekan luka tersebut. Steve langsung mengaduh kesakitan.

Mika meringis karena mendadak merasa bersalah sekaligus kesal. "Seharusnya kalau sakit ya bilang sakit." Lalu memukul dada Steve, "Ini juga salahmu. Seharusnya kau mengaduh kesakitan sedikit. Jadi aku bisa berhenti menggigit. Kau malah bersikap tenang."

Steve terkekeh. "Cium aku maka luka itu langsung sembuh. Bagaimana?"

"Bullshit!"

Rasa bersalahnya langsung lenyap. Mika berdiri lalu berbalik meninggalkan Steve.

"Hei, kau mau kemana?"

"Mandi." Mika menjawab seraya masuk ke dalam kamar mandi.

Baru saja Mika melepas kaosnya, Steve tiba-tiba masuk, mendorong Mika hingga membentur dinding.

"Aku butuh jatah ciuman." Ucapnya lalu menyambar bibir Mika.

Seperti sebelumnya, ciuman Steve membiusnya.

Tongues & KnotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang