Chapter 5 - Scorpio Murder Case

2.3K 202 135
                                    

Rate : 17+ untuk Pembunuhan
Fandom : 12 Tender Killers
Character : Scorpio, 8 November
Logo : Paha Kanan
Time Line : Saat mereka aktif

o()xxxx[{::::::::::::>

Aku berlari sempoyongan dengan napas memburu. Tanpa sadar air mata mengalir keluar dari sudut mataku. Suara derap langkahnya yang teratur terdengar mengekor dengan tenang. Aku harus sembunyi!

Rumah ini begitu besar. Cahaya remang-remang yang tercipta dari lampu keemasan yang terpasang di sisi koridor tak membantu banyak.

"Aaaah!" Aku menjerit kala sebilah pedang tiba-tiba menyayat lenganku. Aku menoleh. Ia berdiri di sana. Tersenyum ganjil dan mengerikan. Aku kembali berlari terseok.

Kucoba membuka setiap pintu yang kulalui. Nihil! Semua terkunci. Aku harus sembunyi di mana?!

Rasa sakit berdenyut di lengan kananku. Kaki kiri yang lebih dulu terkena tusukan tak bisa berbuat banyak membantu untuk bergerak lebih cepat. Kepalaku terasa berputar-putar.

"Larilah! Pasti akan kutemukan!" serunya.

Aku melihat sebuah ruangan yang terbuka sedikit. Cahaya temaram terlihat memancar dari dalam.

Aku bergegas menerobos masuk. Sayang, ruangan ini tidak bisa dikunci dari dalam. Sial!

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan cukup besar itu memiliki banyak sudut untuk bersembunyi. Ceruk di dinding, di bawah meja, di dalam lemari. Kegelapan di sini juga cukup bagus untuk menyamarkan keberadaanku.

Di mana? Di mana aku harus bersembunyi?

Derap langkah itu semakin mendekat. Aku bisa mendengar detak jantungku yang semakin tak keruan. Rambutku kusut masai kala kususupkan diri ke dalam rak kosong di bawah lemari buku.

Pekat.

Waktu terasa begitu lambat. Ketika derit pintu terdengar terbuka, hatiku langsung mencelus. Tapi tidak ada suara langkah mendekat setelah pintu terdengar ditutup kembali.

Apa ia sudah pergi? Aku masih menahan napasku di dalam kegelapan.

Ketakutan.

Tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Ruangan begitu sunyi. Hanya suara detak jantung yang nemenuhi kepalaku. Aku menghela napas panjang penuh kelegaan.

Tiba-tiba sel rhodopsin mataku melebur serentak tatkala pijaran lampu senter menusuk-nusuk ke arah wajahku. Pintu lemari terbuka dengan menampakkan seringai wajahnya yang buas.

"Kenapa semua orang bersembunyi di sini, ya?" Tangannya yang menggenggam pedang diayun-ayunkan ke arahku yang gemetar tak berdaya.

"Oh, aku sengaja. Karena mengakhiri harapan untuk bisa tetap hidup yang sempat terkumpul, lebih menegangkan daripada langsung menbunuhmu." Ia melirik ke arah karpet tebal di lantai yang meredam suara langkahnya.

Ah ... aku bodoh .... Ya Tuhan ... mengapa ini terjadi padaku? Aku belum sempat berteriak kala ia menghunjamkan pedang itu menekak leher.

o()xxxx[{::::::::::::>

Aku bangkit dari kasur dengan terengah-engah. Keringat dingin seolah tak berhenti mengalir membanjiri baju tidur yang kukenakan. Mimpi serupa terus mengusikku sebulan terakhir. Entah sudah berapa kali aku terbunuh di rumah yang sama dengan cara yang berbeda-beda.

Rumah yang begitu familier, tapi aku tak bisa mengenalinya. Begitu terbangun, yang bisa kuingat hanya dentuman jantung yang lebih cepat dari tabuhan drum saat festival.

12 Tender Killer - Hakim Bagi Kaum TerbuangWhere stories live. Discover now