TAK - 10

77 7 2
                                    

***

Beberapa menit kemudian, Mika duduk di sofa dengan Keith berada di belakangnya. Semua pelayan berkumpul di ruang tamu. Mereka semua berdiri dengan kepala menunduk dalam.

Mika menatap miris karena dari 50 pelayan wanita, hampir separuh dari mereka adalah remaja seusia Nila dan Linda. Mereka tampak ketakutan seakan sedang menanti hukuman darinya.

Beberapa pelayan yang sudah tua, mereka seusia Elle. Mika pernah mengenal mereka sebagai orang-orang yang setia pada Leonora sejak dulu. Selebihnya, hanya gadis remaja.

Sedangkan para penjaga dan pengawal, mereka berdiri tegap dengan tangan di belakang. Bersanding dengan para pelayan, mereka tampak kontras karena mereka terlihat percaya diri. Postur mereka mengingatkannya pada Kenzo dan Keith, mereka jelas orang-orang terlatih.

"Kalian yang berusia 18 tahun ke bawah, silahkan angkat tangan tinggi."

Seperti dugaan Mika, lebih dari separuh pelayan wanita mengangkat tangan. Tapi yang mengejutkan, saat mengangkat tangan lalu seragam mereka tersingkap, beberapa pergelangan tangan mereka terlihat memerah seperti habis mendapat cengkeraman menyakitkan.

Sekali lagi, hanya para pelayan.

Sejak tadi, Mika sempat mengamati beberapa pengawal melirik para pelayan dengan tatapan mengancam. Jelas ada yang tidak beres.

"Semuanya berbalik, kecuali mereka yang mengangkat tangan." Mika menunggu mereka berbalik lalu melanjutkan, "Turunkan tangan kalian lalu mendekat ke arahku."

Para pelayan muda tersebut mendekat beberapa.

"Kalian semua pasti sudah mendengar hasil pembacaan surat wasiat kemarin, jadi mulai hari ini akulah nyonya rumah ini. Kalian tidak perlu takut. Asal tidak melakukan kesalahan aku tidak akan menghukum." Lalu Mika menegaskan. "Tapi aku sangat benci kebohongan."

Mika menunjuk satu pelayan di ujung. "Kau kemari."

Pelayan tersebut maju dengan kepala menunduk dalam. Tak perlu menanyakan usia lagi, gadis ini terlihat sangat muda. Begitu berada di sampingnya, Mika menarik ke atas lengan baju gadis tersebut. Dia meringis kesakitan. Sekarang Mika yakin kalau gadis ini habis disiksa.

"Siapa yang melakukannya?"

Gadis tersebut menunduk dalam dan air matanya mulai keluar. Tapi dia tetap bungkam.

"Aku benci ketidakjujuran. Kalau kau masih ingin tinggal disini, kau harus berkata jujur." Ancamnya.

Gadis tersebut menoleh ke belakang, menatap punggung salah seorang pengawal. Lalu kembali menatap Mika dengan tatapan memohon.

"Seberapa sering dia melakukan ini padamu?"

Gadis tersebut tak berani menjawab. Mika menghela napas. Gadis itu lalu berlutut. "Nona, maafkan saya. Saya memang pantas menerima hukuman ini. Itu karena semalam saya tidak memuaskan dan.."

"Memuaskan?!" Teriak Mika garang. "Kau gadis remaja. Tak seharusnya melayani..." Mika tak sanggup mengatakannya. Ia berharap dugaannya salah. Bahwa gadis ini tak mendapatkan perlakuan itu dari seorang pengawal di keluarga Davis.

Tapi harapannya sirna saat pengawal yang tadi ditatap gadis itu berbalik dan dengan berani menatap Mika. "Berhenti bicara lancang dan memerintah, gadis kecil. Dia hanya budak yang bekerja disini untuk kami, jadi Anda tak perlu mengkhawatirkannya dan berhenti bertanya-tanya."

"Kau berani?"

"Tentu. Para pengawal rumah ini tak peduli dengan surat wasiat atau siapapun tuan rumah. Kami hanya bekerja untuk Nyonya Leonora, bukan untuk Anda."

Tongues & KnotsWhere stories live. Discover now