Chapter 1 : Dia datang.

5K 439 38
                                    

author's note :

Walau cerita ini udah selesai, tolong banget kasih feedback(s) kalian disetiap chapternya ya. Belajar ngehargain orang lain yang udah susah ngetik dan nyari ide. Vote & Comment dari kalian sangat berarti untuk aku. Thankyou! x

disclaimer :
cerita ini fiksi. i own all the plot & ideas but not the characters. so kalau kalian nemuin kejadian-kejadian aneh di dalem cerita ini, pls don't mind karena semua itu hanya buatan aku. thanks :)

Started : 18 Maret, 2016

••••

Kerajaan Earladia, 1824

"Barbara! Kau tidak boleh berbicara dengan nada tinggi kepada Ayahmu. Aku ini Ayahmu, yang telah membesarkanmu. Dan lebihnya lagi, aku ini seorang Raja. Tak seharusnya kau berbicara seperti itu," Raja Rudolf berkata dengan penuh amarah kepada putrinya, Barbara.

Barbara menarik nafas dalam-dalam dan mengepalkan jari nya kuat-kuat.
"Tapi, Ayah.. Aku benar-benar tidak ingin dijodohkan dengan pemuda itu! Tolonglah, Ayah. Aku sudah punya kekasih," Barbara tetap membantah.

Raja Rudolf memang akan menjodohkan Barbara dengan seorang anak bangsawan bernama Robbin. Tapi sayangnya, Barbara sudah mempunya kekasih, yakni Cameron seorang anak dari pekerja kebun di Istana.

"Siapa? Anak tukang kebun itu? Iya?" Ayahnya kembali bertanya dengan nada tinggi.

Mata Barbara memanas menahan air mata yang sudah menggenang itu. Barbara lantas menoleh kearah Ibu nya yang hanya bisa terdiam di kursi nya.

Ibu nya menatap Barbara dengan prihatin, "Rudolf, sudahlah. Jangan terlalu mengekang Barbara. Dia juga ingin seperti gadis lain, merasakan bebasnya jatuh cinta," mendengar ucapan Claire, amarah Rudolf akhirnya menipis.

"Aster, bawa Barbara ke kamar nya dan lanjutkan lah pelajaran sastra nya. Jangan sampai ia bermalas-malasan," Rudolf memerintahkan Aster, wanita paruh baya yang notabene nya adalah pembantu pribadi untuk Barbara.

Tetapi, Barbara sudah menganggapnya sebagai ibu kedua, karena Aster-lah yang selalu menemani Barbara.

Sesampai nya di kamar, Aster menghela nafas panjang. Barbara hanya duduk di tepi Kasur sambil memajukan bibir nya.

"Ayo, Barbs. Kita lanjutkan belajar nya," Aster mendekati Barbara.

Barbara menoleh perlahan.
"Bibi, apakah Bibi masih ingat dengan kalung permintaan yang Bibi ceritakan pada-ku saat aku masih berumur 15 tahun?" tiba-tiba, pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Barbara.

Aster tertawa kecil. "Hahaha, ingat.. Tapi untuk apa kau menanyakannya? Kau tahu, kan bahwa itu hanyalah lelucon jaman dahulu, Barbara," Aster menjawab.

Ancient Princess.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang