Part 15 : Tak Layak

178K 10.1K 175
                                    

Tolong koreksi typo dan kalmat rancu yaah,

"Kamu kenapa? Kelilipan?"

Greya langsung mendongak, melihat tuan durhaka berdiri di depannya dengan kening berkerut. Wanita itu menyunggingkan senyum miring, disusul decihan pelan.

"Saya pikir setelah urusan saya dan tuan berakhir, saya akan lepas."

Elzir yang niatnya ingin pergi meninggalkan Greya yang ia pikir sedang ada masalah, langsung berhenti, menatap wanita itu dengan sorot tak mengertinya. "Aku yang bilang itu?"

Ngga!

Greya mengusap wajah basahnya, lalu berdiri, menatap tuan durhaka dengan rasa kesal tertahan. "Tuan saya bukan pelacur." Wanita itu memberanikan diri membuka suara, memprotes tindakan lancang Elzir. "Saya bukan piala bergilir."

"Siapa yang bilang?"

"Tuan yang mengatakannya tadi."

Elzir menggeleng pelan. "Siapa yang nyuruh kamu nguping?" tanya Elzir terselip nada canda di sana.

Dia tidak menguping. Hanya tak sengaja mendengar. "Jarak dapur dan ruang makan hanya terdapat sekat satu dinding. Kalau saya tidak mendengarnya berarti saya tuli."

Elzir menaikkan sebelah alisnya, menyembunyikan rasa geli dari jawaban Greya. Wanita yang selalu memiliki balasan dari setiap kalimat yang Elzir luncurkan.

"Ooh ... benar juga."

Tapi seolah pembicaraan mereka selesai, Elzir malah melangkah hendak pergi. Ia abaikan protes Greya tadi. Membuat wanita yang merasa nasibnya tengah digantung tanpa tali itu menangkap tangan tuannya.

Hal yang segera mengambil perhatian Elzir. Pria itu menjatuhkan pandangan pada jemari yang dilingkupi kedua tangan Greya, sebelum kemudian menatap Greya tajam. Menyadari jika telah melakukan salah. Wanita itu segera melepaskan tangan tuan durhaka yang lembutnya mengalahkan tangannya yang notabene seorang perempuan.

Di saat seperti ini bolehkah Greya menyatakan kecemburuan pada tangan lembut tuan durhakanya? Lembut yang cukup kasar ketika bermain di area tubuhnya. Astaga. Dia ini berbicara apa.

"Apalagi?"

"Kita bahkan belum selesai berbicara."

Elzir mencebik, tampak berpikir, nyatanya tidak. "Aku pikir tadi, aku mendengar protesan dari kamu. Bukan ber-bi-ca-ra. Aku harus pergi--"

"Tuan saya tidak mau tau! Pokoknya setelah urusan saya dengan tuan selesai. Saya tidak mau dioper!"

Menarik napas santai, memasukan kedua tangan di saku, menatap Greya dengan alis bertaut membuat wanita itu semakin kalut. Pria itu memberikan tatapan tajam, seolah kalimat yang Greya keluarkan barusan merupakan kesalahan besar. "Memangnya kapan urusanmu di sini selesai?"

Greya lantas gelagapan. Dia lupa jika tak ada batas waktu sampai kapan ia akan melayani Elzir. "Nggak ... Nggak mungkin selamanya saya jadi simpanan tuan, kan?"

Kalau sampai itu terjadi. Maka matilah dia. Hidup sudah menderita. Jadi simpanan selamanya pula. Mengapa hidup jadi tak adil begini?

"Berapa waktu yang kamu butuhkan untuk mendapatkan uang dua milyar?"

Greya bungkam, tak mampu menjawab.

"Seumur hidup belum tentu bisa. Jadi ... jangan tanyakan berapa lama kamu menjadi simpananku. Oke? Aku pergi."

Di tempatnya, Greya yang kini sendiri, diam seperti raga tak bernyawa. Dia tak tahu harus memberikan komentar apa atas ucapan Elzir barusan.

Menunduk lesu untuk sesaat, sebelum kemudian tubuhnya luruh di atas dinginnya lantai. Benarkah dia akan dijadikan simpanan selamanya?

Crazy MaidDonde viven las historias. Descúbrelo ahora