Bagian 20

16.1K 1.3K 156
                                    

Apa yang harus gue lakukan? Memilih salah satu dari mereka? Oh ayolah, baru saja gue merasakan sebuah kebahagiaan. Baru saja, bahkan belum sampai sehari. Ada saja sebuah masalah yang membuat kebahagian itu di lupakan. Sebuah pilihan yang membuat bimbang.

Ini memang hidup gue, jadi tidak ada yang mengaturnya. Gue mau apa atau memilih apa, itu bisa sesuka hati gue. Hanya saja, gue sudah merasakan banyak hal. Perasaan yang gue dapatkan itu berbeda-beda dan rata-rata semuanya sudah pernah gue rasakan.
Gue hanya tidak mau melukai siapapun.

Hari ini, Emily mungkin mengetahui secara tidak langsung tentang keadaan gue. Entah itu kebetulan atau memang dia mengetahui, Emily tidak mengantar makan siang hari ini karna dia ada kerjaan. Kesempatan yang bagus buat gue, gue terlalu malas untuk bertemu mereka. Jika bertemu salah satu mereka pastinya gue akan memikirkan tentang pilihan.

Ketukan pintu, menghentikan gue memijat kening yang terasa sudah pusing dengan sendirinya. Lama-lama gue memutuskan untuk pergi dari negara ini selamanya. Sesuatu hal baru muncul, awalnya gue kira salah satu dari mereka ternyata hanya Ashley yang tumben sekali mengetuk pintu.

"Ada apa?"tanya gue langsung.

Ashley tersenyum dengan manisnya, pasti ada maunya. "Kakak mau enggak ikut gue sekarang, ke ruangan penyakit kanker?"

"Memangnya ada apa?"

"Itu gue ngadain makan siang sama-sama, sekalian mau ngelihat mereka aja. Kan kalau ada yang tampan mereka pasti suka,"jelas Ashley.

Sebuah tawaran yang bagus, dari pada gue sendirian di ruangan ini dan memikirkan banyak hal yang tidak jelas. "Gue ikut, bukan karna lo bilang gue tampan. Tanpa lo bilang gue tampan, gue sudah tahu dengan sendirinya,"

Ashley mencibir mendengar ucapan gue, "Gue tarik kata-kata kalau lo tampan,"

Gue langsung merangkulnya, "Sebenarnya, semua orang yang lihat gue pasti mengakui kalau gue tampan,"

Ashley berdecak mendengar ucapan gue, "Terlalu percaya diri,"

Rasa percaya diri itu muncul untuk menghibur diri gue. Dari pada sedih terlalu lama, lebih baik gue menghibur diri sendiri. Jika mengharapkan orang lain yang menghibur gue, mungkin nasib kebahagian gue akan tetap sama. Bahagia lalu merasakan sedih lagi, bukan sedih terlebih dahulu baru bahagia.

Dapat gue lihat, pasien penyakit kanker yang sudah berkumpul. Kebanyakan yang ada disini adalah anak-anak. Kalau dewasa, biasanya mereka lebih paik pulang ke rumah dan kontrol ulang beberapa kali.

"Hi semuanya,"sapa Ashley dengan semangat.

Gue hanya duduk dan memperhatikan mereka. Beberapa kali dapat gue lihat, mereka tertawa dengan bahagianya. Bermain bersama, dan bernyanyi. Kalau gue ikut kesana, bisa-bisa gue mengacau suasana. Suasana hati gue tidak bisa di ajak berkerja sama. Saat sedih ya semuanya akan sedih. Sulit memaksakannya untuk bahagia. Jadi, kalau gue kesana bisa-bisa suasana di sana tiba-tiba mencekam atau mendung.
Ashley menyerahkan minuman ke gue, "Kakak ngapain disini aja? Gue ngajakin kakak kesini, bukan untuk jadi penonton,"

"Gue lagi mikirin banyak hal, kalau gue kesana bisa-bisa ngacau,"ucap gue asal, tapi ada benarnya.

Ashley menepuk bahu gue, dan menunjuk ke dua anak yang sedang bermain. "Gue udah kenal mereka dari lama, bahkan sebelum gue kerja disini,"

Gue memperhatikan dua anak yang sedang mengobrol, mereka seperti anak kecil lagi. "Memangnya umur mereka berapa?"

"Sekitar 12 tahunan,"jawab Ashley yang masih memperhatikan mereka.

Gue memerhatikan Ashley heran, "Terus hubungan mereka dengan gue apa?"

"Aturan kakak nanya cerita mereka dulu,"protes Ashley.

AftertasteWhere stories live. Discover now