Bag 3: Hard Chosen

71.3K 2.6K 28
                                    

Bag 3: "Seorang yang tidak mengerti tentang berbagi kebahagiaan adalah seorang yang perlu lebih banyak belajar."

Audi silver berhenti didepan rumah mewah, lampu-lampu kuning indah menghiasi taman disana, sedang hanya jangkrik dan tokek yang dapat menikmati keindahannya. Juan langung turun dari mobil dan masuk kedalam rumah. Seperti biasa rumah itu akan selalu sepi, ia yakin untuk mencapai puncak tangga ia harus melewati ayahnya dan rentetan pertanyaannya.

Ia berlari hingga sampai didepan tangga tepat saat kecepatannya mencapai kecepatan maksimal, ayahnya memanggil. "Juan!"

Walau dia adalah anak yang durhaka terkadang, tetapi ia tak mau mempersulit dirinya sendiri karena terlalu banyak durhaka pada ayahnya. Hubungan ayah dan anak ini memang sangat berantakan. Ia berhenti, jika ia tidak berhenti itu malah akan membuatnya dihatui oleh ayahnya sendiri dan akan berlangsung sepanjang hari dimanapun ia berada. Ia mengahadapkan wajahnya sedang kakinya masih menapak di anak tangga pertama. "ada apa?" tanyanya.

"Papa sudah mengatur ulang sekolah untukmu, di luar negri," jelas papanya.

"Oh, jangan sekarang," keluh Juan tak ambil pusing melanjutkan langkah kakinya.

"Selangkah lagi kamu naik, papa akan paksa kamu mengikuti cara papa," talak itu tepat menembak dada Juan sehingga ia harus berhenti dan bertahan sebelum ia jatuh kebalakang. "kita bicara di barroom," kata ayahnya kemudian berbalik tanpa menunggu keputusan Juan.

Tak ada yang dapat dilakukan Juan selain patuh, setidaknya untuk saat ini. ayahnya keras kepala, ia juga keras kepala, lalu siapa yang akan menyelesaikan masalah antara keduanya? Tentu saja ia harus mengalah. Ia mengatakan dirinya lebih waras dari pada ayahnya itu. Ia melihat ayahnya hanya duduk kemudian diam, sepertinya ayahnya menunggu untuk ia duduk tepat disampingnya. Tak lama ayahnya, Ricky berdeham. "Kamu bisa melanjutkan sekolahmu untuk beberapa bulan kedepan sebelum pindah," katanya melanjutkan perkataannya yang terputus.

"Pa, ayolah, bahkan aku akan menyelesaikan sekolahku sebentar lagi, kenapa harus pindah?" suara Juan terdengar bersabar, sedikit datar.

"Karena semuanya sudah diatur, kamu hanya tinggal melakukannya," jelas Ricky. Terlihat Juan mulai lelah dengan sikap ayahnya sendiri. Ia bersiap berdiri dan meninggalkan Ricky yang hanya diam yang bahkan tidak menatapnya, itu lebih diluar kesabaran, selama ini dia tak pernah mengharap ayahnya lebih baik padanya.

"Aku akan pikirkan besok," tidak! Tidak ada yang harus dipikirkan, tetapi satu-satunya cara untuk pergi secepatnya tanpa tekanan lagi adalah dengan berpura-pura menyetujui, itu saja.

Juan pergi tanpa ditahan oleh ayahnya, Ricky menahan diri karena sudah banyak kemarahan yang ia keluarkan entah bagaimana lagi mengurus anaknya itu. Tetapi ia sudah berjanji jika Juan tetap tidak mau patuh, ia akan melakukan berbagai cara untuk melancarkan keinginannya itu, itu pun hanya untuk kepentingan juan, disamping kepentingannya.

***

Sahla berangkat lebih pagi, tentu saja dengan harapan tidak bertemu Juan, laki-laki itu benar-benar mengganggu hidupnya, bahkan tidurnya juga mimpinya. Pagi itu hanya desir angin dan terbangan daun-daun kering yang terlihat, ia bersyukur. Di kelasnya hanya ada beberapa anak yang terkenal rajin dan dianggap culun, dia tidak banyak dekat dengan anak-anak itu, tetapi pagi tadi ia sudah memikirkannya, ia sudah menyusun skenario bahkan jika ia bertemu dengan Juan setidaknya ia akan kabur bagaimanapun caranya.

Dia membawa sebuah novel roman remaja yang akan membantunya menghabiskan waktu paginya yang bakal terasa sepi. Duduk dikursinya yang ada dibelakang sambil membaca sebuah novel dengan cuek, kalau bisa ia akan pura-pura tertawa untuk mengelabui kesenangannya itu.

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now