Bag 15: Two Type of People

39.7K 1.6K 42
                                    

Bag 15: It's your road and you are alone. Other may walk with you but no one can walk it for you -Anonim.

Basma begitu penasaran sejak pertama kali mendengar nama kafe tempat Sahla bekerja, selain tujuannya datang kesana adalah untuk melihat sendiri kebenarannya. Sahla tidak ada disana, Basma bertanya pada salah satu pelayan dan pelayan itu bilang tidak ada seorang bernama Sahla yang bekerja disana. Basma menangkap gelagatnya yang aneh sebelum pelayan itu pergi, ia tak mengerti apa yang mereka sembunyikan.

Merasa belum puas, Basma duduk berlama-lama disana dan memesan beberapa minuman. Selama menunggu, sebenarnya ia juga dibuat bingung menunggu apa, dia berpikir. Mungkin tuduhan ini tidak benar, mungkin Sahla memang tak bekerja disana, mungkin ini hanya permainan seperti yang dimainkan Sahla dan Juan.

Tapi jika sebaliknya, Basma tak keberatan, sungguh, sejak dulu dia sadar Sahla punya pekerjaan paruh waktu sepulang sekolah, dia diam saja, bahkan diam-diam salut melihat kegigihan cara bekerjanya. Kenapa semua orang harus mempermasalahkan? Basma hendak sinis, Sahla bukan dari keluarga mampu, dan jika semua orang akan terlahir dengan cara yang sama, mana yang akan mereka pentingkan, bertahan hidup untuk mengesankan orang atau untuk memenuhi hidup selayaknya tak peduli bagaimana orang melihat.

Dan kemudian ponselnya berdering, nama Sahla muncul disana. Kebetulan yang menyenangkan. Basma sumringah dan mengangkat telepon.

***

Juan langsung melayangkan tonjokan keras bahkan sebelum sempat ia melihat posisi Aiman, dan tonjokan itu tepat mengenai rahangnya. Siapa yang mengira bahwa setelah ditinggalkan Sahla mereka tidak baik-baik saja. Obrolan sengit kembali terdengar dan kali ini Aiman mendominasi.

"Itulah mengapa kau tidak pernah puas dengan satu korban, aku mengenalmu Juan, sangat mengenalmu," ucap Aiman, menyeringai walau sudut bibirnya sudah robek. "Kau tidak pernah serius, kau tidak pernah memikirkan perasaan semua orang, kau hanya memikirkan dirimu sendiri walau kau sendiri sadar seberapa buruk kau."

"Tidak, kau salah, aku tidak lagi seperti itu, semua orang boleh berubah," ucap Juan mencoba menahan dirinya, tangannya masih terkepal kuat, siap setiap kali ia butuh melayangkan tonjokan selanjutnya.

"Benarkah? Kau?" tanya Aiman kemudian tertawa menghina, meludahkan darah ke tanah, "apa yang membuatmu berubah? rasa bersalahmu? Jadi kau juga menyadarinya? Kenapa tidak sejak awal, Juan, mungkin kau bis menyelamatkan hidup seseorang, tapi tidak kawan, kau lebih suka menghabisi seingatku."

Juan mengalihkan pandangannya, "kau tidak akan berhenti bicara, kan?" Aiman tampak menyeringai sembari meringis perih.

"Apa dia selanjutnya? Sahla?" tanyanya.

"Itu bukan urusanmu."

"Sayang sekali, padahal dia gadis baik-baik," Juan tak membalas. "tunggu tunggu, aku mengerti sesuatu," Aiman mengintrupsi dengan tangannya, Juan kembali menatap dengan tajam, "kau tidak akan bisa menjadikan gadis itu sebagai korbanmu selanjutnya, karena seperti biasa, aku akan menghalangimu, bagaimana, kita masih akan bermain permainan itu?" Juan dihadapkan pada seringaian menjijikan milik Aiman, membuatnya geram.

"Malaikat dan iblis?" tanya Aiman, "seperti biasa, aku akan menjadi malaikatnya, dan kau, kau adalah iblis."

"Berhentilah beromong kosong," Juan mendesis penuh kebencian, tahu bahwa Aiman takkan berhenti dan melepasnya begitu saja." Terima saja nasibmu," ucap Juan kemudian, "kau lebih baik berduka sekarang dari pada terus terusan mencari cara untuk balas dendam," dan itu sindirian yang tepat, Aiman tampak memasang wajah geramnya.

"Berduka katamu?"

"Kenapa? Apa aku salah?" Juan menatapnya datar membuat Aiman naik pitam dan menggenggam tangannya erat hendak melayangkan pukulan. Laki-laki itu berlari ke arah Juan dan Juan menangkap kepalan tangannya dan melayangkan kepalan miliknya.

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now