Bag 14: Jealous

46K 1.7K 72
                                    

Bag 14: "The one who can make you mad a lot is the one who you love the most."

Sebuah kafe yang ada didekat sekolah seperti biasa tidak akan ramai, karena hanya para pekerja yang datang kesana. Hania sudah membuat janji dengan Ari sebelumnya untuk makan berdua, tetapi kejadian pagi tadi, melihat wajah Sahla yang tiba-tiba nongol di pintu kelas hampir membuat jantungnya berhenti berdetak saking terkejutnya, mengapa dia harus cemas dengan Sahla? Mata Sahla menangkap tatapannya pertama kali membuatnya takut tapi anehnya Sahla malah melempar senyum ramah kepadanya, apa gadis itu seidiot ini?

"Nia, kamu mau makan apa?" suara Ari masih mengepul diiluar kepalanya, yang ada dikepalanya hanyalah Sahla dan bagaimana menyingkirkan cewek itu "Nia," Ari memanggil gadis didepannya yang hanya menatap tanah dengan mata menerawang. pada akhirnya tangan Ari mengelus lengan Hania mengagetkannya.

"Apa?" tanyanya.

"Kamu ngelamun, ngelamunin apa?" tanya Ari lembut sedang Hania hanya menggeleng pelan. "Ya sudah, sekarang kau mau pesan apa?" tanya cowok itu kemudian.

"Ehm," Hania meraih buku menu yang ada di pinggir meja dan membukanya, "Spageti aja deh, minumnya jus jeruk," jawabnya dan Ari mengangguk mengerti, menggerakan tangannya untuk memanggil pelayan, mengatakan pesanan mereka. Setelah pelayan meninggalkan meja mereka entah kenapa tatapan Hania jadi menajam pada Ari.

"Ada apa?" tanya Ari, Hania menghembus napas malas, "kamu kok kaya banyak pikiran gitu, sih" ucap cowok itu lagi.

"Memang!" jawab Hania kesal.

"Persoalan apa?" tanya Ari.

"Sahla," jawab Hania sesingkat mungkin, kini Ari yang menghembuskan napas berat.

"Kenapa lagi dia?" tanya Ari malas.

"Dia masuk sekolah hari ini," jawabnya.

"Lalu?"

"Kok lalu sih?! Jawabannya nggak akan pernah berubah, aku nggak bisa dia terus ada di sekitarku," Akunya. Ari tidak bisa menangani Hania jika gadis itu sedang badmood, karena ia tidak akan menemui Hania yang polos dan manja lagi dari sana.

"Aku heran dia kok tahan sih, di bully terus-terusan," lanjut Hania.

"Nah, aku tau kenapa," tiba-tiba Ari angkat suara, awalnya bahkan dia biasa saja untuk menyanggupi permintaan Hania mengerjai Sahla, tapi entah mengapa lama-kelamaan ia merasa ada sesuatu yang aneh, menurutnya rasa tidak suka Hania pada Sahla sungguh tidak beralasan, mau tidak mau ia merasa iba pada si Sahla itu.

Hania hanya bisa menatap tajam Ari, bisa-bisa cowok itu mendukung pernyataannya tadi. "Kenapa?" nada sewot di suaranya tidak dapat di tahan.

"Karena lebih banyak hal yang membuatnya bertahan dari pada terusir."

"Apa?! Apa yang kau katakan? Secara tidak langsung kau memang membelanya untuk bertahan,  kan?!"

"eh?" Ari jadi bisu sesaat.

"Ok! aku memang jauh lebih buruk dari dia, dia memang akan selalu menjadi gadis baik dan pantas untuk segala sesuatu, " Hania sudah beranjak dari duduknya mendorong kursi itu keras-keras, secepatnya pergi dari hadapan Ari. Dengan setengah hati Ari ikut beranjak dan menarik tangan Hania.

"Lepas!" Nia menarik tangannya yang ditahan Ari.

"Aku nggak akan biarin kamu pergi sambil marah-marah," katanya, malah membuat Hania semakin kesal.  Nia menyetak-nyentakan tangannya tetapi pergelangan tangannya dipegang semakin erat. Kiranya mereka mulai jadi tontonan. "duduklah," perintah Ari.

"Nggak! Lepas!" kata Hania meninggikan suaranya, membuat seketika wajah Ari jadi garam. Ari langsung menggenggam lebih kuat lagi pergelangan tangan Hania, membuat cewek itu meringis lalu menariknya hingga kembali duduk.

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now