Part 14 : Bukan untuk menjadi pelacur

232K 10.6K 307
                                    

TOlong tandai typo dan rancu yah

Pria itu bangkit dari ranjang, menatap sesaat wanita yang beberapa waktu lalu meminta ampun untuk dirinya lepaskan, namun menahan tangannya untuk tak pergi.

Mulut dan apa yang dirasakan tak sejalan. Elzir, tersenyum. Rasanya ia baru bercinta dengan wanita amatir, yang tak pernah melakukan seks, atau telah lama tak melakukan hal itu.

Sepasang alis pria itu bersatu. Benarkah Greya sudah lama tak melakukan seks? Mungkinkah untuk seseorang yang memiliki anak di luar nikah, menahan diri untuk melakukan seks di luar hubungan pernikahan?

Pria itu mengedikan bahu setelah berpikir beberapa saat. Rasanya ia tak perlu memikirkan hal itu.

Berjalan menuju jendela, dan duduk di sofa yang ada di bawahnya, pria itu meluruskan pandangan pada Greya yang tetidur pulas. Dia bahkan masih kurang memuaskan nafsunya, tapi Greya langsung tertidur pulas, tak lama setelah pelepasan pertama Elzir.

Pria itu menahan diri untuk tak mendekat, agar tak membangunkan pembantunya untuk melayani nafsunya yang tak akan pernah terpuaskan.

Diam, menoleh ke belakang untuk menatap bintang kota, pikiran pria itu mulai berkelana. Mengoreksi keputusannya untuk melakukan hubungan terlarang dengan Greya, dan mulai membuat peraturan-peraturan untuk dirinya sendiri. Salah satunya, tentu perihal rasa.

"Tuan?"

Pria itu beralih pada Greya yang terbangun, menutupi tubuh dengan selimut.

"Tuan tidak tidur?"

Elzir masih diam. Pria yang hanya menutupi area selangkangannya dengan celana pendek itu memilih memperhatikan Greya, dan yang diperhatikan lantas menunduk takut. Tatapan pria itu bukan jenis tatapan menggoda yang membuat lawannya merona. "Kamu bisa keluar."

Menatap tuan durhaka lagi, memastikan ucapan pria itu, Greya kemudian tersenyum kecut ketika Elzir tak ada niatan untuk meralat ucapannya. Pria itu mengusirnya setelah mendapatkan apa yang diinginkan.

Tapi bukankah memang begitu fungsi Greya di sini? Dia hanya penghangat ranjang.

Turun, masih dengan selimut melilit di tubuhnya, Greya menunduk hormat. Pamit, untuk keluar.

"Mau kamu bawa ke mana selimutku?"

Wanita itu berhenti, dan tatapan kesalnya langsung dilayangkan pada tuan durhaka. Tapi enggan menyanggah, karena tahu dirinya tak akan menang. Greya melepaskan selimut itu, memanaskan nafsu Elzir yang ditahan sedari tadi.

"Besok pagi aku mau melihat kamu tetap seperti itu."

Baru akan melangkah untuk melarikan diri, Greya lantas berhenti, lagi-lagi menatap tuan durhaka namun kali ini pandangannya menyorotkan rasa tak menyangka.

"Sekarang keluar."

Menahan kata yang sudah mencapai tenggorokan. Greya langsung berlari keluar, menuju kamarnya. Dengan jantung bergemuruh malu dan kesal. Greya menjatuhkan punggung ke daun pintu yang ia tutup agak kasar. Tubuhnya luruh, mulai mengingat-ingat adegan yang baru berlangsung beberapa saat lalu.

Wanita itu terpejam kuat, ketika erangannnya kembali terngiang. Rasanya ia tak bisa percaya, jika tadi dia sempat melenguh penuh kenikmatan.

"Sial!" Dia memukul kepala, sebelum kemudian berdiri mendekati kaca di depan ranjang. Dia melihat tubuhnya yang barus saja dinikmati sang majikan. Melihat beberapa tanda merah di sekujur tubuh, dan ketika ia memiringkan tubuh, wanita itu meringis melihat pantatnya yang juga memerah.

Di sana pedih sekali. Tuan durhaka memang manusia tak berkemanusiaan, menyiksanya hingga sepeti itu.

Tapi kamu nikmatin itu semua kan, Grey?

Crazy MaidWhere stories live. Discover now