Bag 12: Look at You Like That

44K 1.7K 45
                                    

Bag 12: Sometimes you just want to see her smile and sometimes you relieze how weird it is

Juan hanya ingin main kartu uno, Sahla tahu bahwa laki-laki ini bisa menjadi lebih iseng lagi dengan berpura-pura mendekatinya sebagaimana dulu dia menggoda Sahla. Apa Sahla bisa melupakannya dengan mudah apa yang laki-laki itu coba lakukan padanya? Juan tidak sungguh-sungguh saat dia mendekatinya dan duduk dilengan sofa yang diduduki Sahla kemudian menggenggam tangan Sahla. Rasanya Sahla sudah panas dingin, kehilangan akalnya, dia bisa saja menjerit saat menonton senyum mengerikan muncul dari wajah Juan.

"Kau pasti berpikir aku akan berbuat tak senonoh, ya?" tanyanya, wajah Sahla merah padam, entah malu atau marah. "Aku tahu aku bukan laki-laki baik-baik, tapi percayalah, didalam ruangan terkunci hanya kita berdua, aku dan kau... Apa yang akan terjadi?" dia tampak serius.

"Juan..." Sahla terbata, Juan mengangkat jarinya kedepan bibir Sahla.

"Hsstt," Juan memajukan kepalanya, Sahla memundurkan kepalanya jauh-jauh dengan mata amat terpejam. Juan tersenyum, "kau bahkan tidak bertanya jenis permainan apa yang ingin aku mainkan," dia tertawa, memundurkan kepalanya dan keduanya mulai normal lagi. Sahla memalingkan wajahnya tak suka, masih kaku saat kemudian sambil lalu Juan berkata dengan santainya. "Aku hanya ingin main kartu, sungguh," menahan untuk tidak tersenyum lebih lebar.

Laki-laki itu beranjak dan mengambil kartu uno bergambar minion dari lemari kecil dan menghampiri sofanya yang tadi ia buat tiduran. Sahla tampak linglung sebentar. Juan mengocok kartu itu dan menatap Sahla. "kau mau menemaniku main atau tidak?"

Sahla ingin sekali marah tapi dia bahkan tidak tahu kenapa dia harus marah. Lagipula Juan senang sekali membuatnya jengkel dan lebih senang lagi jika aksinya sampai berhasil membuat Sahla naik pitam. Sahla mengambil duduk disana, berhadap-hadapan dengan Juan begitu rasanya aneh, sebentar timbul perasaan bertanya-tanya apa hubungan mereka memang sedekat dan sebaik ini, tapi jika diingat apa yang terjadi selama ini, rasanya mustahil.

Juan memberinya 14 kartu untuk masing-masing dan mulai main. Sahla tampak serius saat hendak melempar kartunya lebih dulu. "Tunggu tunggu," tangan Juan terangkat menahan Sahla membuatnya terkejut.

Juan tampak setengah menyeringai, "mari buat ini sedikit menarik dengan menghukum siapa yang kalah."

Sahla berpikir sedikit lemot, "yang kalah?" dia berpikir dan mengingat-ingat kemampuannya bermain kartu. Sudah lama sekali dia tidak memainkan ini, menengok ke kartu itu dan menyadari bahwa dia tak sebegitu ingat bagaimana memainkannya.

"Takut?" sindir Juan lagi-lagi membuat Sahla muak.

"Tidak, tentu saja, kita buat hukumannya," ucap Sahla yakin, ia memang benar-benar ingin menendang Juan jika dia punya kesempatan. Laki-laki itu tampak puas mendengar.

"Yang menang berhak menghukum yang kalah," ucap Juan dan mereka mulai untuk main.

Bagi Sahla, permainan ini seperti sebuah keberuntungan, jika kau cukup beruntung mendapat +4 dan tanda plus yang lain kau bisa menang dengan cepat. Dia tidak sedang beruntung, hanya beberapa angka dengan warna dominan merah dan dua stop card. Juan memimpin permainan, Sahla menatap sinis senyuman kemenangan laki-laki itu dan setiap kali Sahla akan melempar kartu dia berkata, "oh oh, belum saatnya," seakan dia yakin dialah yang akan menang.

Juan tampak tenang, dia mungkin menyimpan +4 di balik bokongnya sehingga dia tampak setenang itu yang sering kali membuat Sahla was was. "Kau tahu kau tidak bisa menyembunyikan kartumu," ucap Sahla kemudian.

"Menyembunyikan? Semuanya ada disini," dia mengangkat kartu ditangannya, "aneh jika aku harus memperlihatkannya padamu, Sahla, ini memang harus disembunyikan," dia mengeluarkan satu kartunya bertepatan dengan giliran mainnya.

My Lovely MaidWhere stories live. Discover now