Bag 16: She's My Girlfriend

39.7K 1.7K 61
                                    


Sahla baru saja akan kembali ke dalam rumah sakit, tapi di ujung koridor matanya menangkap Juan dan Hania disana, melihat mereka sedang berbincang. Tentu saja, disana ada Ari, tak jauh darinya ada Hania. Apa mereka hanya sekadar lewat? Sahla tak berjalan lebih jauh, ia hanya memerhatikan dan menerka-nerka seintens apa mereka. Astaga, padahal Juan berpikir bahwa Hania berada dibalik semua kesialan Sahla, Juan mengatakan Sahla harus jauh-jauh darinya. Memangnya apa yang mereka katakan? Kenapa mereka saling tersenyum seperti itu dan mengapa Juan balik tersenyum padanya?

Sahla menela ludah, entah kenapa dongkol sendiri. Ia memalingkan wajahnya, tidak ada gunanya berada disini, tidak ada gunanya berlama-lama bersama Juan. Sahla menghardik diri pada seluruh pemikirannya.

Kemudian, entah pikiran yang mana yang mendominasi. Sahla berbalik pergi dan memilih untuk pulang. Lagi pula hari ini ia sudah menguras tenaga terlalu banyak, ia ingin pulang dan beristirahat.

***

Sekolah, terlihat sepi tepatnya di aula.  Setiap kali sekolah begini, Sahla seperti merasa deja vu, terkadang dia berpikir tidak ada tempat yang aman untuknya disini. Bagus! Ia merasa terintimidasi dengan sekolahnya sendiri, mengingat kejadian tempo hari tentang dia dan siraman tepung. Tapi ia mencoba menguatkan pertahanannya dan meyakinkan dirinya, tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi.

"Sahla!" Sapa seorang cewek seangkatannya dengan manis, dia bersama beberapa cewek lain yang tampak berbahaya. "Kami menunggumu," kata mereka dan Sahla hanya bisa bergidik ngeri.

"Lihat apa yang kita punya untukmu," kata yang lain dan Sahla lagi-lagi tidak dapat bergerak.

"Tadaa," Teriak mereka bersamaan sembari memunculkan baju berwarna pink cerah hampir sama dengan pakaian miliknya di kafe Fleur, apa lagi ini?! "Kamu terkejut, kan?" tanya mereka, "Tapi kami masih punya kejutan lain untukmu," lanjut mereka dengan senyuman mematikan, Sahla melebarkan matanya tidak mengerti.

Tiba-tiba cewek-cewek itu menariknya paksa.

Tidak ada yang mengerti bahwa Sahla sudah mencoba berteriak dan memberontak, tidak ada yang tau bahwa dia sudah meruntuhkan pertahanannya. Dia tak pernah sekuat yang di pikirkan mereka, dia memang seorang yang bukanlah apa-apa. Mungkin itu yang membuatnya dianggap sebagaimana boneka, boneka murahan dan tak ada nilainya.

Bag 16: "One of the hardest decision you'll ever face in life is choosing wether to walk away or try harder" -Anonim

Saat itu lapangan di dominasi dengan anak-anak dari kelas 12, biasanya jam istirahat begini tempat yang paling ramai setelah kantin adalah lapangan bola. Anak-anak cowok asyik main sepak bola ketimbang makan atau nongkrong di koridor, mereka tidak akan peduli seterik apa matahari hari itu atau mungkin pakaian mereka jadi bau karena keringat, walau beberapa sudah menanggalakn seragamnya dengan kaos setengah lengan.

Bola di oper ke sisi gawang di halau oleh Arnold dan di giring, tetapi lagi-lagi Beni yang berbadan besar, menghalangi Arnold dan mencoba merebut bola itu, dengan sedikit kasar Beni mengenai tubuh Arnold, kiranya dia memang sengaja membuat Arnold yang terkenal dengan permainan bolanya yang baik jadi tumbang.

Arnold memasang ancang-ancang dan memberi isyarat pada Juan untuk menerima operan bolanya, Juan menangkapnya dengan baik lalu menggiringnya memasuki daerah lawan. Anoy, salah satu temannya yang tubuhnya tinggi dan kurus, lebih tinggi dari Juan malah menjegal Juan dan bola itu terlepas dari kakinya, Juan jatuh dan Anoy tertawa. Tetapi sayangnya bola yang seharusnya berada di kaki Geri kini berada di kaki Tian.

"Juan!! An!!" Teriak seseorang di pinggir lapangan, membuat kesebelasan, menoleh ke arah suara itu, terlebih Juan yang memandang Redo dengan kening berkerut, berjalan pensaran ke arah kawannya itu. Jam istirahat Redo biasa dihabiskannya dengan makan dan ngobrol di kantin bersama anak-anak yang lain.

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now