17

18.2K 1.3K 26
                                    

Lee baru dapat menyelesaikan urusannya dengan Lika dan Mr. Edward setelah pukul 3. Begitu mobilnya keluar dari pekarang rumah Mr. Edward di daerah Kemang, Lee langsung menelepon Amy menggunakan speaker di mobilnya.

Sambungan telepon itu lama tidak diangkat. Setelah percobaan ketiga dan dering keempat barulah AMy mengangkat.

"Halo," sapa Amy datar.

"Kamu dimana?"

"Di rumah," jawab Amy pelan.

"Kamu yakin? Karena aku gak akan ragu-ragu untuk mendatangi kamu sekarang dimana pun kamu berada," kata Lee dengan nada lebih keras. Amy tercengan di ujung sana. Lee tidak pernah benar-benar marah sebelumnya. Maka ketika mendengar kalimat Lee ini Amy jadi merasa was-was.

"Aku sedang di Kokas," akhirnya Amy berkata.

"Oke, jangan kemana-mana. 1 jam lagi aku sampai," Lee menutup telepon dan secepat mungkin menembus jalanan kota Jakarta menuju Kokas.

Di Kota Kasablanka, Amy merasa was-was. Apa betul Lee akan mendatanginya saat ini juga?

"Kenapa My?" tanya Arthur yang baru kembali dari toilet dan melihat perubahan di wajah Amy.

"Oh nothing," jawab Amy pelan, menyimpan iPhone di tasnya lalu kembali menghadap Arthur.

"Mau pulang sekarang atau masih ada yang mau kamu cari lagi?"

"Ah, Jen titip dibelikan lipstick dan eyeliner,"

"Baik. Dimana?"

Amy melangkah menuju Sephora. Diikuti oleh Arthur di sebelahnya. Sebenarnya Amy ingin kabur. Tidak menunggu Lee sampai ia datang. Amy tidak siap melihat Lee tahu dirinya sedang bersama Arthur. Apalagi tadi nada bicara Lee amat sangat tidak seperti biasanya. Tapi di satu sisi ia terlewat membeli titipan Jen dan Jen sudah mewanti-wanti agar AMy tidak lupa. Begitu sampai di Kokas ia baru makan dan nonton film dengan Arthur. Yeah ini kencan.

"Itu bunyi HP kamu?" tanya Arthur saat mereka sudah di Sephora. Amy mendengarnya juga, tapi ia berusaha meminimalisasi kemungkinan untuk menjawab pertanyaan Lee.

"Hmm mungkin iya," jawab Amy acuh tak acuh.

"Angkat aja,"

"Gak usah, mungkin bukan telepon penting,"

"Amy, kalau ada hal mendesak gimana? Amit-amit sih tapi misalnya keluarga kamu kecelakaan?"

Amy memandang Arthur dengan ngeri. Akhirnya pelan-pelan Amy mengeluarkan iPhone dari tasnya dan memandang layar. Benar saja, itu Lee yang menelepon. Namanya masih 'Pacar Amy'. Begitu Amy mengeluarkan iPhone dan melihat siapa yang menelepon, Arthur langsung mengambilnya dari tangan Amy, melihat nama penelepon sekilas lalu menjawab.

Amy menutup matanya. Ngeri. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.

"Halo," suara playful Arthur menjawab.

"Who is this?" Lee bertanya dengan logat Inggris nyaris fasih. Amy bisa mendengar bahwa Lee tidak suka yang mengangkat teleponnya adalah laki-laki.

"Arthur," jawab Arthur kalem.

"Where's Amy?"

"Sephora," Arthur masih menjawab dengan santai.

Amy benar-benar ngeri akan apa yang diterima Arthur setelah ini. Amy menarik iPhone dari tangan Arthur, mematikan telepon dan buru-buru menarik tangan Arthur keluar dari Sephora. Sebelum Lee menemukan mereka.

Langkah mereka terhenti ketika ada yang menarik paksa tangan Arthur dan sekuat tenaga melayangkan tonjokkan di pipi Arthur.

"Oh My God!" seru Amy, melepaskan pegangan di tangan Arthur karena Arthur tersungkur setelah ditonjok Lee.

"So, dia ini pacarmu?" Lee menunjuk Arthur yang pelan-pelan menegakkan dirinya kembali.

Amy tidak mampu berkata-kata. Dia masih kaget melihat Lee yang begitu berani menonjok Arthur di tempat umum. Di dalam mall pula.

"Ayo ikut aku," Lee mendekati Amy, mengulurkan tangannya. Namun Amy mundur. Ketakutan memandang Lee. Perlahan Amy berbalik dan berlari keluar. Tidak sanggup menemui Lee, tidak mau jadi bahan tontonan orang.

"Amy!" teriak Lee, mengejar Amy.

"Eits sorry. Lo udah liat dia gak mau ketemu lo. Mending lo pergi jauh-jauh," langkah Lee dihadap orang yang disasarnya tadi.

"Minggir!" Lee mendorong sekuat tenaga. Tenaga Lee besar namun rupanya Arthur juga tangguh.

"Kita udah jadi tontonan di mall segede ini. Jangan sampai lebih runyam. Security juga sebentar lagi datang. Amy gak mau lo temui. Mending kita berpisah disini, jauhi Amy dulu. Nanti ada saatnya Amy mau ngobrol sama lo," Arthur menasihati dengan mata mengancam meski nada bicaranya biasa.

Lee menyadari bahwa kalimat Arthur ada benarnya. Sehingga dia mundur kembali dan membiarkan Arthur meninggalkan dirinya.

"Brengsek!" umpat Lee lalu menghindar sebelum ada Security menghampiri.

***

Amy sampai di mobil jauh lebih dulu dari Arthur. Karena kuncu mobil dibawa Arthur, Amy hanya bisa menunggu dengan wajah gusar. Susah payah Amy menahan air matanya. Begitu kunci mobil dibuka (yang artinya Arthur sudah dekat), Amy membuka pintu penumpang lalu menenggelamkan wajahnya dalam tangis.

Arthur duduk di sebelah Amy. Pelan-pelan tangannya terulur dan membelai rambut Amy.

"Pulang ya," ujar Arthur. Amy mengangguk masih sambil menangis.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Sampai ketika tangis Amy sudah reda dan dia minta berhenti di salah satu parkiran convenience store.

"Aku harus memperbaiki wajah. Gak mungkin pulang dengan kondisi kacau gini," gumam Amy, mengeluarkan make up kitnya. MAke up kit tempat dia menyimpan paspor dan boarding pass, kebiasaan yang bahkan sudah dihapal oleh Lee.

"Boleh aku tahu cerita tadi itu gimana maksudnya?" tanya Arthur pelan. Sebisa mungkin tidak menyinggung hati Amy tapi tetap mendapatkan informasi detil.

"He's my boyfriend," kata Amy pelan.

"Aku pacarmu," celetuk Arthur. AMy memutar mata, kadang Arthur terlalu polos.

"Kami pacaran sudah 1 tahun lebih, Arthur. Tapi tidak ada yang tahu. Hanya aku, Lee, Tuhan dan Cahaya. Karena Cahaya pernah memergoki aku dan Lee bersama."

"Itulah kenapa tadi telepon darinya bernama 'Pacar Amy'," kata Arthur.

"Yeah,"

"Lalu kenapa kamu setuju pacaran denganku?"

"Karena dia juga sudah punya pacar," Amy kemudian menceritakan kisah Lee yang harus menikahi Lika dan bagaimana hubungan mereka jadi renggang. Secara umum. "Maafkan aku kalau jadinya kamu merasa dimanfaatkan olehku."

Arthur menghela nafas, menggeleng, mengelus rambut Amy.

"Lupakan dia ya Amy. Fokus padaku saja," kata Arthur.

Amy kebingungan. Apakah ini artinya dia benar-benar harus putus dengann Lee?

***

Fated to Separate - END (GOOGLE PLAY)Where stories live. Discover now