Bagian 7

20.2K 1.6K 55
                                    

Gue tertawa melihat muka Thomas yang kesal. Itu perempuan juga punya nyali yang cukup besar. Bisa di bayangkan, bagaimana rasa kekesalan yang Thomas rasakan.

"Lo enggak mau ngebantu gue?"tanya Thomas ke gue.

Gue menatapnya bingung, "Bantu gimana? Maksud lo, kita 2 vs 2 gitu? Kalau itu yang lo maksud, mendingan gue jadi penonton aja."

Gue juga bingung, kenapa Adlan dan Mark langsung terdiam dan berubah seperti ini. Biasanya, Adlan yang paling dingin dan Mark yang menjaili korban di bantu gue.

Thomas terlihat kesal, "Gue lagi enggak bercanda,"

"Gue juga,,"ucap gue santai, gue melihat Adlan dan Mark yang masih memperhatikan perempuan itu, "Gue cuman enggak mau kita berantem, apalagi cuman karna masalah biasa,"

"Itu cewek udah kelewatan, siapa dia? Mau jadi pahlawan?"ucap Thomas yang masih saja kesal.

Gue menaikkan satu alis, "Tapi, yang di katakan Adlan benar dan gue juga enggak suka kalau cewek yang jadi korbannya,"

Thomas tidak bicara lagi, melainkan tangannya sudah mengepal dan pergi dari sini. Gue hanya bisa tertawa melihat Thomas. Apa dia harus sampai kesal seperti itu?

"Lo berdua mendingan ngurus orang yang kesalnya alay banget itu,,"teriak gue ke mereka berdua.

Mereka berdua melihat gue dengan tatapan tidak mengerti, yang membuat gue menggeleng dan ingin tertawa melihatnya. Kenapa gue punya teman yang tidak peka? Bukan hanya teman, tapi doi gue juga gitu. Nasib gue memang di kelilingi dengan seseorang yang kada kepekaannya rendah.

"Lo berdua benar-benar, udah buat orang kesal sekarang enggak ngerti ucapan gue,,"ucap gue, yang lagi-lagi mereka tidak mengerti. Satu lagi, gue punya teman yang kadar kecepatan pikirannya lambat sekali.

"Lo enggak bisa ngomong langsung?"tanya Adlan.

Gue berdecak mendengar pertanyaan Adlan, "Lo berdua buat kesal Thomas, dan seharusnya lo ngejelasin ke Thomas sebelum dia mengamuk,"

Adlan mengernyitkan dahinya, "lo pikir dia hewan?"

Haruskah gue membenturkan kepala mereka ke suatu tempat? Gue harus ngejelasin gimana lagi? Apa mereka tidak bisa berbahasa? Oh ya, Adlan terlalu lama tinggal di luar tapi Mark?

"Suatu saat, lo berdua pasti akan tahu kenapa kita ngebela itu cewek tapi enggak sekarang,,"ucap Mark akhirnya.

Makasih Mark, akhirnya teman gue ada enggak lemot. "Kalau gue sih fine fine aja, cuman Thomas? Lo berdua sahabatnya dia, seharusnya lo berdua ngerti,"

Mark menghela napasnya, "Gue aja yang ngejelasin ke Thomas karna kalau ketua kita ini yang ngejelasin, bisa-bisa mereka berdua keluar dengan tidak, lo tahu kan apa yang gue maksud?"

Gue mengangguk, "Jelas, karna gue hapal sifat mereka berdua,"

"Lo berdua ngomong apa?"tanya Adlan yang sampai sekarang tidak mengerti.

"Ya allah, salahkah hambamu ini memiliki teman yang seperti ini? Kenapa dia lemot sekali?"ucap gue dengan main-main.

"Lo kenapa jadi gini?"tanya Adlan yang melihat gue aneh.

Gue tersenyum, "Gue cuman mau berkembang saja, mau mencoba mengikuti perkembangan yang ada biar enggak stuck di situ aja,"

Mark menepuk bahu gue, "Bagus, kalau bisa lo move on,,"gue memberikan jempol ke Mark, "Gue nyusul Thomas dulu,"

"Jadi, lo masih belum ngerti?"tanya gue ke Adlan.

"Udah,"jawab Adlan datar.

Gue mengerutkan kening, saat melihat Adlan yang pergi bukan ke ruang Thomas. "Lo mau kemana?"

AftertasteWhere stories live. Discover now