10

27.1K 1.5K 43
                                    

Amy berusaha tak terlalu peduli apakah Lika akan mencurigai siapa pacar yang dimaksud Amy atau tidak. Apakah ternyata mereka tadi berpapasan di luar kamar Amy atau tidak. Berani mengakui bahwa Amy sudah punya pacar adalah sebuah langkah besar bagi Amy sendiri. Saat itu Una langsung berseru kegirangan. Berlawanan dengan Kya yang ternganga. Seakan berpikir akan sesuatu. Biarlah Kya berpikir apapun yang dia inginkan. Toh Kya juga tak bertanya apa-apa pada Amy. Sehingga Amy tak punya kewajiban untuk menceritakan hal lain lebih dari sekedar bahwa ia baru dikunjungi oleh sang pacar.

Malam ini tepat setahun sejak Amy dan Lee memutuskan untuk berpacaran. Lee sengaja mengajak Amy makan malam di luar. Suatu ritual yang sudah lama tak mereka lakukan sejak Lee dijodohkan dengan Kila. Amy sempat sangsi apakah ia harus menerima ini atau tidak. Ia memang tersiksa dianggap tidak ada. Tapi saat Lee siap mengajaknya ke luar, Amy malah jadi takut juga.

Lee meyakinkan Amy berkali-kali bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jakarta luas, pergaulan Lee juga belum terlalu luas sampai-sampai semua orang akan mudah mengenalinya. Itu kata Lee. Membuat Amy akhirnya mengangguk menyetujui ajakan Lee untuk makan malam bersama.

"You look so pretty," kata Lee begitu Amy membukakan pintu apartemen saat Lee menjemputnya.

"Really? Aku bahkan merasa gak pede dengan gaun ini," Amy memutar badannya, memperhatikan mini dress warna hijau muda yang ia kenakan.

"Why?" Lee melangkah masuk, merangkul pinggang Amy.

"Terlalu terbuka kah?"

Lee menggeleng. "Pas sekali," jawab Lee sebelum mencium Amy.

"Aku ambil tas dulu, setelah itu kita berangkat," kata Amy setelah mencium Lee sebentar.

Sesuai dugaan Lee, tak ada yang tiba-tiba menyergap mereka dan menyapa, apalagi sampai menembak Lee kenapa malah berjalan dengan perempuan lain dan bukan Lika. Oleh karena itu, Amy sendiri bisa leluasa menggandeng tangan Lee, bersandar dan tersenyum bahagia. Lee juga menunjukkan kebahagiaannya karena untuk kali ini ia bisa tanpakesulita menggandeng perempuan yang benar-benar ia sayangi.

Untuk memperingati satu tahun hubungan mereka, Lee memberikan kalung pada Amy, bertuliskan inisial mereka berdua.

"Tidakkah ini terlalu nyata?" tanya Amy ragu.

"Apa? Bahwa kamu punya seseorang istimewa berinisial L?" goda Lee. Amy mengangguk.

"Lalu di mana masalahnya?" Lee tersenyum.

"Entahlah Lee," alih-alih meminta Lee memasangkan kalung tersebut ke leher Amy, Amy malah kembali menyimpan kalung itu ke kotak.

"Kenapa?" Lee terlihat kecewa. Meski di dalam mobil suasana agak remang, Amy bisa melihat Lee begitu kecewa.

"Aku..aku ragu. Akan kita. Akan masa depan kita,"

"Apa yang kamu ragukan? Kita baru merayakan satu tahun kebersamaan kita. Kita tertawa, bahagia."

"Tapi ini hanya satu hari, sekian jam dari beribu-ribu jam yang seharusnya bisa kita jalani bersama tanpa takut. Sisanya kamu dengan lika. Lalu sampai kapan akan seperti ini? Sampai kapan aku hanya jadi perempuan simpanan kamu, Lee?"

"Kamu bukan simpanan, Amy," seru Lee, kaget.

"Lalu apa namanya? Aku memang jadi kekasih kamu lebih dulu daripada Lika. Tapi seluruh dunia tahu pacar kamu hanya Lika. Lalu aku apa? Aku siapa?"

"Kamu perempuan yang aku sayang, Amy. Cuma kamu," Lee menyentuh kedua pipi Amy yang mulai dibasahi air mata.

"Sampai kapan? Sampai kapan?"

Lee sendiri diam. Tak tahu harus menjawab apa. Ia sendiri tak punya perkiraan akan sampai kapan drama kehidupannya dengan Lika akan berlangsung. Mr. Edward memang sudah mengucurkan investasinya pada Lee namun Lee masih ragu untuk memutuskan hubungan dengan Lika. Ia punya cara untuk menghindari Lika, namun belum saat ini.

"Kamu juga gak bisa jawab kan?" Amy berkata putus asa. IA sendiri bingung kenapa kata-kata putus asa dan menyebalkan ini keluar dari mulutnya. Padahal mereka baru menjalani malam indah merayakan satu tahun hubungan mereka.

"Kita putus aja, Lee. Aku capek..."

"Hei, Amy, jangan bercanda," Lee terbelalak.

Amy menggeleng. Ia mengembalikan kalung yang diberikan kembali kepada Lee. Sementara itu Amy masih sempat mengambil hadiah untuk Lee dari tasnya. "Bye,"

Amy turun dari mobil. Berlari menuju apartemennya. Lee segera turun dan mengejar.

"Kita gak bisa berpisah seperti ini, Ma Belle,"

"Bisa Lee, bisa," Amy menarik tangannya, melepaskan diri dari lee.

"Apanya? Putus begitu saja? Gak, aku gak mau."

"Tolong Lee. Sampai kamu bisa dengan tegas memilih antara aku dan Lika, tolong jangan hubungi aku," Amy menghentakkan tangannya. Lee kaget sehingga cengkramannya terlepas.

"Jangan bercanda," Lee mulai naik emosinya.

"Kamu yang jangan bercanda, Lee," Amy menangis makin keras, menggeleng berkali-kali. Security mulai menghampiri mereka berdua. "Kita putus."

Amy memanfaatkan waktu sedetik sebelum Lee menyergapnya lagi. Berbalik dan berlari. Meyakinkan Security untuk menahan Lee agar tak mengejar dirinya.

Lee menyerah, ia kembali ke mobil. Memijat kening, menggosok wajah, menggaruk kepala. Heran karena sejam lalu mereka masih saling berangkulan. Sejam kemudian mereka sudah bertengkar dan Amy meminta putus. Lee melirik jok sebelah, dimana ada dua kado tergeletak disitu. Kalung yang ditolak Amy dan kado entah apa yang diberikan kepada Lee.

Lee meraih kotak hijau tua dan membuka isinya. Dompet kulit. Sudah berisi foto Lee dan Amy di sana.

"Gimana aku bisa pergi business trip ke Thailand dengan tenang kalau malam ini kita bertengkar, sayang?"

Sementara itu, begitu sampai di kamarnya, Amy duduk bersandar ke kasur dan menangis. Ia menyesali kata-katanya yang memicu pertengkaran mereka. Tapi Amy juga benar-benar merasa sedih karena hubungannya tak pernah mengalami kemajuan. Amy masih sangat mencintai Lee, tentu. Hanya saja mereka berdua masing-masing perlu waktu untuk menentukan arah hubungan ini.

***

Fated to Separate - END (GOOGLE PLAY)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon