23

18.6K 1.4K 42
                                    

Hari Minggu. Ganti Amy yang mengajak Lee ke rumahnya. Bertemu Papi, Mami, Jen, Cahaya, dan Joshua. Kali ini suasananya santai. Amy dan Lee berangkat bersama dari apartemen Amy. Keduanya mengenakan jeans dan kaos santai. Sampai di rumah pukul 11 dan disambut oleh seluruh keluarga Amy.

Lee rupanya sangat terlihat gugup. Ia menyalami orang tua Amy dengan wajah grogi. Keluarga Amy, tepatnya Mami, Jen, dan Cahaya sudah tahu tentang Lee. Hanya Papi dan Joshua yang kebingungan. Padahal Amy kan setuju untuk pacaran dengan Arthur?

Kegugupan Lee berkurang saat Cahaya mengajaknya bermain. Sambil menunggu makan siang disajikan, Cahaya mengajak Lee bermain lego dan Lee menyanggupi. Mereka bermain ditemani Joshua, ayah Cahaya. Sementara Papi menonton TV dan para wanita sibuk di dapur.

"Lee memutuskan untuk memilih Lika," kata Amy di dapur. Jen dan Mami mengira Lee kemari karena sudah memilih Amy.

"Apa? Terus kenapa dia kesini sekarang?" tanya Jen agak tidak terima.

"Kami mau menyelesaikan semuanya dengan baik. Sejak awal kami memang tidak pernah menyembunyikan hubungan. Kemarin aku bertemu keluarga Lee. Hari ini Lee bertemu keluargaku. Katakanlah, kami hanya mmbayar hutang sesuatu yang seharusnya sudah sejak lama kami lakukan. Jika pada akhirnya Lee memilih Lika, setidaknya sudah tidak ada yang mengganjal di antara kami." Amy bergetar saat menjawab ini.

"Owh,"

"Kamu yakin bisa brpisah dari Lee?" gantian Mami yang bertanya.

Amy mengangguk. "Mulai besok, Lee bukan milikku lagi."

"Lalu Arthur?"

"Arthur tahu tentang Lee. Dia meminta aku memilih dia. Sepertinya setelah ini aku akan langsung menikah dengannya,"

"Jangan terburu-buru," cegah Jen.

"Buru-buru atau tidak sama saja Jen. Toh aku akan menikah dengan pria yang tidak aku cintai. Untungnya aku sudah kenal Arthur dan dia jelas-jelas mencintai aku."

"Jangan permainkan perasaan Arthur," lagi-lagi Jen

"Arthur sudah tahu perasaanku. Kalau dia tetap melamarku berarti dia sudah tahu resikonya,"

"Kalau gini keras kepalamu keluar, Amy," Jen mengangkat bahu.

"Minimalisasi sakit hati orang, upayakan bahagian untuk banyak pihak," timpal Mami.

"I know, Mami. Thank you,"

Lee ditanyai banyak hal oleh keluarga Amy. Pekerjaannya, klub bola favorit, riwayat berpacaran, belanja, sampai kenapa lebih memilih Lika dari Amy.

"Saya..." Lee ragu-ragu menjawab, ia melirik Amy yang mengangguk. "Saya memilih menyelamatkan banyak karyawan saya. Agar mereka tetap punya pekerjaan. Meski itu artinya perasaan saya sendiri terkorbankan. Juga perasaan Amy. Saya minta maaf untuk itu."

"Tidak bisakah jalan keluar lain?" Jen berkeras.

"Sudahlah Jen. Aku sudah siap," Amy mencegah.

Semuanya kembali diam. Baru kembali ramai ketika makan selesai dan mereka duduk-duduk santai. Lagi-lagi Lee bermain dengan Cahaya.

"Lee," panggil Amy.

"Ya, Ma Belle," seru Lee refleks. Ia tiba-tiba sadar bahwa ia sedang berada di depan keluarga Amy. "Ya, Amy."

Amy tertawa. Berjalan menghampiri Lee yang tadinya sedang kejar-kejaran dengan Cahaya.

"Sudah hampir senja," bisik Amy.

"Onti mau main juga?" tanya Cahaya polos.

"Nggak sayang. Om Lee sudah harus pulang," Amy berhongkok.

"Sebentar lagi bisakah?" gumam Lee.

"Sampai Cahaya lelah ya," Amy memundurkan tenggat waktunya.

Lee mengangguk. Mereka kembali bermain bola. Amy kembali duduk di kursi bersama Jen. Keluarganya yang lain di dalam.

"Yakin?"

"Hmm?" Amy menoleh.

"Melepaskan pria seperti dia?" Jen menunjuk Lee.

"Aku tidak akan pernah melupakan Lee. Bahkan mungkin aku tidqk akan membiarkan pria lain menyentuhku selain Lee. Tapi Jen...keputusan kami sudah bulat. Kami tidak ingin membuat masalah ini berlarut-larut."

"Baiklah. Ngomong-ngomong, sudah hampir Maghrib. Cahaya harus istirahat,"

Amy mengangguk, ia memanggil nama Cahaya. Cahaya melompat kegirangan menemui ibunya. Mereka masuk ke dalam, meninggalkan Amy dan Lee.

"So..."

Lee diam tak bergerak menatap Amy. Amy berusaha tersenyum.

"See you again Lee,"

"See you again, Ma Belle."

"I love you,"

"I love you more,"

Keduanya terdiam. Lee mengulurkan tangannya. Amy melangkah pelan, menaruh tangannya di pipi Lee, tangan Lee melingkar ke pinggang Amy. Dilatarbelakangi mentari senja, mereka berciuman tanda perpisahan.

***

Fated to Separate - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang