Bag 21: And Another Problem Just Solved

34.9K 1.3K 61
                                    

Bag 21: Apa yang lebih buruk dari pecundang? yaitu seorang yang tak mengakui kekalahannya (Table No. 21)

"Sepertinya aku mengenal laki-laki ini."
Sahla mengerjabkan matanya pada Juan mencoba melihat kebenaran di mata laki-laki itu. Juan menatapnya serius, sembari mengingat-ingat sesuatu, entah dimana tapi rasanya laki-laki itu pernah di lihat oleh Juan.

"Maksudmu kau kenal ayahku?" tanya Sahla kaget.

"Ya, tapi aku lupa di mana tepatnya," jawab Juan.

"Benarkah?" Sahla seakan tak percaya, "Ehm mungkin kau hanya melihat kemiripan wajah kami, kau mungkin salah lihat, kan?" Tanya Sahla. Bagaimanapun Sahla tak ingin banyak berharap lagi.

"Tidak tidak, aku memang pernah bertemu dengan laki-laki ini, dua hari yang lalu," jawab Juan yakin kemudian menegakan  posisi duduknya dihadapan Sahla. Dengan kerut di kening, Sahla mencari kepastian itu lagi.

"Dua hari yang lalu?" tanya Sahla lagi.

"Ya, jika aku tidak salah orang, tapi, sepertinya tidak, " Juan kembali melihat ke album lekat-lekat. "Ya aku ingat, aku pernah melihat laki-laki ini di kantor papa. Aih makanya aku tidak asing melihat wajahnya," jawab Juan setengah girang, tapi di lain sisi di lihatnya Sahla yang tak bisa bergerak, tercekat. "Sahla," panggil Juan sembari tersenyum. Sahla langsung menggeleng-gelengkan kepalanya seakan mengusir sesuatu.

"Kau tidak sedang bercanda, kan?" tanyanya. Juan menggeleng. "Maksudku.. kau benar-benar bertemu ayahku?" Sahla terlihat gugup setengah mati.

"Aku yakin, aku memang bertemu ayahmu di kantor papa lusa kemarin. Saat itu tak sengaja aku menabrak seseorang. Dia memang sedikit mirip denganmu, apalagi saat mengucapkan maaf," jelas Juan sembari terkekeh geli.

"Juan.. aku serius," desis Sahla.

"Aku juga tidak sedang bercanda, Sahla, " kata Juan kemudian dilihatnya alis Sahla bertaut, gadis itu tampak berpikir.

"Di kantor papamu?" tanya Sahla.

"Ya," Juan mengangguk.

"Oh, oke... Aku akan ke sana besok," katanya sembari melepas keraguan.

Juan tertegun sebentar kemudian ikut mengangguk, "kalau begitu aku akan menemanimu," ucap Juan. Kemudian Juan beranjak dari duduknya, "Kupikir aku harus pulang sekarang," kata Juan sembari melihat ke arloji birunya. Untuk beberapa saat Sahla tak dapat berpikir jernih, tapi kemudian ia sadar dan ikut beranjak dari duduknya.

Sahla mengantar Juan sampai ke depan rumah. Juan memang sosok yang keren apalagi dengan kaos hitamnya itu, penampilan Juan mengingatkan Sahla pada sesuatu. ya! mengingat besok adalah hari Sabtu.

"Juan," panggil Sahla saat tampak Juan sudah memasang helm teropongnya sehingga hanya terlihat mata tajam laki-laki itu. "Jika besok malam kau tidak ada acara, teman-temanku mengundangmu untuk makan malam, untuk tempatnya akan ku beritahu besok," Jelas Sahla berusaha senormal mungkin mengatakannya. Dalam pikirannya Juan pasti akan menggodanya karena ini adalah kali pertama mengajak Juan.

Sahla menunggu respon laki-laki itu barulah kemudian dilihatnya Juan melepaskan helmnya menampakan senyuman menawan miliknya. "Sebenarnya kau ingin mengajakku kencan, kan? dengan senang hati Sahla... Dengan senang hati," kemudian Juan memasang helmnya kembali. Wajah Sahla sudah seperti telur rebus.

***

Seperti janjinya, Sahla menemui Juan tepat di depan gedung sebuah perusahan mewah. Memang sulit mengajak Juan pagi-pagi begini karena saat hari libur laki-laki itu lebih mirip kebo dari pada manusia. Saat Juan mengangkat telepon dari Sahla yang sejujurnya adalah telepon kelima yang baru bisa di jawab, suara laki-laki itu terdengar parau dan tidak jelas. Sahla seperti bicara dengan alien, apapun yang di katakan Sahla tentang rencananya menemui ayahnya yang memang tidak bisa membuatnya bersabar lagi, Juan hanya menjawab dengan dehaman dan erangan. Jika Sahla tidak meneriaki Juan untuk bangun dari tempat tidurnya saat itu juga Juan tidak akan terbangun.

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now