Chapter 6 - Libra Murder Case

889 110 50
                                    

Dibuat untuk mengenang Yua-Chan

(I will not say her family name because she doesn't deserve get her evil step father's last name)

https://www.japantimes.co.jp/news/2018/06/06/national/crime-legal/couple-arrested-death-5-year-old-daughter-police-allege-abused-denied-food/#.WyUlQ0QxU0M

⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔

Rating : 15+

Central Character : Ikaruga Kohei, 1 Oktober, Libra

Posisi Tatto : Punggung Kaki Kanan

Time Line : Saat mereka masih aktif

o()xxxx[{::::::::::::>

Sesosok pria berambut cokelat lurus yang dikucir bawah itu melangkah riang di sepanjang jalan kecil di tepian kota Tokyo. Sesekali kacamatanya merasakan embusan angin musim gugur yang akan segera berubah menjadi kebekuan. Long coat hitam berkibar seiring langkah tegapnya. Bahunya mencangklong sebuah tas cukup besar berwarna keperakan.

Ia sudah membayangkan akan berendam dalam air hangat di apartemennya yang sederhana. Lelah fisik dan jiwa selalu menyergapnya sepulang bertugas. Kuas make up yang kini tersimpan di dalam tas rias sudah dia bersihkan dengan baik. Tak terlihat noda apa pun yang bisa tampak oleh mata telanjang.

Saat itu pandangannya tertuju pada sesuatu yang meringkuk di atas balkon lantai dua. Pria itu menajamkan pandangannya ke atas. Di balik kaca buram yang membatasi tepian beranda, ia melihat sesuatu yang langsung membuat jantungnya melompat.

"Hey! Kenapa di luar?" Pria itu berteriak. Tangannya melambai ke arah balkon yang dimaksud. Namun, yang dipanggil tak bereaksi sama sekali.

Didera kekhawatiran sangat, ia langsung mencoba berlari ke gerbang depan apartemen dan menyusuri tangga ke atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Didera kekhawatiran sangat, ia langsung mencoba berlari ke gerbang depan apartemen dan menyusuri tangga ke atas. Beberapa ketukan yang berubah jadi gedoran dilakukan tatkala si pemilik apartemen tak kunjung membukakan pintu.

Penghuni apartemen lainnya pun seolah pura-pura tak mendengar panggilan keras pria yang makin kehilangan kesabaran itu. Mereka menutup pintu rapat-rapat menunjukkan ketidakinginan untuk turut campur akan urusan yang dianggap merepotkan. Dengan kesal, pria itu kembali menuruni selusur tangga dan berdiri kembali di tempatnya semula.

Dia kembali meyakinkan sosok yang dilihat sesuai pikirannya. Ia tak berhalusinasi dan kacamatanya masih berfungsi dengan baik. Dengan gerakan sigap, ia memutar tas riasnya ke belakang agar tak mengganggu gerak.

Sejenak diperbaiki posisi kacamatanya. Pria itu menarik napas menenangkan diri. Sekali lagi pandangannya menyapu gedung apartemen yang cukup bersih itu. Ia memperhitungkan ke mana ia bisa melangkah. Ada decakan keras tatkala ia memutuskan memanjat rambu jalan, kemudian melompati tepian pagar, bergelayut dan memutar tubuhnya ke atas agar tiba ke balkon lantai dua dari kamar apartemen yang dituju.

12 Tender Killer - Hakim Bagi Kaum TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang