2

46.4K 1.8K 7
                                    

1 year ago

"Cahaya, pelan-pelan jalannya!" Amy berseru horor melihat keponakannya, Cahaya yang berlari kesana kemari di tengah keramaian orang.

Dengan menyelinap diantara orang-orang yang berdiri dan mengobrol, dengan cepat Amy berhasil menangkap Cahaya dan menggendongnya. Cahaya meronta sedikit, minta diturunkan. Namun Amy menggeleng, mencubit hidungnya.

"Kalau kamu lari-lari terus, Onti ga kasih kamu turun. Biar Onti gendong kamu aja," kata Amy sembari mengacak rambut Cahaya.

Ia dan kakaknya sedang menghadiri reuni SMA. Mereka memang sekolah di SMA yang sama, angkatannya pun hanya terpaut 3 tahun. Begitu Jen lulus, Amy masuk. Amy tertarik masuk ke SMA ini karena melihat Jen juga. Jen anak cheerleaders sekaligus OSIS. Beberapa kali Jen mengajak Amy untuk datang ke sekolahnya setiap ada acara seru, jadilah Amy makin terpengaruh untuk sekolah di sini.

Ternyata SMA Luxury High ini memang seru. Banyak aktivitas yang disediakan untuk siswa-siswinya, dari kegiatan standar seperti PMR, cheers, basket, futsal, KIR, keagamaan, sampai yang unik seperti golf, berkuda, berenang, sampai wall climbing. Saat masuk, Amy terlalu tertarik pada semuanya sehingga dia lebih memilih jadi anak OSIS, yang cenderung punya akses untuk ikut semua jenis kegiatan. Sekaligus jadi manager basket karena, ehem, pacarnya saat itu adalah anak basket. Walaupun 3 bulan setelah Amy jadi manager, dia dan Vin putus, Amy tetap menjalankan tugasnya dengan baik. Vin juga tak punya masalah dengan mantannya sehingga mengganggu aktivitasnya di basket.

Sesungguhnya menyenangkan kembali ke sekolah. Setelah bertahun-tahun sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas sosial Amy, sampai ia 'lupa' untuk mampir ke sekolah atau menghadiri acara-acara yang diadakan sekolah. Sekarang ia bisa kembali menyusuri lorong-lorong kelas, berjalan di lapangan basket (yang sekarang sedang disulap jadi panggung), mengingat ciuman pertamanya dengan Rivan, siswa kelas 3 yang jadi pacarnya hampir setahun, mengenang kejadian saat Amy tertimpa temannya yang pingsan karena kepanasan saat upacara, iseng bolos dari pelajaran Bahasa Indonesia karena gurunya menyebalkan, sampai saat melihat Vin dihukum di tengah lapangan basket karena ketahuan mencontek.

"Vin dateng gak ya?" Gumam Amy. Dia tidak berharap Vin lagi. Vin baru saja menikah tahun lalu, Amy juga diundang. Hanya saja, Vin selalu jadi cinta pertamanya. Hubungan mereka masih baik-baik saja sampai saat ini.

"Amy?"

"Dira? Hei!" Amy berseru senang melihat Dira, ketua OSIS-nya saat dia menjabat di tahun kedua.

"Anak lo?" Dira menunjuk Cahaya.

"Kakak gue. Emaknya gak tau kemana, gue kebagian ngurusin aja,"

"Oh. Lucu banget, namanya siapa?"

Dira menghampiri Cahaya, yang menatap Dira dengan tatapan menyelidik.

"Cahaya, Ontiii," malah aku yang menjawab karena Cahaya malu-malu, bahkan memalingkan wajah dari Dira. "Mungkin ngantuk. Gue cari emaknya dulu ya. Ntar kita ngobrol lagi. Bye Diraa,"

"Bye, My. Eh, bentar, gue minta kontak lo dulu dong,"

Amy menyebutkan nomor ponselnya lalu setelah itu mulai mencari Jen. Ia mengecek ponsel dan tidak melihat pesan dari Jen. Artinya, Jen bisa ada di mana saja sekarang.

"Auuuss," bisik Cahaya di telinga Amy.

"Oke beli minum dulu ya. Kamu mau apa sayang?"

Cahaya menggerakkan kepalanya kesana kemari, melihat apa yang menarik matanya.

"Eklim,"

"Eh gak boleh. Nanti makin haus. Jus aja ya mau?"

"Miyoooo,"

Lah, Amy bengong. Lebih baik lah daripada es krim. Masih sambil menggendong Cahaya, Amy berjalan menuju stand yang menjual Milo. Tangannya mulai terasa berat menggendong Cahaya maka ia memutuskan untuk menurunkan keponakannya dan membiarkan Cahaya berjalan sendiri. Hanya saja, sambil digandeng tentu.

Amy membeli dua gelas Milo dingin untuk dirinya dan Cahaya. Satu ia berikan kepada Cahaya, satu ia pegang sendiri. Tangannya merogoh saku celana untuk mencari uang. Tanpa disadari, Cahaya sudah berjalan sendiri.

"Cahaya!" Amy membiarkan uang kembalian dan mulai mengejar keponakannya. Orang-orang memperhatikan Cahaya yang berjalan-jalan sendiri dengan senyum. Gemas melihat pipi tembam cahaya dan rambutnya yang diikat dua.

"Tungguin Ontiii," teriak Amy.

Cahaya ya seperti anak kecil. Dipanggil pun tak mau langsung menurut. Ia masih berjalan sendirian. Amy akhirnya berlari, tutup Milonya terlepas tapi Amy tak terlalu peduli. Ia lebih memprioriyaskan Cahaya.

"Kena kamu. Jangan lari tanpa Onti atau Mama ya," Amy meraih Cahaya dengan tangan kirinya. Begitu Cahaya aman di pangkuannya, Amy berbalik tanpa aba-aba dan

BYUR!

Tutup gelas Milo yang tadi terbuka membuat cairan coklat itu keluar tanpa batasan. Jatuh menimpa seseorang yang berjalan tepat di belakang Amy.

"Aduh maaaaafff," seru Amy panik. Tangannya gelagapan antara mengambil tisu, membuang gelaa Milo yang tinggal esnya, dan menggendong Cahaya.

"Dingin ya," kata si dia. Mengibaskan bekaa Milo di kemejanya.

Amy mendongak untuk melihat sebenarnya siapa yang dia kotori kemejanya.

"Aduh Lee maaf, gak maksud. Tadi lagi gendong keponakan gue dan..."

Lee juga baru mendongak untuk melihat siapa gadis bermbut panjang yang menunpahkan Milo ke kemejanya.

"Its okay, Amy. Berarti gue harus pulang duluan. Gak bisa sampai selesai dengan baju begini,"

Amy dan Lee sesungguhnya baru kali ini bertemu lagi setelah lulus SMA 10 tahun lalu. Namun karena keduanya tidak terlalu memiliki kenangan manis, jadi pertemuan kembali pun terasa 'biasa'.

"Sekali lagi maaf ya. Gue gak sengaja," Amy masih menatap nanar noda coklat besar di kemeja Lee.

"Gak apa-apa. Nanti langsung gue cuci,"

"Gue yang cuciin aja gimana?" Amy menawarkan.

"Terus gue pulang pake apa? Singlet doang?" Lee tertawa. Amy malah ketawa garing, bingung menanggapi jokes Lee. Cahaya melihat tante dan om di depnnya dengan diam. Mungkin sadar suasananya tegang.

"Maksud gue..."

"Bukan masalah besar, Amy. Oke ya gue balik dulu. Ngomong-ngomong, anak lo?"

Lee menoleh kepada Cahaya, mencubit pipinya. Dicubit pria ganteng, Cahaya tertawa. Dasar ya kecil-kecil udah bisa centil.

"Anak kakak gue. Gue belum nikah kok,"

Lho, Amy mengumpat dalam hati. Untuk apa dia sampai menyebutkan statusnya segala? Tapi ternyata Lee tertawa.

"Gue juga. Belom nikah kok,"

Setelah bicara begitu Lee berlalu. Meninggalkan Amy yang lupa untuk mencari Jen. Karena hatinya mendadak berdesir-desir.

***

Fated to Separate - END (GOOGLE PLAY)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant