Bag 20: Small Things About Love

39.9K 1.5K 72
                                    

Bag 20: In this life we cannot always do great things, but we can do small things with great love (bigBoss)

Sahla masih menggigit roti di tangan kanannya, sedang tangannya yang lain terburu-buru memasang kaos kaki. Ini sudah kurang 10 menit lagi, dia pasti akan telat masuk sekolah gara-gara semalam dia tiba-tiba insomnia, membayangkan perkataan Juan yang tak juga enyah dari pikirannya. Jadi, apa mereka pacaran? Tidak, tidak! Sahla menggelengkan kepalanya, mereka hanya mengatakan bahwa mereka saling suka. Lalu apa yang akan Sahla lakukan jika bertemu Juan hari itu, apa dia harus tersenyum dan apa Juan tidak akan mengacuhkannya. Jadi hubungan semacam apa yang mereka punya? Sahabat? Pacar?

Sahla merinding, inilah yang menganggunya sejak kemarin. Sahla! cukup! sesuatu menghardik dirinya. Sekarang sebaiknya dia bergegas. Bagaimana mungkin dia bisa telat bangun, ini seakan pertama kalinya dalam sejarah. "Ma... Aku berangkat," jeritnya yang ia tau ibunya sedang membersihkan ruang tengah. Tak ada waktu lagi karena dia pun harus langsung mencari angkutan umum. Terbayang wajah garang guru piket yang akan ia hadapi nanti.

Saat dia sudah keluar rumah, menutup pintu rumah. Dia hanya bisa terpaku memperhatikan siapa yang tengah menangkringkan siku-sikunya pada pagar putih sepinggang rumahnya. Juan. Astaga, Sahla sampai tidak sadar bahwa matanya membulat penuh dan mulutnya terngangah tidak percaya. Mengapa satu-satunya orang yang tidak ingin ia temui malah berdiri di depannya?!

Juan tersenyum simpul sembari menyapa Sahla. Siapapun yang melihatnya, pasti akan salah paham dengan senyuman itu.

Sahla mendengus sebentar, menyembuhkan sesak napas yang menyerangnya entah sejak kapan. Ia berjalan ke arah pagar, tetap mencoba bersikap biasa.

"Tidak mengapa kau membuatku menunggu hari ini, tapi besok aku bisa menyesuaikan. Bagaimana?" apakah Juan berbicara padanya? Sahla menelan ludahnya, menunduk sebentar dan tak mengacuhkan keberadaan Juan dengan berjalan berlawanan arah. Juan berlari pelan untuk menyeimbangi langkah gadis itu. "Aku bawa motor," kata laki-laki itu. Sahla masih tidak bisa mempercayai apapun, apakah kemarin mereka akan benar-benar pacaran?

"Sahla..." panggilnya kemudian. Tapi Sahla semakin mempercepat langkahnya. Juan mengerang kesal sesaat. Kemudian ia menarik lengan gadis itu, cukup lembut, tapi setidaknya Sahla berhenti juga dan berani menatapnya.

"Kau mau mengabaikanku?" tanya Juan dengan alis bertaut.

"A-akku harus berangkat sekolah sekarang," Kata Sahla terdengar kaku.

"Tidak sebelum kita bicara," ucap Juan, kini Sahla yang menautkan alisnya. Aduh jantungnya pun masih juga sama, tak bisa tenang.

"Biar aku luruskan ini sedikit.." Sahla menarik napasnya dan meghembuskannya, "Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk main-main, aku harus berangkat sekolah begitu pula kau, jika kita terlambat, maka habislah kita.." kata Sahla. Juan terdiam sejenak, tampak tak suka dengan sikap Sahla.

"Sahla, aku tidak tahu apa lagi yang sedang kau lakukan ini. Baiklah, mari kita luruskan juga ini, aku juga awalnya bingung apa yang harus aku lakukan setelah kemarin. Tapi bukankah semuanya sudah jelas, apa lagi yang harus di pikirkan? Karena kita saling suka tidakkah sebaiknya kita pacaran, atau kau ingin berteman saja, atau..."

"Astaga haruskah kita membahasnya sekarang?" Sahla tampak tak kuasa. Juan menghela napas.

"Aku tidak pernah seserius ini sebelumnya, dan aku tidak sedang main-main, aku benar-benar ingin membicarakan ini, " lanjutnya. Melihat Sahla yang hanya diam, Juan mencoba meneruskan keahliannya untuk mendominasi situasi. "Katakan padaku," perintah Juan lagi. Sahla memandangnya penuh pengharapan, dia merasa aneh.

"Apa?" tanya Sahla mencoba bersikap biasa.

"Aku sudah mengatakannya kemarin, sekarang giliranmu, " ucap Juan. Sahla menggeleng tak mengerti.

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now