Chapter 4 - Cancer Murder Case

2.8K 278 197
                                    


Warning : 17+ untuk GORE
Character : Cancer, 22 July
Logo : Panggul Kiri
Time Line : Saat mereka aktif

o()xxxx[{::::::::::::>


"Ya Tuhan, memang kamu taruh di mana sih?" Shiro tampak jengkel. Pemuda berambut sebahu yang diekor kuda itu melongok-longok ke penjuru ruangan. Sesekali ia terbatuk saat mengangkat tumpukan buku yang berdebu.

Bagaimana barang tidak mudah hilang jika harus berada di dalam ruangan seluas empat kali enam meter yang lebih mirip seperti tempat pembuangan sampah ini? Ah ... Asuka tidak senang jika tempat kesayangannya disebut sebagai pembuangan sampah. Namun, toh Hideaki juga setuju. Di luar jam kerja, pemuda berambut pendek rapih itu lebih memilih memasak di dapur atau ke kamar lain daripada harus berada di ruangan ini.

"Aku taruh di situ kok!" Asuka mengerjap-ngerjapkan matanya tak yakin.

Minus tiga yang dideritanya sebenarnya tidak terlalu parah. Ia masih bisa melihat objek-objek besar di ruangan itu. Termasuk kaca mata. Namun, mencari kaca mata di ruangan ini, sama saja seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Ada enam meja kayu yang disusun berhadapan dengan saling berimpit satu sama lain. Di ujung bagian Utara ada satu meja yang melintang mengunci deretan meja itu. Itulah meja kerja Asuka. Shiro duduk di deretan meja sebelah kanan dan Hideaki di deretan kiri.

Oh, jangan harap ruangan itu tertata rapi. Selain dinding yang sudah dipenuhi deretan buku, komik, majalah dan segala sumber referensi untuk menggambar, meja dan lantainya juga tidak kalah meriah.

Setiap meja memiliki sebuah lampu kecil yang diletakkan di sudut kanan atas. Ada juga tumpukan kertas, alat-alat gambar, lembaran screentone, majalah, dan banyak benda-benda kecil lainnya menghiasi permukaan meja.

Belum lagi sampah-sampah kertas, sisa guntingan screentone yang bertebaran tak tentu arah di atas lantai keramik yang hampir tak terlihat warnanya. Ajaibnya, sampah-sampah itu tak hanya tersebar di lantai. Bahkan, banyak yang mendarat dengan tidak indah di atas meja.

Kardus-kardus terbuka penampung tumpukan buku yang disusun asal, tersebar di penjuru ruangan. Belum lagi puntung rokok yang bertaburan di berbagai penjuru menyisakan noda kehitaman di banyak tempat. Masih untung tidak pernah ada yang terbakar.

Singkatnya, ruang kerja komikus terkenal Asuka Yuki memang luar biasa! Bahkan kata berantakan saja tidak cukup sesuai untuk menggambarkan kondisi di sini.

"Pakai ini saja." Senyum lembut menghias wajah tampan Hideaki. Pemuda itu mengangsurkan kaca mata berbingkai merah pada Asuka.

"Ya ampun! Mentang-mentang minus kita samaan, kau selalu membantunya!" Shiro bersungut-sungut kala Asuka dengan senang menerima bantuan Hideaki. "Nanti dia kebiasaan!"

Hideaki menepuk punggung Shiro lembut. "Sudahlah, yang penting sensei bisa bekerja lagi. Nanti kaca matanya akan ketemu kalau tidak dicari." Lagi-lagi Hideaki mengeluarkan senyuman yang begitu menyejukkan hati. "Lagipula, koleksi kaca mataku banyak."

Shiro menghela napas pasrah terutama setelah melihat Asuka kembali menekuni pekerjaannya sambil tersenyum senang. Duduk terpekur di mejanya sembari menggerakkan tangan untuk menggambar. Mau tidak mau ia harus menuruti saran Hideaki karena memang tenggat waktu serial Sodom and Gomorah sudah di depan mata. Mereka tidak punya waktu lagi untuk sekadar mengurus Asuka yang sering lalai menyimpan kaca matanya.

Berbanding terbalik dengan Hideaki yang berpenampilan rapih dengan kemeja dan celemek masak di atasnya, Shiro terlihat sporty dengan kaos oblong berbalut jaket dan celana berbahan jins. Sementara Asuka sendiri lebih nyaman dengan kaos merah dan jaket krem tua kesayangannya.

12 Tender Killer - Hakim Bagi Kaum TerbuangWhere stories live. Discover now