My Lovely Maid

268K 4.4K 109
                                    

Dilarang menyalin. Dilarang mengopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis dan dilarang mengakui cerita. Saya sangat menghargai jika kalian men-share cerita ini sebagai bentuk dukungan kalian agar para manusia ini bisa terus berkarya (dengan karya mereka masing masing).

Selamat membaca,

MY LOVELY MAID

REEM ACHMED

***

Bag 1: Melepas ketakutan adalah seperti membiarkan diri untuk tetap berdiri diantara ledakan.

Tatanan kota itu selalu tampak di sore hari melalui atap bangunan tua, menghadap rumah pedek berbentuk persegi berderet-deret berwarna coklat. Tapi yang dilihat Juan adalah hitam-putih, ia merasa bahwa pundaknya semakin berat saja, berurusan dengan ayahnya seperti membiarkan dirinya terkurung dalam raungan singa, telinganya sakit.

Dia hanya ingin bebas, itu saja. Berhenti di monitori ayahnya sendiri, berhenti dibayangi cita-cita ayahnya. Kini ia ingin bebas, tetapi tidak, pikirannya terasa suntuk dan kesal. Memandang keluar gedung tua tak lagi berarti baginya seperti dulu, seperti saat pertama ia menemukan tempat ini. Mungkin jika ibunya masih hidup ia akan lebih baik dari sekarang, lagi-lagi ia mengeluh.

Ia mencoba berhenti berpikir berat, ia melihat ke bawah gedung, pada beberapa cewek dengan make up tipis dan gaun yang panjang yang sungguh menarik perhatian. Daerah ini lebih dikenal sebagai tempat mengambil gambar dari pada nongkrong atau melamun. Ia mengenal cewek-cewek itu, masih satu sekolah dengannya, ia berdecak dan menggerutu "cewek ingusan itu lagi."

Tapi dia tetap memperhatikan. Salah seorang dari mereka memegang kamera dan memotret ke empat sahabatnya, saat pengambilan gambar berlangsung lama, gadis yang memegang kamera pura-pura merajuk dan mengerucutkan bibirnya tidak suka. Juan tidak bisa mendengar percakapan mereka dari jarak lebih dari 10 meter dibawah sana, tetapi cukup membuatnya tersenyum saat seorang temannya merebut kamera dan memotret dirinya sendiri meninggalkan kawanannya yang lain.

Memang banyak sekali kisah diplanet bumi ini, bermacam-macam manusia mengajarkan berbagai perasaan dan ekspresi, saat seorang merasa suntuk dan kesal ia hanya perlu memandang keluar dan mempelajari ekspresi itu lagi, tidak peduli siapa mereka.

Kawanan cewek mulai hilang, dan sepertinya mereka memasuki gedung untuk mengambil background yang lain. Juan kembali melihat-lihat ke bawah, dan ponselnya tiba-tiba bergetar.

"Hallo," jawabnya. Informasi di ujung sana membuatnya kesal lagi-lagi, hatinya menggerutu 'apa lagi yang laki-laki tua itu rencanakan' porsi kesenangannya sudah benar-benar habis sekarang. "Baiklah, aku kesana sekarang," jawabnya kemudian.

Juan menuruni tangga yang terlihat rapuh dan tanpa pegangan di sampingnya, tempat ini memang tidak di desain untuk beramai-ramai.

Beberapa gadis yang dilihatnya tadi mulai terdengar cekikikannya yang semakin lama semakin keras. Mereka berada dilantai bawah dan saling memotret dengan berbagai pose. Juan tidak melewati satu pun pasang mata di ruangan itu, gadis-gadis itu memandangnya sedikit terkejut, tak menyangka seorang yang lain di gedung tua itu dan dia adalah Juan, senior di sekolah mereka. Juan setengah berlari keluar menuju pintu yang telah rusak dan menuju ke mobil audi silver yang ia parkirkan tak jauh dari gedung tersebut.

"Kamu lihat tatapanya?" tanya Andrea yang terlihat paling histeris diantara ke empat kawannya, "tampan sekali... " lanjutnya sembari menerawang.

"Berlebihan deh... Bukannya itu Kak Juan ya, pemain drum di band sekolah, cowok sombong-playboy itu," sahut Hania menjelaskan, walau nadanya sinis Hania tak mengingkari bahwa dia memang enak dipandang; rambut hitam, tinggi dan tatapan rendah yang tegas.

My Lovely MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang