Epilog

22.1K 1.1K 113
                                    

"Hello bro, apa kabar?"Sapa gue ke Gavin dan Niko.

"Kita baik, lo gimana?"Tanya Niko.

Gue melebarkan tangan, melihatkan badan gue. "Seperti yang lo lihat, gue baik. Enggak baiknya kalau Lily enggak ada di samping gue,"

Gavin berdecak, "Lo jarang banget bisa serius,"

"Eh lah, gue serius. Dimana letak enggak seriusnya?"Tanya gue bingung, gue benarkan?

Gavin menggeleng tidak mengerti melihat gue. Hidup itu jangan selalu di bawa serius, bisa-bisa gila.

Gavin dan Lucy menikah 3 bulan setelahku. Mereka sudah di berikan buah hati, seorang perempuan. Begitu juga, Emily dan Niko. Mereka di berikan buah hati, yang juga perempuan. Mungkin, yang di atas memang mau membuat kami tetap bersahabat.

"Niko, Lo kapan balik lagi?"Tanya gue.

Niko menaikkan bahunya, "Tunggu ada liburan lagi lah, yang jelas gue sama Emily lagi ngeusahain pindah ke negara ini,"

"Kalau bisa secepat mungkin, kalau perlu bantuan lo bisa hubungi gue. Atau lo minta tolong Adlan, dia banyak kenalan di luar. Lo tahukan, keluarga Legnard sekarang di pandang luas di negera orang juga,"usul gue.

"Yeah, keluarga kalian memang di pandang bukan?"Tanya Gavin.

Gavin memang masih ada rasa tidak suka dengan gue. Wajar aja, gue dulu udah terlalu sering ngebuat Lucy nangis. Bahkan, tidak bisa di hitung berapa kali.

"Ya iyalah di pandang, kalau lo enggak mandang keluarga gue. Berarti setiap lo ketemu gue atau yang lain, pastinya lo tutup mata,"canda gue, yang berhasil membuak Niko tertawa.

Niko sudah mengerti dengan jelas, tentang hubunganku dengan Emily dulunya. Hanya saja, Gavin sama sekali belum mengerti dan tidak mau memaafkan gue. Terserahlah dia.

"Papa,"panggil Rilly sambil berlari ke arah gue.

Gue sengaja berjongkok agar tinggi kami sejajar, "Kenapa sayang?"

"Om Dylan, masa enggak mau ngajak Rilly jalan lagi,"kadu Rilly.

"Emamg Om kamu dengan siapa?"Tanya gue, yang memang tidak melihat batang hidungnya.

"Dengan Tante Clarissa,"jawab Rilly.

"Mereka dimana?"Tanya gue lagi.

Rilly memutar badannya dan menunjuk ke arah Dylan juga gebetannya Dylan, "Tadi Tante Clarissanya mau ngajak Rilly, cuman Om Dylannya enggak boleh. Om Dylan malah janji beliin es krim sama makanan kesukaan Rily sebanyak mungkin. Rillykan maunya jalan-jalan,"

"Rilly,"panggil Clarissa.

Rilly yang di panggil langsung berlari ke Clarissa. Sedangkan, Dylan mendatangi gue, Niko dan Gavin. Dia pasti akan mengomel juga.

"Bang, itu anak lo di pegang dulu kenapa. Masa gue janji mau beliin es krim sama makanan kesukaannya enggak mau, biasanya juga mau,"kesal Dylan.

"Emang lo mau kemana? Lo bawa aja Rilly, sekalian latihan jadi orang tua yang baik. Rilly juga kalau sama lo enggak rewel, lokan sama dia lebih akrab di bandingkan dengan gue, aneh lo. Sama anak, istri gue, lo bisa akrab sedangkan dengan gue. Lo hobinya ngomel mulu,"kesal gue.

Dylan memutar bola matanya, "Istri lo baik sih, makanya gue bisa dekat ke dia melebihi lo. Masakannya enak juga terus dia juga selalu ngasih saran ke gue, lebih baik dari lo,"

Gue berdecak mendengar ucapan Dylan, "Lo udah 20 tahun, seharusnya lo bisa mikir sendiri mau gimana,"

"Dylan,"panggil Clarissa, membuat Dylan tidak jadi membalas ucapan gue. "Kita ajak Rilly aja ya, biar lebih seru,"

AftertasteWhere stories live. Discover now