Part 5 : Cinta dalam balutan kecewa.

230K 12.3K 259
                                    

TOlong tandai typo dan kalimat rancu, ya

Selama tiga hari ini Greya tak mengikat rambutnya. Tanya dari teman sejawatnya, ia jawab dengan berbagai alasan yang masuk akal. Greya sangat tak menyangka jika tuan durhaka benar-benar meninggalkan tiga tanda merah di lehernya. Entah apa maksud dari pria super mesum itu. Tapi yang jelas, tiga tanda ini bisa menimbulkan berbagai tanggapan miring, jika ada yang melihatnya.

"Lo ngga kuliah, Ta?" Tika memulai pembicaraan, setelah beberapa menit, ketiga sahabat itu, Greya, Lista, dan Tika duduk di bawah pohon besar yang ada di perkarangan luas kediaman Abelard.

Lista menggeleng. "Kosong. Dosennya pergi liburan."

Greya yang bersandar di sisi pohon memincingkan mata ke arah Lista. "Betah ya lo kuliah?"

"Betah ngga betah, sih. Demi taraf hidup yang lebih baik. Ya kali, emak gue jadi babu, gue juga ngebabu. Ya walau nanti kerjanya juga di hotel Kaisar, tapi seenggaknya itu lebih baik."

"Terus nanti kalau lo jadi orang kantoran, jangan sombong loh!" Belum juga bekerja menjadi karyawan, Tika sudah memberi protesnya duluan.

"Dih! Gue malah ngga bakal kenal sama kalian." Lista pura-pura bergidik jijik. "Entar gue ke sini ngga bakal negur kalian. Males ah kenal sama rakyat jelata."

"Kita santet dia yuk, Tik? Bosen punya temen kayak dia. Masih piyik, juga. Ngga selevel kita."

"Ish!" Lista langsung berlutut di hadapan kedua sahabatnya. "Hamba hanya asal bicara ratuku!" Dia bersujud, menahan tawa jenakanya. "Jangan kau singkirkan hamba! Kau tau, di sini yang bisa diajak ngobrol pertytydan Cuma kalian aja!"

"BANGKE!" maki Tika yang langsung memukul pelan ketawa Lista dan mereka tertawa bersama.

"Pertytydan itu begitu berarti, ya?" Greya yang baru berhenti dari tawanya membuka obrolan yang akan terdengar aneh bagi orang lain. Tapi tidak bagi Lista dan Tika yang sudah terlalu biasa membicarakan hal ini. "Hidup akan hambar tanpa pertytydan."

"Njir, dua kali lo nyebut pertytydan. Awas kalau sambil bayangin punya tuan El!"

Mendengar nama tuan durhaka disebut, Greya langsung membuang wajahnya, menghindari Tika dan Lista. Ia merona, ketika adegan di mana Elzir membuat tanda di lehernya kembali terlintas. "Ngga lah!" Namun ia masih menjawab,

Lista mencibir. "Boong! Ngga ada yang ngga mikirin betapa perkasanya dia, ya!"

"Lo anak piyik, ngobrolnya mesti tentang keperkasaan banget, ya?" Tika menyerobot. "Madam Jo tau tingkah anaknya kayak binal yang ngga pernah dibelai, pasti stroke mendadak."

Greya menatap Tika. "Atau seketika amnesia, ngerasa ngga pernah ngelahirin perempuan yang namanya Calista."

"Kalian teman yang bangsat, ya? Gue sayang sama kalian!" Kembali tertawa, Lista menjatuhkan tubuhnya ke hamparan rumput hijau. "Andai cowok gue kayak tuan El. Ganteng, kaya, baik, ngga banyak tingkah, ngga banyak ngomong."

Seketika ocehan Lista menghilang, dan yang pendengaran Greya tangkap berulang kali hanya bagian tak banyak tingkah dan tak banyak bicara. Karena otaknya benar-benar tak bisa menerima dua pujian yang dikeluarkan bibir Lista itu.

"Eh Grey. Tuan El merhatiin lo terus. Lo sadar ngga, sih?" Tika membuyarkan lamunan Greya.

Menggeleng, Greya pura-pura tak mengetahui. "Masa, sih? Ngga tau gue." Bohong. Dia sangat sadar jika Elzir selalu saja memperhatikan dirinya. Membuat ia marah dan bergairah sekaligus.

Lista memiringkan tubuh, memangku kepala dengan tangan kanannya. "Terus pas kemaren lo pulang, dia nyariin lo."

Tika mengangguk, menimpali ucapan Lista.

Crazy MaidOù les histoires vivent. Découvrez maintenant