TAK - 15.2

65 15 1
                                    

***

Mika melirik Zahira yang melihat Steve tak percaya lalu beralih melotot pada Mika. Melihat reaksi wanita itu, rasa kesalnya beberapa menit lalu langsung terobati.

Inilah yang namanya ide cerdas. Sekali mendayung dua pulau terlampaui. Ia berhasil membuat Steve cemburu juga menegaskan pada Zahira kalau dia memiliki kekuatan menggoyahkan ketenangan Steve. Secara tidak langsung, ia juga menegaskan posisinya pada orang-orang di ruangan tersebut yang ia yakin pasti memiliki posisi tak biasa dalam hierarki kekuasaan Vulcan Empire. Entah apa posisi mereka, intinya mereka takkan mencari masalah dengannya seperti Zahira.

Mika harus meninggalkan kesan mendalam malam ini.

Para pria itu akhirnya berdiri. Zahira melirik rekannya tapi tetap duduk. Saat rekannya membungkuk dan berangsur keluar, Hyde menarik Zahira hingga tautan tangan Steve dan Zahira terlepas.

"Aku ingin tetap disini." Kukuhnya.

Saat ini, Steve tak menghiraukan Zahira sama sekali. Tatapannya masih setia pada Mika seakan tidak ada hal penting lain kecuali Mika. Mika mendengus dalam hati. Kalau bagimu aku penting, seharusnya kau tak membiarkan dia menyentuhmu. Batinnya.

"Kau tahu ini bukan saatnya untuk keras kepala, Zahira. Dibandingkan siapapun, kau lebih tahu mengenai Stephen. Menurutlah." Ucap Hyde.

Zahira melihat Steve sekali lagi lalu beralih pada Mika sebelum akhirnya dia menyerah dengan terpaksa serta wajah marah, kemudian keluar bersama Hyde.

Kini hanya ada Mika dan Steve di ruangan tersebut, seperti yang Mika inginkan. Namun ternyata kepuasan di hatinya hanya berlangsung sesaat. Karena mendengar kalimat Hyde kalau Zahira sangat mengenal Steve, Mika kembali kesal. Berkali-kali ia mengingatkan diri kalau ia tak peduli, kalau ia tidak menyukai playboy sialan tukang pamer, tapi kenapa jantungnya malah berdentum kencang?

Kenapa ekspresi gelap Steve harus terlihat menarik?

Mika segera berbalik berniat pergi. Tapi baru dua langkah, Steve membanting tubuh Mika ke meja. Karena dia tidak siap dengan gerakan tiba-tiba itu, secara otomatis kakinya terbuka dan Steve memanfaatkan situasi dengan menyelip di antaranya. Pria itu membungkuk, memaksa Mika terbaring di atas meja tersebut.

"Menyingkirlah, Steve! Kau berat!" Teriak Mika seraya berusaha mendorong tubuh Steve. Sayangnya, tangannya sangat lemah dibandingkan tubuh berotot di atasnya.

Catatan penting! Melatih otot adalah hal penting untuk menangani pria pemaksa.

"Kau yang memancingku lebih dulu, cherrylips." Suara pria itu amat berat.

Sialnya, Mika menyukai suara itu. Apalagi saat bibir itu mengatakan hal kotor seperti beberapa jam lalu.

Stop, Mika!

Mika mengangkat sudut bibirnya. "Kau yang memancingku lebih dulu, Stevie!" Balasnya balik tak terima.

Kemudian Mika mengangkat kepala dan menyaksikan mata Steve yang ternyata menatap bibir serta dadanya secara bergantian seakan tak bisa memutuskan bagian mana yang lebih menarik. Mika tersenyum puas.

Pada saat itulah Steve menaikkan tatapannya ke atas, baru menatap mata Mika. Pria itu terlihat kebingungan. "Kapan?!"

"Bukankah kau sepakat untuk tidak mengencani wanita lain?" Mika menyentuh jakun Steve yang bergerak naik turun. Jari-jarinya tergoda ingin mencekik Steve untuk melampiaskan rasa kesal. "Kau melanggar kesepakatan kita!"

"Aku tidak mengencani siapapun."

"Benarkah? Tapi apa yang kulihat barusan mengatakan sebaliknya." Mika menyentuh tato di siku Steve yang terlihat, menyusur ke bawah hingga punggung tangan Steve. "Kau membiarkan dia menyentuhmu." Tuduhnya. "Kalau kau bisa menyentuh wanita lain, aku juga bisa tidur dengan pria manapun."

"Jangan berani!" Steve menunduk semakin dalam hingga hidung mereka nyaris menempel. "Kau milikku. Tak ada yang boleh menyentuhmu selain diriku, Mikhaela."

Astaga! Pria posesif ternyata seksi juga!

Steve menghela napas. "Zahira, dia sudah seperti adik bagiku. Bagaimana mungkin kau cemburu padanya?"

"Aku tidak cemburu!" Kilah Mika. "Yang kulakukan hanya mempertahankan harga diri. Reputasiku sebagai penakluk playboy tidak boleh hancur. Mana bisa seorang Mikhaela Angela diselingkuhi. No! Aku tidak akan membiarkannya!"

Steve terkekeh sebentar, kegelapan dalam ekspresi Steve mendadak lenyap, lalu dia menempelkan bibir ke leher Mika. "Cherrylips, kau cemburu. Aku suka."

Bibir itu bermain-main disana hingga Mika terlena sejenak. Begitu bibir itu melukis senyum, Mika segera menjauhkan kepala Steve.

Tapi Steve malah mengecup hidung Mika, menarik diri lalu mengangkat tubuh Mika membawanya keluar dari ruang kaca tersebut.

Mika memberontak. "Hei! Aku masih marah!"

"Kita bertengkar di kamar saja, cherrylips. Disana lebih asyik."

"Turunkan aku, Steve. Kita tidak akan tidur bersama malam ini. Aku masih marah."

"Oke. Kau bisa marah sepuasnya. Tapi di kamar."

Mika masih menggeliatkan tubuhnya. "Kubilang kita tidak akan tidur sekamar."

Tapi perjuangannya terasa percuma karena Steve terlalu kuat, jadi ia berhenti tak mau membuang energi lagi.

"Aku memaafkan Keith hanya karena dia masih terluka dan berjasa menyelamatkanmu. Biasanya aku tidak sebaik ini, Mikhaela." Kata Steve santai. Pria itu sudah mendapatkan kendali dirinya lagi.

Kenapa harus cepat sekali!?

Begitu mereka sampai di kamar dimana Mika sebelumnya berganti pakaian, Steve menurunkan tubuhnya. Mika segera mendorong Steve keluar dari kamar tersebut. Kali ini, Steve tidak menolak.

"Pergi cari kamar lain!" Mika menutup pintu dengan kasar.

***

Tongues & KnotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang