Bag 23: Ask Me Why I Loved Her

35.1K 1.5K 67
                                    

Bag 23: If questioning would make us wise. No eyes would ever gaze in eyes. If all our tale were told in speech. No mouths would wander each to each (Because She Would Ask Me Why I Loved Her, Christoper Brennan)

Juan membuka kancing atas kemejanya dan menekuni buku yang ia baca. Obrolan Tian dan Bian hanya sambil lalu di telinganya. Ke tiga temannya termasuk Arnold sampai geleng-geleng tak percaya. Kapan terakhir kali Juan membuka buku pelajaran dan belajar?

Juan lebih banyak menghabiskan waktunya di Studio dari pada di rumahnya, tak pernah terlihat sebentar pun laki-laki itu belajar kecuali di ruang kelas saat pelajaran.

"Aku seperti berada di kelas sekarang," Ejek Bian berhenti memainkan gitarnya.

"Ini dia murid-murid teladan yang cocok sekali lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi terbaik," Sahut Tian sebelum ketiganya kembali tertawa kecil. Juan tak mengangkat kepalanya.

"Jadi kau lebih memilih membuka buku manajemenmu ini dari pada materi ujian?" tanya Arnold.

"Apa aku harus menjawabnya? kukira sudah jelas, aku harus lulus ujian yang diberikan Ricky dari pada ujian sekolah karena itu seribu kali lebih penting," jawab Juan, Arnold merasa geli dengan jawaban itu.

"Bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Tian penasaran.

"Insead Pranciss," jawab Juan singkat dan jelas.

"Nah, sekarang aku baru iri," sindir Bian.

"Percayalah, kau pasti akan memilih mengemis di jalanan untuk kuliahmu disini dari pada harus kuliah di sana," Jawab Juan membuat Bian tergelak.

"Mengapa kau tak melakukannya? mengemis?"

"Karena ku pikir..." Juan terdiam sejenak melirik Bian sesekali sebelum kembali pada bukunya, "mengemis juga tidak akan berhasil untukku," lanjutnya dan saat itu terlihat Bian menarik wajahnya ke atas saking tergelaknya menahan tawa.

"Jadi kau benar-benar akan kuliah di sana?" tanya Tian lagi. Kali ini Juan perlu menyerahkan seluruh perhatian pada teman-temannya dan menutup bukunya secara bersamaan mengingat tidak banyak waktu yang ia punya. Ricky bahkan sudah membuat jadwal hariannya.

Juan mengangguk pada Tian dengan enggan. Ia tak bisa berbohong, ia tidak nyaman berlama-lama menatap pengertian dan penjelasan tentang saham dan integritas dalam bekerja, yang ia inginkan adalah menatap majalah-majalah soal musik dan membuat list lagu dari sana.

"Kau serius untuk keluar dari band?"

Juan mengangguk lagi.

"Apakah kau mau kita yang bicara dengan Ricky?" Tanya Arnold mengisi keheningan yang sempat terjadi.

"Kuharap kau hanya bercanda. Aku tidak mau ada di antara kalian ikut campur urusanku dengannya, dia... sungguh membuatku hampir gila, " ucap Juan, Arnold langsung mengerdikan bahu mengerti.

"Tidak mengapa, kami mendukungmu untuk melanjutkan sekolahmu di sana, kurasa itu bukan ide yang buruk," Tiba-tiba Bian kembali bersuara, senyumannya kecil dan dingin.

"Jadi kau mendukungku?" tanya Juan kemudian.

"Ya, tentu saja, Juan," ucap Bian bersemangat yang dibalas Juan tidak semangat.

"Serius Juan, berapa lama kau akan disana?" Arnold tiba-tiba mengalihkan perhatiannya.

"Lima tahun?" Arnold mengangah kaget.

"Apakah selama itu kau tidak akan pulang?"

"Entahlah, kuharap tidak, tapi jika melihat kesungguhan Ricky untuk menyekolahkanku ke sana, dia tampak seperti selalu ingin menahanku disana selama yang ia bisa."

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now