Part 19 : Jangan Mencipta Harap

193K 10.4K 962
                                    

tandai typo, kata rancu, dll. terima kasih.

Dengan kemeja putih, rok span hitam, satu-satunya baju layak yang ia miliki--apalagi masih terlihat bagus karena hanya dikenakan sekali saat datang ke kediaman Abelard pertama kali--Greya masuk ke dalam lift menenteng tas kanvas berisi makan siang untuk sang tuan durhaka.

Ting!

Pintu terbuka sebelum tiba di tujuan. Seorang pria masuk, berdiri di sampingnya. Sesaat pria berparas tampan dengan rambut hitam yang disisir ke belakang itu diam. Namun ia kemudian melirik Greya dan tersenyum. "Pembantunya Elzir, kan?"

Merasa diajak berbicara, Greya menoleh pada satu-satunya manusia yang bersama dirinya di dalam lift. Greya mengangguk. "Iya, tuan."

"Bawa makan siang?"

"Iya Tuan."

"Jangan tuan." Pria itu mengulurkan tangan. "Randi. Teman El."

Sungkan, Greya menyambut uluran tangan itu dan rasa iri menyeruak. Sialan sekali. Tangan pria itu lebih lembut dari tangannya.

"Jadi ... apa yang spesial dari makanan buatan kamu sampai El lebih memilih makanan kamu dari pada buatan chef terbaik di hotel ini."

Greya diam. Dia juga memikirkan hal itu. Mengapa Elzir meminta dirinya untuk membawa makanan ke sini, sementara di sini terdapat berbagai makanan enak dengan bahan berkualitas dan diracik oleh tangan para chef. Tapi yang lebih ia pikirkan adalah mengapa Randi tau, dan mengapa Randi harus bertanya?

Seperti dia adalah istri dari Elzir saja. Benar. Ia memang dikawini oleh pria itu. Tapi kan tidak dinikahi.

Randi menoleh pada Greya yang tak kunjung menjawab. "Kamu ngga tau kenapa?"

Greya menggeleng. "Memangnya saya harus tau mengapa tuan Elzir lebih memilih makanan saya dari pada makanan yang ada di sini? Saya hanya pembantu yang me uruti perintah majikan. Apa menurut tuan Randi saya pantas mempertanyakan pekerjaan yang majikan saya beri?"

Randi dibuat melongo dengan jawaban pintar Greya. Pria itu lalu tertawa, membuat Greya kembali iri. Tertawa saja terlihat bijaksana. Coba dirinya. Jangankan tertawa anggun. Bicara anggun saja tidak bisa.

"Elzir itu aneh. Kamu ngerasain itu, ngga?"

Iya. Memang aneh.

"Ngga tuan."

"Heeem. Semenjak pulang ke Jakarta, dia susah diajak keluar."

"Ooh." Greya tak peduli juga akan hal itu.

"Tertutup. Tapi baik."

Bukan urusanku juga.

"Elzir tidak suka komitmen. Tidak percaya pernikahan."

Greya langsung meringis, alih-alih tersenyum manis. Wanita itu merasa tak butuh mendengarkan cerita Randi tentang Elzir tapi dia tak bisa meminta pria itu untuk diam.

"Setahuku dia belum pernah pacaran. Eeem ... apalagi jatuh cinta."

Semua informasi itu. Seolah Greya ingin tahu saja. Wanita itu mulai memasang wajah malas.

Tak disuruh bicara, tak diminta tertawa. Randi melakukan semuanya. Greya langsung menggeleng pelan, merasa pria tampan di sampingnya ini mengalami gangguan. Beruntung pintu terbuka, dan Greya langsung berpamitan. "Orang aneh," ucap pelan wanita itu setelah pintu lift kembali tertutup dan Randi memilih untuk tidak keluar.

*

Yang ada di kepala Elzir ketika ia masuk ke dalam ruangannya setelah rapat adalah Greya dengan penampilan yang layak. Misal gaun, atau stelan yang tak lusuh. Iya. Itu yang ada di kepalanya. Tapi semua ekspetasi itu meletus seperti balon hijau, kala yang ia dapati adalah Greya dengan pakaian bak pelamar kerja. Tidak lusuh memang. Tapi lucu.

Crazy MaidDonde viven las historias. Descúbrelo ahora