Bagian 22

15.1K 1.3K 120
                                    

Hari ini, gue berencana untuk memperbaiki hubungan yang sudah lama tidak terjalin. Kami berdua sudah la sekali tidak mengobrol berdua dengan benar. Biasanya, selalu saja mengobrol dengan marah-marahan kalau tidak pastiny salah satu tidak merespon. Jadi, gue memutuskan untuk mengajak Lucy jalan-jalan tentunya di saat semua berkas sudah gue bereskan.

"Ayo,"ucap gue membukakan pintu mobil.

Lucy tersenyum malu, "Enggak perlu repot-repot,"

"Enggak ada yang repot juga,"ucap gue sebelum menutup pintu.

Gue mengendarai mobil dengan lancar karna suasana jalan yang sedikit sepi. Di dalam mobil, kami berdua saling mengobrol. Mengobrol banyak hal, saling bercerita satu sama lain. Masa lalu yang dulu sekali kembali. Semua kenangan masa kecil seperti terulang kembali.

"Waktu itu lo enggak bisa berenang, makanya gue ingat lo nangis sebelum gue mau dorong lo ke kolam,"ingat gue.

"Lonya juga jahat, main dorong-dorong padahalkan lo tahu kalau gue enggak bisa berenang,"ucap Lucy.

Gue meliriknya sebentar, "Sekarang, lo bisa berenang enggak?"

"Bisa lah, ngomong-ngomong kita ngapain kesini?"tanya Lucy saat kami sampai di tempat tujuan.

"Mengenang masa lalu,"jawab gue.

"Dufan?"Lucy menoleh ke arah gue.

Gue mengangguk, membukakan pintu mobilnya. "Yaps, mungkin kita bisa mengingat semuanya,"

Hari ini Dufan terlihat lenggang. Sudah lama dirinya tidak pergi ke dufan. Mungkin bisa di bilang, gue lupa cara menyenangkan diri sendiri atau orang lain.

"Ini masih jam kerja, pasti sepi,"gumam Lucy.

Gue merangkul Lucy, "Karna itu, jangan sia-siakan gue libur hari ini dan pastinya Dufan bisa serasa milik kita berdua,"

Lucy mendengus, "Itu maunya lo,"

"Bukannya benar? Kita bisa naik apa saja tanpa perlu menunggu,"ucap gue.

Lucy hanya mengangguk, "Yaya, apa kata lo aja,"

Gue tertawa mendengar dia yang mengalah, "Jadi, mau mulai dari mana?"

"Gimana kalau roller coaster?"saran Lucy.

"Kenapa lo suka wahana yang begituan?"protes gue.

Lucy melepaskan rangkulan gue dan melihat gue jengkel, "Lo tadi nanya gue dan lo kan cowok, seharusnya lo enggak apa-apa kalau naik ini,"

"Iyaya, ayo kesana,"ucap gue mengalah.

Melihat Lucy yang sangat bersemangat, membuat gue ikut bersemangat rasanya. Lucy benar-benar puas berteriak. Setelah mereka berteriak, mereka saling tertawa. Apalagi, saat kami melihat hasil foto saat naik wahana itu.

"Ternyata lo jelek ya,"ledek gue.

Lucy memijak kaki gue dengan spontan, "Lo juga jelek dan ini pasti karna gue enggak siap di foto,"

Gue mendecak mendengarnya, kaki gue sampai kena korban. "Lo orang pertama yang bilang gue jelek, jelas-jelas gue tampan,"

Lucy menaikkan kedua bahunya, dia melihat kesekeliling. Dia berjalan lebih dulu tanpa mengatakan apapun. Gue mengikutinya dan terasa senang. Apalagi melihatnya yang terus tersenyum.

"Gimana kalau itu lagi?"tanya Lucy yang menunjuk wahana kora-kora.

Gue mengangguk, "Walau terlihat menyeramkan, tapi apapun pilihan lo gue turuti,"

AftertasteWhere stories live. Discover now