Chapter 21: Sadness

1.4K 231 13
                                    

••••

1824

Barbara terbangun dari tidurnya. Saat ia membuka matanya, jantungnya berdebar dengan kencang. Apa ini? Dimana ini?

Dimana Niall? Apakah ia sudah kembali? Sungguh, jika ini adalah mimpi, Barbara berharap, seseorang akan membangunkannya.

Barbara membawa tangan kanannya untuk mencubit pipi kanannya. Sakit. Berarti ini nyata.

Astaga, kenapa mereka jahat sekali.. pikir Barbara.

Napasnya memburu. Pandangannya sedikit kabur karena air mata yang sudah menggenang. Suara ketukkan di pintu membuat ia segera menghapus genangan air matanya, dan merubah posisinya menjadi duduk.

Barbara menoleh ke arah pintu ketika pintu terbuka. Aster masuk ke dalam dengan mimik yang sangat susah dijelaskan.

"Barbara aku—" ucapan Aster terpotong ketika Barbara dengan lantang menjawab,

"Jika kau hanya ingin meminta maaf. Tidak perlu. Aku tidak butuh itu. Semua ucapanmu tak akan bisa membawaku kembali kepada Niall," ucap Barbara dengan tajam.

"Dan, Aster. Apa kau mempunyai pikiran? Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku yakin, Niall sudah menyiapkan segalanya. Mengapa kau menghancurkan semuanya? Aku hanya ingin Niall untuk ulang tahunku. Bukan kembali ke kerajaan, bukan juga kau!" tambah Barbara dengan suara yang semakin mengeras.

Bahkan bajunya sudah diganti dengan gaun khas kerajaan.

"Aku sungguh minta maaf, Barbara. Jika aku bisa memilih, aku akan membebaskanmu bersama Niall di sana. Tapi, aku hanya diberi tugas. Jika kita terlalu lama diam di sana, kita tak akan pernah bisa pulang ke sini," jelas Aster.

Barbara tertawa miring.

"Dan aku lebih memilih untuk hidup bersama Niall selamanya. Tidak di sini. Aku tidak suka hidup di sini. Kau seharusnya mengerti, Aster," ucap Barbara. "Maaf jika aku memanggil nama mu, aku hanya sedang emosi, dan kecewa."

Aster menghela napas. "Kita bisa bicarakan ini nanti. Raja ingin bertemu denganmu. Ia sangat merindukanmu, begitupun Ratu. Kau harus segera menemuinya. Dan, ada sesuatu yang harus aku tunjukkan."

Barbara tidak menjawab, yang dianggap Aster sebagai tanda persetujuan. Aster keluar dari kamar Barbara.

Barbara berjalan perlahan ke Ruangan Raja. Siap belum siap untuk bertemu dengan keluarga aslinya. Mungkin, sudah hampir 3 bulan Barbara kabur?

Dua prajurit yang menjaga pintu memberi hormat kepada Barbara, sebelum akhirnya membukakan pintu itu.

Di dalam, sudah banyak orang. Ada Ayahnya, Ibunya, Aster, Derek, Mark—penasihat Istana, dan beberapa prajurit.

Ada apa ini? pikir Barbara.

"Sayang, akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi! Ibu merindukanmu, Barbara," Ratu memeluk Barbara dan menuntunnya untuk duduk di antara Ratu dan Raja.

"Selamat datang kembali, Putri," Raja memberi senyuman hangat pada anaknya yang masih tidak berekspresi.

Akhirnya, Barbara duduk di tengah-tengah Raja dan Ratu.

"Ekhm, aku mengundang kalian kesini karena.. aku cukup terkejut dengan apa yang dituturkan Aster dan Derek. Dan juga, aku berbahagia atas kembalinya Tuan Putri ke Istana," ucap Raja.

Apa yang dituturkan Aster dan Derek? tanya Barbara dalam hati.

"Barbara, bagaimana kabarmu?" tanya Raja.

Ancient Princess.Where stories live. Discover now