Bag 17: Kick Her Ass

42K 1.7K 95
                                    

Bag 17: In the end, you'll realize you only have a few true friends, but that's better than having many fake ones (thextraordinaryteen)

Tidak ada yang lebih baik dari ini, yakin Sahla, seakan dia bisa bertahan dengan hal paling buruk yang pernah ia dapat seumur hidupnya. Sahla tak pernah mengenal laki-laki selain keluarganya, tak pernah terlintas dipikirannya sedikit pun untuk punya hubungan dengan laki-laki, pacaran, atau hubungan romantis.

Tolonglah, Sahla bisa merasakan kepalanya berkedut sejak pertama kali ia memasuki kafetaria keesokan harinya dan semua mata tertuju padanya. Tapi bukan itu intinya, tentu saja bukan! Sahla ingin menjerit, dia bahkan sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. Yang menganggunya hanya satu, ya, hanya satu, keberadaan Juan.

Sahla berpikir ide untuk pura-pura pacaran ini cukup bagus, hari-harinya jadi berjalan baik, sungguh. Tidak ada lagi umpatan untuknya, tatapan sinis, atau kejadian-kejadian kasar lagi. Tidak ada, benar-benar surut seperti dimakan habis waktu. Sahla mulai menyukai keadaan itu kecuali satu, saat dia harus menghabiskan waktu dengan Juan di sekolah.

Sahla melirik Juan yang sedang berhenti memperhatikan papan jadwal makanan mereka hari itu sambil berkacak pinggang. Tidak mengacuhkan semua orang yang masih saja melirik-lirik mereka terang-terang, Sahla yakin bisa mendengar semua desas-desus kejam mereka jika Juan kemudian tak memecah indra pendengarannya dan bertanya, "bagaimana? Kau mau pesan yang mana?" tapi Sahla pikir desas-desus saja sudah kemajuan besar untuknya.

"Hm, nggak deh, aku nggak lapar," jawab Sahla. Juan menghadap kearahnya sepenuhnya.

"Memangnya tadi pagi sudah sarapan?" Sahla menggeleng, "bohong sekali, Sahla, jika kau tidak lapar," Juan mengangkat tangannya dan menyilapkan rambut Sahla kebalik telinga. "Kau pikir aku bisa melihatmu sakit?" tanyanya. Sahla tersenyum kecut, kau pasti bertanya-tanyakan bagaimana Sahla bisa bertahan, percayalah, kupu-kupu dalam perutnya berkembang biak dengan ganas.

"Baiklah, terserah saja," ucapnya kemudian, Juan balas tersenyum manis dan mendatangi salah satu kios kemudian memesan.

Mereka sudah membicarakan ini kemarin, mereka akan melanjutkan aksi kepura-puraan mereka dengan akting mendukung, Sahla sempat meragukan dirinya sendiri, percayalah.

Seperti kemarin-kemarin, Juan akan membayar makanan mereka, membawa makanan itu ke meja mereka dengan satu tangan dan tangannya yang lain menggenggam tangannya terkadang memeluk pinggangnya. Jujurnya, Sahla risih setengah mati, tak jarang wajahnya bisa semerah tomat busuk.

"Aku tidak tahu jika mereka sekuat ini menonton kita seharian," bisik Juan sambil memasukan daging ke mulutnya.

"Aku tidak meragukannya," bisik balik Sahla yang disambut tatapan bertanya-tanya Juan, "karena kupikir kita memang terlalu berlebihan," Sahla mengerdik kearah lengannya yang bertemu lengan Juan, mereka selengket ini sejak kemarin, terkadang Sahla berpikir Juan terlalu bersemangat. Laki-laki tersenyum.

"Sudah kubilang, agar kau bisa membiasakan diri," dia beralasan. "Ini makan dari sendokku, mereka pasti melotot," Juan menyuapinya dari piringnya dan Sahla--setelah menendang tulang kaki Juan dibawah meja karena aksi cepat Juan dan dia tidak bisa menolak--menerima suapan itu. Juan meringis.

"Jika kau melakukannya lagi, aku akan memukulmu sepulang sekolah," Juan tertawa dan melanjutkan makannya.

Juan bahkan tidak berharap bisa sesenang ini, tapi dia lebih berharap kesenangannya itu hanya karena dia bisa membuat kesal Sahla dengan terus mendekatinya.

Beberapa kelompok orang mulai duduk mendekat ke meja mereka, "astaga, ini pedas, hssh hssh," Juan mengadu.

"Benarkah? ini bahkan tidak ada lomboknya," ucap Sahla, Juan menendang kakinya pelan dan Sahla langsung cemberut saat meraih gelas minum dan mengarahkan sedotan ke mulut Juan.

My Lovely MaidHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin