Chapter 2 : The Story

2.5K 327 57
                                    

••••

Niall masih tidak percaya dengan apa yang baru saja di ceritakan Barbara. Jelas-jelas ini sudah tahun 2016, bagaimana bisa Barbara mengatakan ia datang dari tahun 1824?

Oh, ya! Niall dan Barbara sedang berada di taman belakang sekolah, Nial mengajak Barbara kesini untuk menghindari tatapan aneh dari teman-temannya. Niall juga terpaksa meninggalkan kelas terakhirnya, yaitu Sejarah untuk menemani Barbara yang kelihatan linglung.

"Ehm, maaf Nona Bara Bara—" sebelum Niall melanjutkan ucapannya, Barbara mendesis,

"Ish. It's Barbara, bukan Bara Bara, Neil," potong Barbara.

Niall ikut memutarkan kedua bola matanya.

"Kau juga salah menyebut nama ku, Nona. It's Niall, bukan Neil," balas Niall. Barbara hanya tertawa kecil.

"Hmm, jadi... kau mau membantuku kan, Neil?" tanya Barbara.

Niall kembali memutar bola matanya, tapi kali ini membiarkan Barbara salah menyebut namanya.

"Ma-maaf, tapi.. em," Niall memikirkan kata-kata yang tepat untuk menolak Barbara.

"Ayolah, Niall... tapi apa?" tanya Barbara.

"Tapi.. Mom berkata, aku tidak boleh serumah dengan stranger. Bisa saja kau itu penculik yang menyamar menjadi gadis cantik, dan membuat cerita palsu tentang kalung itu.. seperti di televise. Aku takut, jika kau akan menculikku dan menjualku ke luar negeri," Niall berkata sambil tertunduk.

Ia sangat tidak tega untuk tidak menolong orang, tapi ia juga tidak mau sesuatu terjadi padanya, apa lagi ia tinggal sendiri di flat.

Mendengar jawaban Niall, Barbara tertawa terbahak-bahak, sambil memegang perutnya. Niall heran, masa ada putri kerajaan seperti ini? Pasti Barbara mengada-ngada.

"HAHAHA.. Kau lucu sekali, sih! Masa gadis seperti ku kau bilang penculik? Kau sangat manja, ya. Begitu saja takut, kau kan sudah 19 tahun. Masa penakut sih?" Barbara terus mengejek-nya.

"Huh! Berhenti mengejek-ku. Oh,iya. Kau bilang, kau datang dari masa lalu, kan ? Lalu, umur mu berapa tahun? Kau lahir tahun berapa?" tanya Niall. Barbara berhenti dan terlihat berpikir.

"Hm.. saat aku masih berada di tahun 1824, umur ku tepat 18 tahun," Barbara menggumam.

Dengan cepat Niall menambahkan umur Barbara untuk tahun 2016.

"Kau sangat tua! Jika ditambahkan, umur mu di tahun 2016 ini sudah 210 tahun, wah tua sekali, ya," Niall mengelus dagu nya dengan telunjuk. Barbara memberikan pandangan tak suka.

"Hei! Jangan sembarangan ya, Tuan Muda. Aku yakin, ini masih tahun 1824, aku hanya hidup di dimensi lain, saja. Dan aku pikir, kau seharusnya belum lahir.." Barbara melotot ke arah Niall.

"Jelas-jelas aku sudah lahir dari dulu dan menjalani hidup sejak aku lahir. Bagaimana bisa kau bilang ini masih tahun 1824? Huh ada ada saja," Niall berbalik meninggalkan Barbara di tempat asing itu.

"Heii Niall! Tunggu, aku ikut!" Barbara beteriak dan mengejar Niall, setelah berada cukup dekat, ia menggenggam tangan Niall.

"Hei, kau sedang apa? Jangang sentuh-sentuh aku," Niall melapas genggaman Barbara.

"Ish, ini kan hanya genggaman tangan. Dasar, kuno," Barbara mengikutinya dari belakang.

Niall menoleh. "Hey, ingat ya. Siapa yang datang dari tahun 1824?"

Barbara hanya melengos mendengar itu. Ia cukup kesusahan ketika berjalan karena gaunnya ini. Banyak juga orang-orang yang memandangna dengan tatapan aneh. Tapi, Barbara hanya cuek dan berjalan berdampingan dengan Niall.

"Niall! Dari mana saja?" Sophia menegurnya saat mereka sampai parkiran.

"Ehm, aku.. aku ketiduran di kamar mandi," Niall berbohong.

Perkataan Niall membuat Barbara merengut, tapi ia menghiraukannya. Barbara memandang penampilan Sophia dengan aneh.

'Mengapa wanita-wanita disini banyak memakai baju-baju pendek? Model nya juga aneh, selama hidup di kerajaan, aku tak pernah melihat orang-orang memakai baju seperti ini,' pikir Barbara.

"Siapa gadis cantik yang berada di belakangmu, Ni?" Sophia tersenyum ke arah Barbara.

Barbara tersenyum lebar dan maju memperkenalkan diri. "Halo! Aku putri Barbara, anak tunggal dari Raja Rudolf. Aku datang dari tahun 1824, dan aku bertemu dengan Niel Howran disini, salam kenal. Semoga kita bisa berteman—" Barbara menjelaskan identitas nya dengan panjang lebar.

Niall hanya menghela nafas melihat Sophia yang terbingung mengerutkan dahinya.

"Hah? Raja Rudolf? Siapa itu? Dan.. 1824? Maksudnya?" Sophia bertanya. Saat Barbara membuka mulutnya untuk melanjutkan, Niall buru-buru memotong ucapannya,

"Ah.. tidak. Dia ini hanya sedang berakting untuk pentas teater bulan depan, lihat saja baju nya.. Dia berperan sebagai putri, dan.. ehm.. dia ini t-teman di sanggar teater ku, hehe," Niall menjelaskannya dengan tidak jelas.

"Aku baru tahu kau masuk sanggar teater Niall.." suara Liam terdengar dari belakang Sophia.

Jika begini, Niall tidak bisa berbohong, ia harus menceritakan kejadiaann sesungguhnya kepada Liam.

"Emm,, ya! Aku baru memasuki nya tadi, sampai jumpa Senin yang akan datang, Sophia dan Liam.. Aku harus mengerjakan tugas.. Bye!" Niall buru-buru memasuki mobil Range Rover hitamnya, ia baru saja akan menyalakan gas ketika pintu penumpang di sebelahnya terbuka, dan.. gadis itu lagi.

"Hey, mau apa kau?" tanya Niall. Barbara hanya menoleh acuh.

"Aku? Ikut denganmu, lah... Aku kan tidak punya teman lagi," ucap Barbara.

"Tapi.. aku mau berkunjung ke Nandos untuk membeli makan malam, masa kau harus ikut, sih ? Dengan baju seperti itu?" Niall memandang Barbara dari atas ke bawah. Barbara ikut memandang dirinya sendiri.

"What's wrong with my clothes? Putri sepertiku memang berpakaian seperti ini, Howran," Barbara mengangkat bahunya.

"Tapi kau bukan putri disini, Pelvin. Lepaskan tiara mu itu, kita akan ke salon," ucap Niall.

Barbara hanya melapas tiara yang sedari tadi bertengger di kepala nya itu dan meletakkannya di pangkuannya.

"Apa itu salon?"

"Nanti kau tau sendiri. Dasar kuno."

Barbara mendelik ke arah Niall tapi tak membalas ucapannya.

[]

hai! sorry for any typo(s)! keep leave ur vomment(s) ya!

thankyou xx

Ancient Princess.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora