24

19.3K 1.4K 49
                                    

Arthur sudah kembali dari Beijing. Ia mengabari Amy begitu mendarat di bandara. Amy minta maaf karena tidak bisa menjemput tapi Arthur berkata tidak apa-apa. Rupanya hari itu Arthur langsung ke kantor dan pulangny menjemput Amy.

"Kamu gak seharusnya menjemput aku padahal kamu baru kembali dari bandara," kata Amy saat mereka berdua sudah dalam mobil CRV Arthur.

"Karena sudah terlalu kangen kamu, My," kata Arthur lalu dia tertawa.

Amy pura-pura cemberut. "Malesin banget alasannya."

"But seriously, selama di Beijing aku kangen kamu. Was-was menunggu apa jawaban kamu atas percakapan kita sebelum aku berangkat ke Beijing,"

Amy tersenyum samar. Mengingat itu hatinya jadi terasa perih. Tapi Amy sudah berjanji untuk tidak menangis lagi. Mereka sudah resmi putus kemarin. Hari ini rencananya Lee dan Lika akan benar-benar menjalani pesta pertunangan. Lika juga sudah resmi keluar dari Nesiatel (mengabaikan one minth notice) sehingga tak ada lagi yang seharusnya mengganggu proses move on Amy.

"Aku dan dia sudah putus, Arthur," kata Amy, memandang jalanan kota Jakarta.

"Benarkah?" Arthur memandang Amy dengan mata berbinar. Amy mengangguk.

"Apa artinya aku boleh melamar kamu sekarang?"

Amy memandang Arthur, tertawa. "Gak ada yang larang, Arthur. Sepanjang kamu punya cincin."

Dan Amy berpikir Arthur tidak punya cincin saat itu. Ia baru kembali dari Beijing, seharusnya belum memiliki persiapan untuk lamaran.

"Okay," Arthur merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan kota beludru biru tua. "Marry me?"

Amy tercengang. Dia benar-benar sudah punya cincin! Cincin emas berhias emas putih di sekelilingnya dan berlian besar di tengah dengan beberapa permata kecil di sekelilingnya.

"I'm not kidding, Amy Priskila," Arthur menyeringai. Amy tertawa. Baginya ini terasa lucu. Dilanar di tengah kemacetan kota Jakarta.

"Dengan segala masa laluku, kamu mau menerima?"

"How worse is your past?" Arthur mengangkat bahu acuh.

Amy akhirnya mengangguk. Masa lalunya tidak benar-benar buruk. Hanya ada satu pria yang belum pernah pergi.

Malam itu di jari manis tangan kiri Amy sudah melingkar sebuah cincin.

***

Pernikahan Amy dan Arthur dilangsungkan sebulan kemudian. Hanya pesta kecil di Bali bersama keluarga dan teman dekat termasuk Izza dan keluarga. Persiapan yang mendadak membuat semuanya jadi serba sederhana.

"Finally, Amy Watson," bisik Arthur di telinga Amy. Amy tertawa dengan gaun putih yang membalut tubuh rampingnya. Rambutnya hanya ditata sederhana mengenakan bando.

"Love you," ujar Arthur. Ia mendekati Amy dan mencium istrinya. Bagi Amy, ini adalah ciuman pertama dari pria selain Lee. Amy benar-benar harus memulai hidup baru.

***

Lee memandangi undangan putih bertinta emas itu berkali-kali sejak undangan itu tiba di kantornya. Sebuah undangan sederhana dari Amy Priskila dan Arthur Watson. Sabtu ini, di Bali. Bukan pengantin wanita yang mengundang melainkan pengantin pria. Bagaimana bisa ternyata si pengantin pria adalah lawyer partner Kusuma Corp.

Lee menolak untuk datang. Ia tidak mau jadi bulan-bulanan karena datang sebagai pihak yang kalah. Terlebih, ia tidak siap menerima kenyataan bahwa wanita yang paling dicintainya ternyata jadi milik pria lain.

Sehingga ketika Amy dan Arthur di pulau dewata sana mengikat janji, Lee memilih untuk menyibukkan diri di kantor. Meski hari ini kantor libur.

"Sial," Lee meremas kertas yang ia tulisi sedari tadi ke tempat sampah. Blueprint product barunya mendarat di tempat sampah.

Fated to Separate - END (GOOGLE PLAY)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant