Part 7 : Tuan Durhaka yang Profesional

235K 12.5K 921
                                    

Tolong tandai rancu dan typo

Masih dengan detak jantung yang bergemuruh kencang. Greya menunduk, merapal doa agar tak dihukum oleh si tuan durhaka yang memiliki jiwa psikopat. Hari pertama bertemu menjahilinya. Lalu mengatakan kalimat sensual yang sialan sekali, karena berhasil membuat Greya merinding sekaligus marah. Kemudian pertemuan berikutnya, Elzir dengan tatapan penuh intimidasi memberi tanda merah di lehernya, kemudian hari ini. Jangan katakan jika pria itu akan menelanjanginya.

Sepertinya tidak sampai ke sana. Tidak mungkin. Greya saja yang pikirannya ke mana-mana.

Menunduk cukup lama, Greya lantas meringis kala tak mendapati suara sarkas berikutnya dari tuan durhaka. Penasaran, dia mendongak, dan segera memberikan cengiran lebar kala sepsang matanya masih menangkap sosok tuan durhaka di ambang pintu.

Elzir yang pulang dengan dasi agak longgar, lengan kemeja tergulung hingga siku, dan rambut yang tak serapi biasanya memantik rasa pesona Greya yang seolah siap berlutut di hadapan tuan durhaka, yang tampak lelah, namun tetap memancarkan gairah.

Tapi akal sehat wanita itu terus merong-rong menyadarkannya jika Greya bukan wanita yang mudah jatuh begitu saja dalam pesona pria meski, prianya memiliki ketampanan bak dewa. Tidak. Jangan sampai. Tapi dia tergoda untuk merasakan betapa kekarnya tangan Elzir yang tersingkap.

Kelat, Greya menelan salivanya. Malam begini, Elzir memberinya suguhan yang begitu indah. Mengapa tampak begitu munafik jika Greya mengaku tak menikmatinya.

Beruntung rasa kesal atas kelakuan tak senonoh Elzir kala itu padanya masih terpatri sedikit kuat di benaknya. Jika tidak, Greya sepertinya sudah menjadi wanita binal sejak melihat kehadiran Elzir secara tiba-tiba di ambang pintu kamarnya yang lupa ia tutup rapat. Tidak. Meski mudah jatuh cinta, hatinya begitu murahan hanya karena rayuan para pria, tapi Greya bukan wanita murahan. Bukan.

"Apa kebiasaanmu tidak menjawab pertanyaan?" Elzir melangkah selangkah membuat Greya refleks mundur ke belakang. Wanita itu mendadak gelagapan.

Dia belum siap jika Elzir bertindak kelewatan seperti malam itu. "Aam ... ma--maaf tuan, sa--saya tadi ketiduran. Ma-maaf." Terbata-bata, wanita itu langsung menggigit bibir bawahnya kala Elzir semakin mendekati dirinya yang kian terpojok.

"Apa kamu pikir kamu majikan di sini?"

Wanita itu menggeleng lemah. "Ti--tidak tuan. Maaf."

"Lalu apa maksudmu tidur sebelum majikanmu pulang?"

Greya meremas rok sebatas lutut yang ia kenakan. "Em ... maaf saya tidak sengaja. Saya salah, saya benar-benar tidak sengaja." Wanita ini berusaha meyakinkan, di antara posisi yang tersudutkan.

Kening si manik abu berkerut dalam. "Tidur yang tidak sengaja?" Sigap, tangan yang sempat menjadi fantasi di kepala Greya beberapa saat lalu menangkap lengan wanita itu, dan terkesiap, Greya melotot bersama suara kaget yang terdengar seperti kucing terjepit. Tapi dia benar-benar terjeput sekarang.

"Tu-"

"Lain kali jangan tidur sebelum aku datang." Pria itu menarik Greya, semakin menempel pada dirinya.

Menunduk, Greya mengangguk dengan mata terpejam. Sekarang semua fantasi liarnya lenyap, dan yang tesisa hanya rasa takut jika Elzir bertindak macam-macam di apartemen yang hanya ada dirinya dan Elzir. Ini tidak aman.

"Tatap mataku saat aku berbicara!" Berbisik, membangunkan kumpulan bulu roma Greya, si tuan durhaka berganti melingkarkan tangan ke pinggul Greya hingga posisi mereka kian merapat, dan Greya tak mampu memberontak.

Kalau memberontak nanti dia bisa dipecat. Ah ... tak apa jika dipecat. Tapi bagaimana jika perlawanannya akan membuat Elzir marah, dan pria itu malah menjadi. Bahaya kan, kalau Elzir melakukan tindakan kejam pada dirinya nanti?

Crazy MaidWhere stories live. Discover now