Bagian 4

24.8K 1.8K 44
                                    

Satu tahun gue hanya memerhatikannya dari jauh. Berdiri jauh dari tempatnya bediri. Mencari tahu apapun tentangnya juga kegiatannya. Mencari tahu tentang temannya. Mencari tahu info apapun tentang Lucy dengan berbagai cara.

Lemparan bola ke badan gue, membuat gue sadar. Membuat gue kembali fokus. Membuat gue memalingkan pandangan dari dirinya yang sedang tertawa bersama teman-temannya.

"Lebih baik lo cari cewek yang lain, gue kasihan sama lo,,"saran Mark yang ada di samping gue, dia menepuk bahu gue.

"Yang Mark bilang benar, lo seharusnya ngelihat yang lain. Banyak cewek yang lain selain dia.,"Tambah Thomas.

Gue tidak membalas ucapan mereka tapi gue memikirkan semuanya. Semua yang mereka sarankan. Apa dia harus melakukan itu? Mungkin saja itu saran yang bagus.

Gue melihat Adlan yang masih sibuk bermain dengan bola basketnya. Memantulkan bola basketnya dan mendribbling. Gue mendengus, hanya Adlan yang tidak pernah memberi saran ke gue.

Dengan cepat gue merebut bola yang di tangan Adlan dan melemparnya ke ring, masuk. Gue hebat kalau hal seperti ini. Tapi tidak dengan yang namanya perempuan.

"Mau gue kenalin sama teman Adlina?"tawar Mark yang lagi-lagi melihat gue kasihan.

Gue melihat Mark malas, "Enggak usah ngelihat gue gitu, gue enggak semenyedihkan yang lo bayangin,"

Mark tertawa kecil mendengar ucapan gue, "Iya juga, lo masih bisa senyum enggak jelas,"

"Mau balapan malam ini?"tanya Adlan tiba-tiba.

Balapan? Ide yang bagus. Bukannya disana banyak perempuan cantik? Mungkin ide mereka bisa gue pertimbangkan.

"Boleh, udah lama kita enggak balapan,,"jawab Thomas.

"Jangan bilang Adlina, kalau lo bilang bisa-bisa kita enggak boleh,,"ucap Mark, Adlan hanya mengangguk dan gue tersenyum miring.

"Sepertinya, akan ada bencana sebentar lagi,,"ucap gue yang hampir tertawa dan Thomas juga sudah duluan tertawa.

Adlina sedang berdiri di belakang Adlan dan Mark. Muka Adlina saja sudah memerah. Tanpa keberanian, Adlan dan Mark tidak mau melihat ke belakang. Bukannya apa, tawa gue dan Thomas semakin kuat karna melihat mereka berdua yang di jewer telinganya sama Adlina.

"Lo berdua jangan ketawa,,"bentak Adlina.

Dan kami terdiam, menahan tawa melihat nasib kedua sahabat gue ini.

"Kalau gue tahu kenapa?"tanya Adlina kesal.

"Iya enggak ada apa-apa,,"jawab Adlan santai walau dia sedikit meringis.

"Oke, lo berdua gue izinin tapi gue ikut.,"Ucap Adlina langsung melepaskan telinga mereka berdua yang sudah memerah.

Kami berempat melihat Adlina tidak percaya. Dia serius?

"Jangan ngelihat gue kayak gitu, gue serius,,"ucap Adlina yang melihat kami berempat tajam, "Jam 10 di tempat biasakan? Gue sama Adlan aja berangkatnya,"

"Lo tahu tempatnya?"tanya gue tidak percaya.

"Tahu lah, lo semua pikir gue enggak tahu kegiatan kalian apa?"jawab Adlina, dia melihat gue lagi. "Gue mau bicara sama lo Ricky, berdua aja,"

Gue melihat Adlina bingung, "Bicara apa?"

Adlina memutar bola matanya, "Gue bilang berdua Ricky sayang,"

"Gue cemburu,,"celetuk Mark.

"Oh, dimana?"Tanya gue tanpa menghiraukan Mark.

"Jangan mudah cemburu dan Ricky, ikutin gue.,"Ucap Adlina.

AftertasteWhere stories live. Discover now