Part 6 : Perangkap Tuan Durhaka

230K 12.3K 216
                                    

Tolong tandai typo dan kalimat rancu

Waktu yang ditunggu, akan terasa lambat pergantiannya. Namun ketika berusaha untuk menghindari, semua seperti sedang berlari, menuju hari yang tak pernah ingin dilewati.

Sudah dua minggu penagih hutang memberinya peringatan. Nyaris setiap hari mengiriminya pesan. Greya yang tak pernah berbagi kesusahan pada siapapun termasuk Tika yang ia anggap sebagai teman, menyimpan ketakutannya sendiri. Rasa takut tanpa sebuah solusi untuk meringankannya.

Melunasi hutang yang menurut rentenir berjumlah sekitar dua milyar. Sedang yang ia tahu dulu hutang ayahnya sekitar 1,7 milyar. Lalu, selama ini, nyaris sepuluh tahun ia mencicil membayar hutang setiap bulan, untuk mengurangi hutang yang mana? Bukannya berkurang, hutang malah bertambah. Dan uang yang selama ini ia bayarkan hanya dianggap bunga.

Greya rasanya akan gila sebentar lagi. Dan benar-benar akan kehilangan kewarasan jika ancaman rentenir terealisasi. Dia tak bisa membiarkan putrinya diambil orang. Sementara untuk menyelamatkan, ia tak memiliki uang.

Greya ingin menangis. Tapi tak mau ada yang menanyakan masalahnya, Greya memilih menahan dalam hati meski kemudian menimbulkan nyeri. Rasa bingung ia telan sendiri. Berusaha bekerja dengan baik, dengan waktu tidur yang berkurang banyak karena memikirkan cara mendapatkan uang yang tak bisa ia dapatkan.

Lalu setelah kemalangan menimpanya begitu parah kali ini, kabar angin yang berembus di kediaman Abelard, membuat hatinya merasa was-was.

"Belum tau siapa yang bakal diminta untuk ngurus apartemen tuan El." Tika membuka suara, setelah menghabiskan seporsi spagetinya. "Moga aja gue," harapnya menutup mata dengan senyum merekah.

Harapan yang tak menghampiri Greya. Karena menurutnya, kabar yang ia dapatkan ini bukan sesuatu yang baik. Elzir akan memilih satu pelayan untuk mengurus apartemen pria itu.

Rasa khawatir di hati Greya kian menjadi. Tuan durhaka itu selama ini sering menatapnya diam-diam, maupun terang-terangan. Meski berusaha terus menghindar, tapi Greya merasa kali ini akan menjadi salah satu dari bagian terburuk dalam hidupnya jika sampa si tuan durhaka memilih ia untuk ikut dengan pria itu.

Elzir membuat Greya tak nyaman, sekaligus takut. Seperti ada niatan tak baik setiap kali Greya melihat sorot pria itu pada dirinya.

"Atau mungkin aja Greya." Lista menghancurkan angan Tika yang segera mengangguk, tanpa merasa tersaingi sama sekali.

"Kayaknya sih gitu."

Greya menggeleng kuat. "Ngga ah! Enak di sini."

"Tapi kalau di sana kerjaannya ngga sebanyak ini. Nah terus poin plusnya, lo bisa cuci mata setiap hari."

"Tapi ni anak kayaknya ilpil gitu sama tuan El, Ta. Ngga tau kenapa. Kejiwaannya terganggu kayaknya."

Greya langsung mencibir. "Enak aja! Gue kan cewek limited editon! Jadi cowok yang disuka itu jelas yang antimainstraim!"

"Kayak Lando?" Tika membuat Greya memberikan tatapan malas.

"Plis! Lo cantik, tapi otaknya jongkok, yah?! Lando memang manis. Tapi kalau dibandingin sama tuan El ya jauh, lah!"

"Siapa yang bilang Lando?!" Greya meremas kedua tangan gemas di hadapan wajah Tika. "Plis deh! Suka banget nyebutin mantan gue!"

"Kayaknya virus kebaperan yang haqiqi telah menyerbu hati lo, Grey. Udah putus lama dari Lando, tapi masih ngga mau bahas dia. Kenapa? Takut patah hati itu terngiang kembali?"

Ucapan Lista membuat Greya ingin muntah seketika. "Jijik gue sama kata-kata lo."

"Gue juga. Tapi gue setuju." Tika menyandarkan tubuh ke sisi pohon. "Tapi biar lo aja sih Grey yang sama tuan El. Kan lo jadi bisa jenguk Angel pas di sekolahan. Deketan, kan? Dan ngga ada yang mantau lo."

Crazy MaidOnde histórias criam vida. Descubra agora