Bagian 25

21K 1.3K 135
                                    

Gue selalu percaya dalam hidup ini tidak ada namanya yang kebetulan. Semua langkah kaki yang kita ambil, membawa kejadian buruk dan baik. Orang-orang yang kita temui begitu saja dan datang dalam hidup ini. Semuanya sudah di atur oleh yang di atas. Dari kita lahir sampai umur kita sekarang. Semuanya sudah tertulis dengan rapi. Yang di atas sudah mengatur tentang kehidupan kita dengan rapi. Disusun dengan sangat rapi untuk kehidupan. Walaupun, sebagian kehidupan ini juga ada yang merupakan keputusan kita sendiri.

Setelah kejadian 6 bulan yang lalu, tidak butuh waktu yang lama. Gue dengan Lily berteman sangat dekat. Kami sering bertemu saat gue melakukan kunjungan memeriksa mamanya. Sekarang, gue dokter pribadi mamanya yang akan melayaninya 24 jam penuh. Papa Lily baru datang waktu malam setelah operasi. Papanya Lily bekerja sangat keras untuk mencari kerjaan yang baru.

Kebetulan saat itu, tidak tahu kenapa kata Lily papanya di pecat atau phk dari perusahaan yang dia kerjakan. Padahal dia hanya pegawai biasa dan kebetulan sekali, gue mengenal salah satu dari mereka yang mungkin bisa membantu Lily. Thomas, dia membantu Lily dengan mempekerjakan papanya ke perusahaannya. Gue sampai benar-benar tidak tega melihatnya. Bahkan saat berita itu di sampaikan, berulang kali mungkin hampir seribu kali mereka mengucapkan terima kasih.

Ada hal lain yang membuat mereka berterima kasih. Selain perminta maafan dari rumah sakit dengan menggratiskan biaya rumah sakit. Lily juga di bantu untuk kerja kembali oleh Ashley dan Eva, dia di bantu dengan mempelajari manajemen. Dan sifat Lily tidak berubah seperti kami bertemu. Dia bukan seseorang yang hanya memanfaatkan harta saja.

Seperti kata gue, tidak butuh waktu yang lama untuk kami berteman. Bukan hanya berteman, tapi merasakan yang namanya hal yang berbeda.
Di saat apapun yang menjadikan dirimu tergetar, itulah yang terbaik bagimh. Dan karena ini, hati kita bisa di percaya.

Gue dan dia merasakan hal itu. Setalah yakin, dan percaya. Gue akhirnya menyusul teman-teman gue. Tepat, 6 bulan setelah kejadian itu. Gue melamar Lily dan mengajaknya menikah. Setelah persiapannya benar-benar sudah siap, kami menikah dengan melandaskan saling mencintai.

Cinta dan pernikahan itu bagaikan penyatuan kekosongan dan kebahagiaan. Di dalam pernikahan, kita sudah yakin. Sudah yakin untuk memberikan kebahagian kita, ke pasangan kita.

"Gimana? Grogikan lo? Lo ngatangin gue waktu itu,"ledek Thomas.

Gue mendengus mendengarnya, ya acara ijab kabul sudah delesai. Sekarang acara intinya, pesta seperti biasa. "Waktu itu, gue enggak nyangka bisa nyusul lo secepat ini,"

"Kak Ricky,"panggil Ashley, dia langsung memeluk gue, "Akhirnya, kakak gue yang satu ini nikah. Gue harap kisah cinta kakak enggak akan pernah menyedihkan lagi, apa yang berawal dengan kesedihan biasanya akan di akhiri dengan kebahagiaan. Gue yakin, kakak pasti udah membuat keputusan yang tepat dan enggak akan nyakitin siapapun lagi,"

Gue tertawa mendengar ucapan Ashley,"Aamiin, makasih juga ya sudah ngebantu gue salam ini,"

Thomas menarik Ashley untuk melepaskan pelukannya, "Jangan kelamaan meluknya, ngucapin makasihkan bisa dengan enggak ada acara peluk-pelukan,"

Ashley melihat Thomas tidak suka, "Kan sekali-sekali, nyebelin banget sih kamu,"

Gue mengangkat tangan, "Gue enggak ikut-ikut ya, ingat ini acara gue. Jangan ngerusak acara gue ya,"

"Peduli banget, salahin teman kakak nih. Nyebelin banget jadi orang, beruntung dia suami gue kalau enggak udah gue tinggalin dari tadi,"kesal Ashley.

"Apa katamu tadi? Ninggalin aku?"sekarang Thomas yang ikut-ikutan kesal.

Gue memijat kening yang tiba-tiba terasa pusing, "Udah gue bilang, ini acara gue. Jangan berantem disini, ya Allah. Baru juga kalian nikah,"

"Kak Lily,"teriak Ashley, ya ternyata Lily lebih tua dari Ashley 1 tahun yang berarti lebih muda dari gue 1 tahun.

AftertasteWhere stories live. Discover now