6

36.1K 1.5K 22
                                    

Amy merangkul tubuh Lee yang tidur di sebelahnya. Merasakan keberadaan kekasihnya yang begitu nyata sepagi ini. Amy sudah bangun lebih dulu, sekarang sedang memperhatikan Lee yang masih tidur. Mulutnya sedikit terbuka dan dia tidur nyenyak sekali. Amy mengulurkan tangannya dan menyentuh bibir Lee, mengusap pipinya, memandangi sempurnanya Lee di mata Amy, bersyukur Lee adalah miliknya.

Atau setidaknya itu yang dikatakan Lee. Entah akan seperti apa hubungan Amy dan Lee setelah ini. Apakah Amy akan jadi wanita kedua atau malah Lee berani menolak permintaan Mr. Edward? Jujur saja Amy tidak tahu dan tidak mau berpikir.

Lee menggeliat dan membuka matanya. Saat melihat Amy, dia sedikit terkejut. Namun sedetik kemudian malah tersenyum.

"Kok kaget gitu?" tanya Amy.

"Baru pertama bangun tidur ada yang nyambut. Gini rasanya ya," kata Lee, senyumnya mengembang dari telinga ke telinga.

"Kerja," bisik Amy setelah memberi morning kiss pada Lee. Ia turun dari tempat tidur dan mengenakan jubah mandinya.

"Aku mau bikin sarapan dulu deh. Kamu mau apa?"

"Apa aja. Roti, omlet, nasi goreng, bubur, nasi uduk," Lee mengabsen menu sarapan yang biasa dijumpainya di meja para karyawan.

"Itu atau kan? Bukan semuanya?" Mata Amy menyipit.

Lee tertawa lebar. Ikut turun dari tempat tidur. Tubuhnya masih polos tanpa sehelai benang pun. Amy menelan ludah dan mundur sesikit. Khawatir dirinya tergoda kwmbali.

"Aku bikinin roti aja ya," ujar Amy lalu buru-buru ke dapur. Sementara itu Lee masuk ke kamar mandi.

Lee selesai mandi tak lama setelah Amy juga selesai menyiapkan sarapan. Melihat Lee yang hanya berbalut handuk lagi-lagi membuat Amy menggeleng. Ia harus bekerja, tak ada waktu untuk 'olahraga pagi'. Maka dari itu Amy buru-buru masuk ke kamar mandi.

Begitu keluar dari kamar mandi, Amy lega karena tak ada Lee. Ia bisa membuka jubah mandinya dengan leluasa dan berpakaian. Tersengar suara TV di depan. Sepertinya Lee sedang menonton TV di sofa yang mereka gunakan untuk bercinta swmalam. Pipi Amy langsung merona merah.

"Ma Belle," panggil Lee, kembali masuk ke kamar. Amy menoleh. Lee rupanya hanya mengenakan kaus dalam.

"Kamu gak pake kemeja?" tanya Amy.

"Kusut. Ntar aku pake persediaan di kantor aja," jawab Lee menunjuk kemejanya yang tersampir di samoing tempat tidur. "Kamu lagi apa?"

"Nyatok rambut," Amy mengacungkan alat catokannya. Alih-alih jengkel, Lee bersansar di dinding lalu tersenyum. Diam lama memperhatikan Amy. Ketika Amy seleaai mencatok rambut, Lee memeluknya dari belakang.

"Pagi yang menyenangkan. Bangun pagi langsung melihat kamu, dibuatin sarapan sama kamu, liat kamu dandan, nanti berangkat bareng. I want to have this kind of life forever,"

"Tapi kamu yang membuat bayangan itu kabur, Lee," Amy menepuk tangan Lee lalu bangkit. "Entah apa kelanjutan hubungan kita nanti. Atau mungkin kamu cuma pengen tubuhku aja dan setelah itu kamu putusin aku lalu bertemu calon tunanganmu itu?"

"Amy!" Lee berseru kaget. "Kamu ngomong apa sih? Gak ada yang cuma pengen have sex doang sama kamu. Aku sayang dan cinta sama kamu. Bukan Lika,"

"Jadi namanya Lika?"

"Apa?"

Amy mulai menahan tangis. Ia tidak mau lagi terlihat sedih walau dalam hati benar-benar sakit mengetahui kenyataan bahwa Lee akan dijodohkan.

"Jadi perempuan itu, Lika?"

"Amy. Bukan itu fokus pembicaraan kita,"

Amy menggeleng, meraih tas Michael Kors-nya lalu keluar lebih dulu. Meninggalkan Lee di kamarnya sendiri.

***

Ini pertama kalinya mereka bertengkar. Lee berkali-kali menghubungi Amy tapi Amy sama sekali tak menggubrisnya. Lee ingin sekali mendatangi kantor Amy dan membicarakan dengan sebaik-baiknya. Namun Lee punya setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan. Ia baru pulang larut malam dan pasti Amy sudah tidur.

Keesokan harinya Lee sengaja mengosongkan waktunya sejak sore hingga malam. Ia butuh bicara dengan Amy. Bermodalkan kunci apartemen Amy, Lee masuk dan menunggu di sofa. Seperti biasa, pukul 6 Amy sudah sampai di apartemen. Dia terkejut, tentu.

"Amy," panggil Lee.

"Aku gak...."

"Kita harus bicara. Sekarang," Lee berseru agak lebih keras dari biasanya. Amy terhenyak, mundur satu langkah. "I wont hurt you, Ma Belle."

Karena suara Lee kembali seperti semula, Amy jadi lebih tenang. Ia diam memperhatikan Lee.

"Hanya kamu, Amy Priskila, yang aku cinta dan aku harap jadi pendamping hidupku selamanya. Bukan putri Mr. Edward. Tapi kamu huga harus tahu bahwa saat ini bisnisku sedang berkembang. Butuh banyak hal yang dilakukan. Aku hanya akan menyetujui rencana Mr. Edward untuk sementara. Sembari aku mencari cara bagaimana supaya aku tak perlu menikahi Lika,"

Amy masih diam.

"Trust me, please," pinta Lee. Amy memandang Lee lekat-lekat. Amy bisa melihat mata Lee yang bicara jujur. Perlahan Amy menghampiri Lee, memeluk tubuh Lee erat-erat, menenggelamkan wajahnya di dada Lee.

Amy menangis tanpa suara. Baru membiarkan orang yang dicintainya berpacaran dengan orang lain saja rasanya sakit.

Lee balas memeluk Amy, membelai rambutnya. Meyakinkan Amy bahwa ia selalu ada.

***

"Jadwalku hari ini," tulis Lee melalui WhatsApp. Setelah itu ia mengirimkan screen capture jadql di ponselnya kepada Amy. Sambil menopang dagu, Amy membaca jadwal Lee yang begiru padat. Sampai di jadwal terakhirnya, 'makan malam bersama Mr. Edward'.

"Makan malam dengan Mr. Edward?" tulis Amy.

"Ya, dengan putrinya juga," balas Lee. Saat menulis ini ia agak ragu juga. Tapi ia dan Amy seoakat untuk selalu saling jujur.

"Oke," Amy membalas lagi. Pasrah.

Malam itu Amy memulai kebiasaan barunya. Berdiri di depan jendela memandangi pemandangan Jakarta. Melihat kerlap kerlip lampu mobil. Bertanya-tanya adakah kekasihnya di siru. Ingin bertemu dirinya atau yang lain.

***

"Jadi gimana Ky pertemuan kemarin?" Una, salah seorang staf Amy bertanya berapi-api pada Kya, anak baru yang diaebut seperti peri oleh Amy. Amy dan beberapa stafnya sedang makan siang bersama. Mereka terlibat obrolan mwaki Amy hanya memperhatikan sambil makan.

"Menyenangkan. Orangnya baik banget, ganteng lagi," kata Kya sambil tersipu.

"Ada apa sih?" Izza, Asisstant Manager Amy nimbrung. Penasaran akan obrolan dua anak paling kecil di tim ini. Izza dan Amy sama-sama 28 tahun sesangkan Kya dan Una masih 23 tahun, baru lulus kuliah. Ada lagi Hanif , Yulinda, dan Gunadi yang usianya 26 tahun.

"Ini mba, si Kya baru ketemu sama calon suaminya," jawab Una ceria. Sementara itu Kya mencubit tangan Una karena malu.

"Dijodohin lu?" Tanya Izza kaget.

Kya masih tersipu dan mengangguk.

"Kok mau sih? Masih jaman jodoh-jodohan?" Izza melirik Amy, Amy mengangkat bahu.

"Disuruh daddy. Aku ikut aja," jawab Kya malu-malu.

"Lagian cowonya ganteng dan baik katanya mba. Badannya bagus, kaya pula, entrepreneur gitu," Una menambahkan. Menyeringai geli. "Siapa sih namanya? Lo belum cerita ke gue deh."

Sambil melirik teman-teman satu departemennya, Kya berbisik menyebutkan nama pria yang dijodohkan dengannya.

"Lee An Kusuma,"

Amy mendadak ingin memuntahkan makanan yang sedang ia makan. Beruntung Amy tidak sampai batuk-batuk dan membuat orang lain memperhatikan dirinya.

Amy lupa, tidak sadar bahwa nama asli Kya adalah Alika Rezkya Sutedja. Kya. Lika.

***

Fated to Separate - END (GOOGLE PLAY)Where stories live. Discover now