Bag 24: Kepergian

38K 1.7K 141
                                    

Bag 24: So don't fall in love, there's just too much to lose. If you're given the choice, then I beg you to choose. To walk away, walk away, don't let her get you. I can't bear to see the same happen to you. (Mayday Parade)

Sahla sedikit merasa lebih baik walau dia masih kikuk dan pendiam. Juan mendudukannya di meja makan, berhadapan dengan Sahla dengan jarak begitu dekat sampai lutut Juan hampir melalui lutut Sahla. Juanlah yang membuat Sahla bisa lebih baik. Juan juga sudah berkali-kali menawarkan untuk mengantarkan Sahla pulang, tapi Sahla tak mau.

"Sudahlah Sahla, jangan bersikap seperti ini. Papa tidak kenapa-napa, ia hanya terkejut, kau tidak perlu merasa bersalah seperti ini."

"Tidak Juan, aku harus bertemu papamu dan minta maaf," kata Sahla bersikeras.

"Kau sudah minta maaf tadi, sudahlah jangan di pikirkan. Sekarang aku antar kau pulang, ayo," Juan menarik lengan Sahla, tapi Sahla menariknya kembali.

"Tidak Juan, kumohon, aku harus bertemu papamu, dia pasti kesal padaku," kata Sahla.

"Dapatkah kau berhenti untuk meminta menemuinya, dia laki-laki sialan!" kata Juan akhirnya, tak kuat lagi menahan diri. Sahla melotot kaget ke arahnya.

"Astaga Juan! dia papamu, kenapa kau berbicara seperti itu?" amuk Sahla.

"Please... Jangan buat aku semakin kesal. Okey? Aku mau kau pulang sekarang," kata Juan menyisir rambutnya frustasi. Sahla terdiam, tak menyahut.

"Sahla," Panggil Juan, "Sahla, apa lagi yang sedang kau pikirkan itu?" tanya Juan memaksa. Sahla merasa gunda dengan pikirannya sendiri, Juan pemarah, lebih pemarah darinya. Mungkin Juan masih akan berbicara keras pada Sahla dan terus mengumpat tentang ayahnya, lebih baik Sahla diam. Juan meraih wajah Sahla, menangkup pipi Sahla untuk menatap manik matanya.

"Katakan padaku," kata Juan mencoba melunak.

"Aku tidak ingin di bayang-bayangi oleh kesalahanku, biarkan aku bertemu papamu," Akhirnya Sahla bersuara, Juan terdiam, tentu sana gadis keras kepala didepannya tidak akan mudah dibujuk, Juan menghembuskan napasnya berat dan beranjak dari duduknya.

"Baiklah," ia menatap Sahla tak kuasa kemudian pergi berlalu keluar dari ruang makan. Sahla sendirian duduk di sana. Berpikir apa yang harus ia katakan pada Ricky. Bagaimana jika Ricky tidak mau berbicara padanya? Ini buruk! dia sungguh menjijikan karena kecerobohannya, Ricky tak akan mau bertemu dengannya.

Juan begitu lama dan tidak juga kembali, Sahla merasa tidak yakin. Ia menoleh ke arah ruang tengah dan memutuskan untuk menyusul.

Mereka ada dikamar utama, pintunya terbuka sedikit. Tampak Juan menghampiri ayahnya yang duduk diatas ranjang.

Ricky hanya berbalut handuk yang menggantung di pinggangnya, ia baru saja selesai mandi. Tubuh tegap Ricky terekspos, kulitnya bersih seperti milik Juan, berwarna kuning langsat. Mereka adalah dua laki-laki keren dan tampan, bagaimana itu dapat menjadi perpaduan yang buruk? Sahla mencoba menguping apa yang sedang mereka bicarakan.

"...Dia sangat mirip dengan Hilda," kata Ricky sembari tersenyum ke arah Juan, tatapannya tampak menerawang "Saat makan malam hari itu, Hilda tak pernah menyukaiku, tapi dia tak menunjukannya, dia berbicara dengan tanggap dan hati-hati. Aku tau dia tak menyukaiku, bahkan saat aku datang ke rumahnya untuk melamarnya, disaat itulah, mungkin juga saat-saat yang tidak akan bisa aku lupakan. Dia begitu gugup dan menumpahkan kopi itu padaku. Ya, Sahla begitu mirip dengannya," lanjut Ricky, wajahnya tampak mengenang, rindu yang dalam terselubung di balik wajah tampan itu. Tapi Juan terlihat membeku dan tak berani mengatakan sepatah kata pun.

"Papa tidak akan pernah bisa membencinya," Kata Ricky kemudian. "Tak masalah, aku akan menemuinya di ruang makan nanti, aku ganti baju dulu," kata Ricky tampak lebih lembut dari pada tadi. Sahla benar-benar tak percaya, jadi Ricky tidak marah padanya? Ia bingung apakah harus merasa senang atau terkejut karena itu. Juan mengangguk dan kemudian meninggalkan ayahnya.

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now