1

83K 2.1K 12
                                    

Amy menatap jendela dengan tatapan kosong. Ia selalu merasa kosong setiap Lee keluar dari apartemennya. Perasaan yang semula begitu berbunga-bunga seakan berubah jadi tandus begitu Lee keluar dari pintu itu. Amy sepertinya sudah mulai gila, karena ia menebak mana mobil yang berjalan di jalanan kota Jakarta yang berisi kekasihnya. Dari jarak 20 lantai tentu saja itu tidak mungkin diketahui. Tapi Amy selalu dan selalu berusaha mencari keberadaan Lee.

Amy merengkuh dirinya yang kedinginan karena disetel pada suhu terendah. Mungkin karena pengaruh AC ini pula ia jadi pribadi yang dingin. Orang yang tak banyak bicara. Sekalipun bicara, lebih banyak ketus dan sering menyakiti perasaan orang lain.

Benarkah?

Benarkah karena AC?

Bukan karena Lee?

Amy memeluk tubuhnya yang hanya berbalut kemeja. Kemeja milik Lee yang sengaja ia simpan di sini. Kemeja yang membuat Amy selalu merasa dalam dekapan Lee. Di tubuh Lee, kemeja ini begitu pas. Membuat tubuh berotot Lee jadi terlihat begitu menggoda. Bagi Amy dan bagi perempuan mana pun. Di tubuh Amy, kemeja itu begitu longgar menggantung hingga pingulnya.

Tidak hanya Amy yang terpesona oleh penampilan Lee. Dia selalu bisa menarik perhatian tanpa bermaksud melakukannya. Hanya dengan berpakaian yang tepat, rambut yang rapi, dan wangi, Lee mampu membuat perempuan normal manapun menoleh padanya minimal 2 kali. Ditambah lagi dengan wajahnya yang mirip bintang Korea dengan mata lebih belo.

He's always been school's idol. Tapi dulu Amy tak begitu memperhatikan betapa tampannya Lee karena ia tidak peduli akan seberapa banyak pria tampan di SMA-nya. Lee juga nampak tak peduli dengan Amy. Cuma seorang pengurus OSIS dan manajer basket. Siapalah dibanding bintang futsal sekolah dan juara Cerdas Cermat, Lee.

Amy dan Lee memilih untuk tidak mempedulikan satu sama lain.

Amy tersenyum sendiri. Betapa berbedanya kondisi mereka saat di SMA dan sekarang. Dulu, tidak peduli yang satu ada di mana. Sekarang, dimanapun dicari tahu dan tentu saja sama sekali tak bisa untuk berpisah lama-lama.

Cuma waktu yang mampu memisahkan mereka. Biasanya di malam hari. Amy kembali ke apartemennya, Lee kembali ke rumahnya. Kembali menjalankan peran sebagai kekasih Lika.

Tepatnya, Amy adalah kekasih terang, bukan kekaaih gelap. Toh mereka berhubungan saat hari terang. Tidak lucu? Memang. Tapi Amy selalu berusaha melihat sisi positif atau sisi lucu dari kehidupannya saat ini. Kata orang, mereka yang bisa menertawakan masalahnya adalah orang yang hebat. Sayangnya Amy selalu gagal melihat sisi positif dalam hubungan dirinya dengan Lee. Dimana dia seharuanya segera meninggalkan Lee sebelum semuanya terlambat.

Itulah kenapa sekarang Amy begitu dingin. Ia memang tak banyak bicara sejak dulu tapi sekarang, kelakuan dan kata-katanya jauh lebih dingin dari biasanya.

Amy menghela nafas. Sudah 30 menit berdiri memandang jalanan kota Jakarra. Lee juga sepertinya sudah menjauh. Saatnya beristirahat untuk besok kembali berakting kembali jadi perempuan muda mandiri.

Tring tring triiiiing!

Amy menoleh ke arah ponselnya yang tergeletak di meja. Panggilan Facetime dari kakaknya. Begitu diterima, yang muncul adalah wajah Cahaya, keponakannya yang baru 3 tahun.

"Cahaya, kamu belum tidur?" Sapa Amy dengan ceria. Sudah pukul 9 harusnya anak-anak sudah tidur.

"Beyuuummm. Ontimi belum bobo?" Tanya Cahaya juga dengan ceria.

"Belum. Ini baru mau tidur. Cahaya lagi apaa?"

"Kangen Ontimiiii. Tapi Cahaya mau ke Anyel nantiii,"

"Asiknyaaa, sama siapa?"

"Mama Papa,"

Lalu muncullah wajah Jen, kakak Amy. "Ada acara gathering kantornya Joshua, aku sama Chaya boleh ikut."

Amy mengangguk. "Have fun ya Cahaya sayang. Hati-hatiii,"

"Dadah Ontimiiii,"

Amy dan Chaya saling melemparkan kecupan lalu sambungan diputus. Amy kembali kesepian. Lee juga belum menghubunginya. Lama kelamaan, Amy jatuh tertidur.

***

Another works from me. Hope you all guys gonna like it. Looking forward for your comments and votes. Thank youu :*

Fated to Separate - END (GOOGLE PLAY)Where stories live. Discover now