8

27K 1.4K 26
                                    

"Jadi kita mau jalan-jalan kemana?" Izza menghampiri meja anak-anak diikuti Amy di belakangnya.

"Dufan aja Mba," seru Yulinda bersemangat.

"Jungle Land aja," seru Kya dan Una. Kedua anak ini memang kompak.

"Jungle Land gak ada apa-apanya," Yulinda mencebik.

"Abisan Dufan udah sering banget sih," kata Una.

"Bilang aja karena Jungle Land deket rumah lo, Kya," Izza yang menimpali, dibalas dengan tawa dari semua orang.

"Ya udah kemana aja terserah deh," Kya menjawab dengan tersipu.

"Gimana My?" Izza berbalik menatap Amy yang sedari tadi diam saja.

"Bebas, terserah anak-anak aja. Yang bisa bawa keluarga," Amy mengangkat bahu.

"Kalau urusan non kerjaan emang lo banyak terserahnya ya. Kalau ngomongin kerjaan aja, diktator lu keluar deh," Izza memutar matanya, Amy tersenyum sedikit. "Ya udah ke Jungle Land aja deh ya. Sama-sama sejaman lah dari Jakarta. Jangan lupa bawa keluarga masing-masing ya."

Yulinda, Hanif, dan Izza semuanya bersemangat membawa pasangan dan anak masing-masing. Sementara itu Una sudah berkali-kali menyebut ia akan mengajak pacarnya. Entahlah apakah Kya akan mengajak Lee. Semoga tidak, batin Amy.

"Lo mau datang sendirian?" tanya Izza begitu ia dan Amy kembali hanya berdua.

"Gue ajak Cahaya kayaknya. Biar dia sekalian jalan-jalan,"

"Nice," Izza menepuk pundak Amy.

***

Amy menuntun Cahaya berjalan di sampingnya. Diikuti nanny-nya Cahaya. Hanya mereka bertiga yang ikut kali ini. Jen memilih untuk tidak ikut dan mempercayakan Cahaya pada bibinya. Amy menemukan Johan, putra Izza pertama kali. Izza sendiri sedang membelikan tiket untuk dirinya, Johan, dan Devan, suami Izza.

"Hey," sapa Izza. Amy membalas sapaan dan bercipika cipiki.

"Hai. Halo Devan. Halo Johan," sapa Amy, mencubit pipi Johan yang digendong oleh ayahnya.

"Halo ontiii," malah Izza yang menjawab, mengangkat tangan Johan yang malu-malu. "Halo Cahaya."

"Alo onti Izza," balas Cahaya sambil tersenyum.

"Yang lain mana Za?"

"Tuh Yulinda ama anak dan suaminya, sama Hanif dan keluarga. Una sama cowonya tadi lagi jajan bentar. Gunadi belum datang katanya masih di jalan. dateng sendirian doi,"

"Oke," aku mengangguk. Bersiap untuk meminta Weni, nanny-nya Cahaya, untuk membelikan tiket.

"Nah itu Kya. Ama cowoknya kayaknya," Izza menunjuk ke belakang Amy. Amy menoleh segera dan rasanya kakinya langsung lemas.

Itu Lika, berjalan dengan penuh semangat di samping Lee, yang juga kaget karena bertemu Amy di sini.

Lika dan Lee sampai di depan Amy dan Izza bersamaan dengan merapatnya Yulinda dan Hanif, juga Una.

"Heeeiii, ini cowo lo ituuu?" seru Una bersemangat, memandangi Lee yang salah tingkah.

"Kenalkan, ini Lee, pacarku," Like berkata pelan, memperkenalkan Lee kepada teman-temannya. Ragu-ragu, Lee mengulurkan tangan dan menjabat tangan semua orang. Ketika sampai pada Amy, Lee sempat hampir menarik tangannya. Namun demi menghindari kecurigaan, ia menjabat tangan Amy seakan baru kenalan. Amy menyanbut dan langsung melepasnya lagi. Memalingkan wajah.

"Udah pada beli tiket kan? Yuk masuk," ajak Izza.

"Gue belum Za. Duluan aja kalian," Amy mundur selangkah, memandang Izza saja. Izza tampak bingung tapi ia menurut. Sebenarnya hanya karena ia tidak ingin dekat dengan Lee yang sedang bersama Lika.

Fated to Separate - END (GOOGLE PLAY)Where stories live. Discover now