Part 5

14.9K 570 5
                                    

Jam menunjukkan pukul 4 kurang 15. Namun sudah terdengar suara mobil didepan rumah. Siapa lagi kalau bukan Erza.

Diruang tengah sudah ada Bapak,ibu, dan Kak Azka. Sedangkan Rara menemaniku berdandan. Rara heran dengan kelihaianku bermake up ria. Jujur saja sebenarnya aku ahli dalam berdandan,namun aku malas.

Karena bunyi kendaraan berparkir Rara melihat siapa yang datang dari jendela kamarku. Kamarku memang paling depan dilantai 2. Dan lihat saja Rara langsung terkagum-kagum pada Erza. Karena penasaran akupun juga menengok lewat jendela. Dan apa yang kulihat, seorang laki-laki berdandan memakai kemeja hitam namun bermotif mahal,dan sungguh sangat tampan.

Terdengar dari lantai atas,Bi Darsih,salah satu pembantukeluarga wardhana membukakan pintu dan menyuruhnya duduk diruang tamu. Semua terlihat gaduh terutama para pembantuku yang senang bergosip. Sedangkan Rara yang masih terbengong melihat Erza membuatku tertawa.

"Ra...sadar dek sadar"membangunkan Rara dari lamunannya

"Sumpah kak,keren banget. Dari mana kakak dapet cowok sekeren dia?aku juga pengen kak"

"Dikampuslah dek...lha dia aja temen kampus kakak. Namanya Erza, Galvino Erza Pradana"jawabku singkat

"Udah ayoo,bantuin kakak turun ditangga,kakak kan nggak kebiasaan pakai high heels begini"

"Hahaha kak...kak...Rara bantuin"

Sesampai didepan anak tangga. Bapak,ibu, dan Kak Erza kagum dengan penampilanku. Sungguh ini memalukan sekali.
Aku pun menuruni tangga dengan bantuan Rara. Rara juga nggak kalah cantik.

"Kamu cantik banget dek"kata Kak Azka kagum padaku

"Iyalah kakakku gitu kakak deva"bangga Rara pada Kak Azka."

"Udah kagumnya ka,ayah aja kagum apalagi kamu." Jata bapakku pada kak azka

"Udah-udah ayooo kita keruang tamu udah ditunggu sama Erza itu." Kata mama pada kita semua.

Semua berjalan didepanku terutama ayah dan Kak Azka. Mereka berdualah yang akan menyetujui boleh tidaknya aku dekat dengan Erza. Kapok kamu za, rasain keganasan bapak sama kakakku ucapku dalam hati.

Sesampai diruang tamu. Erza langsung berdiri menyambut bapak dan Kakakku, dilanjutkan menyapa ibuku dan adikku. Dan terakhir aku,dan apa yang kulihat,dia hanya bengong melihatku seperti melihat hantu.

"Deva...kamu cantik banget"puji erza. Entah mengapa membuatku seperti kepiting rebus.

"Sudah sudah pujiannya,mari semua duduk dulu"kata mama pada semuanya. Kami pun duduk hampir bersamaan

Terdiam sesaat
"Begini Bapak,ibu,Kakak,dan Adik tujuan saya kesini itu meminta restu kepada keluarga Wardhana untuk mendekati putri bapak Devalia Putri Wardhana. Saya sangat serius untuk mendekati putri bapak,kalau perlu saya saat ini juga bersedia menikah dengan deva." Kata Erza begitu sopan dan bermakna. Aku hanya dapat melihat bapak sama kakak, mereka saling berpandangan. Namun aku tidak tau apa artinya itu. Semoga saja lancar amiin batinku.

"Kamu masih kuliah nak, apa yang akan kamu berikan pada putriku kalau kalian sama-sama masih kuliah?"tanya bapakku dengan wibawanya.

"Maaf sebelumnya bapak,walaupun saya kuliah,tapi saya sudah mempunyai usaha yang saya dirikan sendiri. Dan itu insyaallah dapat mencukupi sedikit kebahagiaan putri bapak. Dan kebahagiaan sepenuhnya ada pada saya bapak. Saya akan membahagiakan putri bapak devalia dengan penuh cinta. Walaupun kita tidak makan cinta. Namun sebuah rumah tanggak harus didasari oleh cinta " jelas erza pada keluargaku.

"Apa nama perusahaanmu?mungkin aku kenal?"tanya langsung kakakku pada Erza. Kakak tidak main-main dengan calon pasangan hidupku kelak.

"PT Galvino Cahya Perkasa kak,perusahaan yang kudirikan dari 5 tahun lalu"jawab erza dengan tenang lagi.

"Jadi kamu direkturnya?"tanya kak azka lagi. Dan erza hanya menganggukkan kepalanya

"Sekarang bapak akan bertanya lagi,apa yang membuat kamu menyukai anakku deva?"tanya bapakku dengan wibawanya lagi.

"Sebenarnya tanpa sepengetahuan deva,saya sudah menyukai deva 3 tahun lalu pak, saya selalu memperhatikan deva dari jauh.Deva selalu membantuku ketika aku butuhkan bapak, Jujur saja saya terkenal playboy dikampus,gonta-ganti pacar. Itu sebenarnya caraku menutupi rasa sukaku pada deva pak. Hanya cara itu supaya saya bisa dekat dengan deva. Dengan saya nakal seperti ini,saya bisa bertengkar dengan deva pak. Itulah salah satu alasanku memilih deva sebagai pendamping hidup saya."jawab erza dengan sungguh sungguh. Kenapa kak Azka hanya diam saja. Apakah kak azka tau tentang erza?batinku lagi.

"Baiklah,deva sekarang bapak tanya sama kamu?kamu sekarang mau bagaimana?"tanya bapakku padaku

"Jujur saja aku memang belum punya pacar,namun aku juga belum tau menerima erza apa tidak bapak. Bagiku ini sangat mendadak. Apalagi aku tiba-tiba dilamar erza. Bapak bolehkah aku akan memberi kesempatan pada erza untuk membuatkua bisa cinta padanya. Tapi aku tidak mau jadi pacarnya. Pacar baginya seperti koleksi semata. Aku ingin bertunangan dulu dengannya. Bolehkah bapak?"

"Bagaimana erza,kamu siap bertunangan dengan putriku ini?kamu siap dengan kedua orang tuamu?"tanting bapakku pada erza.

"Saya siap pak. Saya siap membawa kedua orang tua saya,termasuk keluarga saya." Jawab tegas namun sopan pada bapakku.

"Deva,tidak hanya erza yang berkenalan dengan keluarga kita. Tapi kamu juga harus seperti erza menemui keluarga Pradana. Mengerti?kamu adalah putri wardhana harus bisa." Pinta bapakku padaku

"Iya bapak,aku akan menemui keluarga pradana secara pribadi dulu. Kalau saya diterima dikeluarga pradana. Kita berdua akan mempertemukan keluarga" jawabku sopan pada bapakku.

"Dan yang terakhir pak,saya meminta izin mengajak makan malam deva diluar" tanya erza canggung.

"Boleh nak erza,silahkan tapi jangan lupa waktu. Jam 11 deva sudah harus dirumah" tegas bapak pada erza.

"Siap bapak"

"Jangan lupakan aku disini dong. Aku calon kakak iparmu ni. Aku merestui kalian karena aku taua siapa kamu. Aku harap kita dapat bekerja sama dalam berbisnis. Jaga adikku jangan sampai membuatnya menangis." Kata kakakku. Jujur saja yang paling kutakutkan adalah kakakku. Kakakku lebih selektif dibandingkan bapakku. Untung saja mereka setuju. Tunggu kenapa aku ikut bahagia. Aku kan belum cinta pada erza. Hanya memberi kesempatan saja.

"Kalau begitu saya permisi pak bu kak dek" pamit erza pada keluargaku.

Aku pun juga pamit pada keluargaku. Lalu aku menuju mobil Sport BMW Z4nya erza. Dibukakannya pintu mobil penumpang untukku. Lalu erza mengemudikannya dengan nyaman.

Perfect LoveWhere stories live. Discover now